02 | Crying🌙

2.7K 285 8
                                    

"Hal terberat adalah mengikhlaskan orang yang kita sayangi untuk pergi selama-lamanya dan tak akan pernah kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hal terberat adalah mengikhlaskan orang yang kita sayangi untuk pergi selama-lamanya dan tak akan pernah kembali."

🌙

Seorang remaja laki-laki tengah duduk termenung di atas ranjang. Ia mengenakan sweater hitam kebesaran yang mampu menutupi hingga setengah pahanya. Jelas sweater dengan sebuah tulisan clothes di depannya itu bukanlah miliknya. Tangannya menggenggam sebuah pigura berwarna putih. Didalamnya terdapat sebuah foto seorang laki-laki dengan sweater yang sama dengan yang ia kenakan, sedang menggendong lelaki yang bertubuh mungil darinya yang tengah menggenggam sebuah cone es krim yang ia tempelkan tepat di hidung sang Kakak. Foto itu diambil disisi pantai Kuta, Bali. Ketika mereka sedang merayakan ulang tahun Aksa yang ke-15 tahun, 3 bulan yang lalu.
Dari foto itu terlihat jelas senyum lebar dari Aksa dan Arka yang tampak begitu bahagia.

🌙

"Kak Arka! Gendong Aksa!" Aksa berteriak sembari berlari kecil menuju Kakaknya yang tengah menikmati semilir angin laut.

Merasa dipanggil, ia berbalik dan melihat adik yang sangat ia sayangi tengah berlari kearahnya. Dengan senyuman diwajahnya, cowok jangkung itu berjongkok.
Tanpa berlama-lama, Aksa dengan cepat naik ke punggung kakaknya dengan tangan kanan memegang satu cone ice cream vanilla favoritnya.

Arka berlari sambil menggendong Aksa. Tawa mereka pecah, tercetak jelas dari raut wajah keduanya bahwa mereka begitu bahagia dan menikmati pesta ulang tahun Aksa yang diadakan secara sederhana di Bali.

Dengan iseng, Aksa menempelkan ice cream yang ia pegang ke ujung hidung mancung kakaknya. Aksa tertawa karena berhasil menjahili kakaknya, begitupun dengan Arka yang tertawa karena ulah sang adik.

Aurel yang melihat kejadian manis itu kemudian mengabadikan momen keduanya di kamera handphone miliknya. Melihat kedua putranya akur, Aurel merasa bahagia.

"Mereka akur banget ya," ujar Aurel lalu bersandar pada pundak sang suami.

"Aksa jail ya! Kak Arka kasih laba-laba nih," ujar Arka lalu ia merogoh saku celananya dan mengambil sebuah mainan laba-laba berukuran kecil, kemudian melemparkannya kearah Aksa. Sontak cowok bertubuh mungil itu berteriak histeris dan menangis dengan kedua tangannya memukul pundak kakaknya, mengabaikan ice cream nya yang terjatuh.

🌙

Tanpa disadari, mengingat momen itu membuat air matanya mengalir deras membasahi pipinya yang terdapat beberapa luka goresan. Ia masih belum percaya akan sebuah fakta bahwa Kakaknya telah tiada. Cowok itu tak henti-hentinya bertanya kepada sang Bunda, kapan Arka bangun.

Setiap hari ia akan duduk sendirian dikamar Arka. Mengenakan sweater hitam kesayangannya setiap hari, dan memeluk baju Arka yang belum sempat dicuci, yang masih menyisakan aroma tubuh Arka, menghirup aroma khas dari Kakaknya yang begitu ia rindukan.

Pintu kamar terbuka, seorang wanita cantik datang menghampiri putranya dengan tangan yang membawa nampan berisi bubur, segelas air dan beberapa butir obat. Ia menyimpan nampan itu diatas meja, lalu duduk disisi putranya yang tak menyadari kehadirannya.

Sama seperti Aksa, Aurel juga sama terpukulnya akan kejadian itu. Tidak ada canda tawa yang menghiasi rumah megahnya. Biasanya setiap hari ada saja keributan antara kedua putranya. Meskipun terkadang membuat kepalanya pusing, namun, itu lebih baik daripada ia melihat anak bungsunya terus menangis dan banyak diam. Aurel sebenarnya tidak menginginkan ini terjadi, tapi demi kebaikan Aksa. Ia terpaksa melakukan ini semua.

Wanita itu membawa Aksa kedalam pelukannya, lalu berusaha menenangkan putranya itu.

"Aksa, udah dong, jangan nangis terus. Bunda jadi ikut sedih liatnya," ucap Aurel sembari mengelus-elus puncak punggung anaknya.

"A ... Aksa, Aksa kangen K-Kak Arka Bun." Tangis Aksa pecah dipelukan sang Bunda.

Melihat anaknya menangis seperti ini, hati Aurel seperti tersayat. Rasanya sakit, sangat sakit. Kenapa kesialan ini harus menimpa keluarganya?

"Kamu harus ikhlasin Kakak kamu Aksa, Kak Arka udah tenang disana. Kalau kamu nangis terus ... " Aurel berhenti sejenak lalu mengusap punggung anak bungsunya, "Kalau kamu nangis terus, nanti Kak Arka di sana juga ikut sedih."

Aurel tak mendengar tangisan dari Arka, ia menduga putranya itu telah tenang. Namun, ketika ia memanggil Aksa, anak itu tidak merespon sedikitpun. Seketika Aurel berteriak histeris ketika melihat anaknya itu pingsan dengan darah mengalir dari lubang hidungnya.

"Aksa!"

Jangan lupa vote & comment 🙌🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote & comment 🙌🏻

Sorry for typo 🙏

Terimakasih ✨

Sampai jumpa di chapter selanjutnya.
Anyyeong Higaseyo 👋

📍Hn_Jbin

[1] A.K ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang