Chapter 22 (END)

1K 120 20
                                    

Jaejoong melafalkan mantera-mantera yang rumit. Begitupun dengan gerakan tangannya, sulit untuk mengikuti pergerakannya dengan mata bisa, itu terlalu cepat.

Tiga jantung yang berada di atas kuncup bunga juga melakukan pergerakan yang sama, berputar mengelilingi kuncup itu. Bentuknya bahkan sudah tak terlihat seperti jantung lagi saking cepatnya.

Darah Yunho yang tadi menetes ke lantai terangkat ke udara. Benda itu lalu melayang dan bergabung dengan putaran tiga jantung vampir.

BRRSSST

Tiga jantung vampir itu menyatu dengan darah Yunho, membentuk sebuah gumpalan darah. Bentuknya seperti satu tetesan air yang ujungnya menyentuh lubang di ujung atas kuncup bunga.

Bersamaan dengan gerakan tangan Jaejoong yang digerakkan ke bawah, gumpalan itu memasuki kuncup bunga dengan cepat.

Sedetik setelahnya, bunga itu langsung berpendar, mengeluarkan cahaya berwarna merah terang.

Kelopaknya kemudian terbuka, perlapisan. Tiga kelopak terluar awalnya terbuka, lalu kelopak di lapisan selanjutnya mengikutinya.

Hingga lapisan akhir terbuka, terlihat seorang bayi laki-laki yang tampan melayang di atas bunga dengan posisi seperti bayi dalam kandungan namun kepalanya di atas. Kemudian posisinya berubah perlahan-lahan hingga akhirnya terbaring di atas bunga.

OEK OEK

Segera setelah ia terbaing sempurna, bayi Jaehyun menangis dengan kencang.

Jaejoong meneteskan air mata terharu melihat bayinya lahir. 780 tahun ia hidup dalam kesedihan, baru kali ini ia merasakan sebuah kebahagian.

Kibum yang dari tadi hanya melihat, berlari dari sudut ruangan untuk menghampiri Jaehyun.

"Wah dia lucu sekali."

Bayi itu memiliki mata yang bulat dan terdapat lesung pipit di kedua pipi bulatnya.

"Aku harap kau bisa membawa kebahagian bagi kami baby Jae."

Kibum hendak mengusap pipi Jaehyun setelah mengatakan pengharapannya, namun tangannya lebih dulu digeplak oleh Jaejoong.

"Kau tidak boleh memegangnya sebelum aku." Kata Jaejoong dengan nada yang datar.

"Pelit sekali."

Jaejoong membungkus tubuh mungil itu dengan sebuah kain lembut berwarna hitam, lalu mengangkatnya ke pelukannya.

"Kau harus tumbuh dengan baik dan berbahagia." Bisiknya pada Jaehyun yang berada di dekapannya.

Waktu berlalu dengan Jaejoong yang masih terus menciumi wajah bayinya dan Kibum yang memperhatikan kejadian itu dengan terharu.

"Apa rencanamu setelah ini?"

"Aku hanya ingin membesarkan Jaehyun dengan baik."

***

23 tahun setelah kelahiran Jaehyun. Kini Jaejoong, Jaehyun dan Kibum tinggal bersama di sebuah apartement mewah di Gangnam.

Seperti keinginan Jaejoong, ia telah membesarkan anaknya dengan baik. Jaehyun tumbuh menjadi pemuda tampan yang luar biasa. Dia mampu berbaur dengan manusia tanpa ada yang menyadari jika dirinya berbeda.

"Mom, ayo beli rumah yang besar. Aku bosan tinggal di apartment." Jaehyun yang tengah berbaring di paha Jaejoong kembali mengeluhkan perkara tempat tinggal mereka. Jaehyun menyukai tempat tinggal yang memiliki halaman luas, bukan gedung tinggi.

"Kau pikir beli rumah mudah. Aku tidak punya uang." Jaejoong mencapit hidung Jaehyun dengan ibu jari dan telunjuknya. "Dan berhenti memanggilku Mommy, aku ini laki-laki."

"Tidak punya uang tapi wardrobe isinya barang branded semua." Gerutu Jaehyun tak mau kalah.

"Kau yang melahirkan ku, masa aku panggil papa sih."

"Secara teknis kau lahir dari kuncup bunga." Kibum yang tengah duduk di seberang sofa mereka menyahut.

"Diam kau." Jaehyun melempar kacang ke arah Kibum.

Sementara Kibum hanya tertawa karena berhasil menggoda sepupunya itu.

***

Jaehyun berjalan dengan buru-buru menyusuri sebuah lorong di salah satu gedung fakultasnya. Ia berada di tingkat tiga sekarang untuk kali kedua. Ya, Jaehyun sudah pernah kuliah sebelumnya. Karena menurutnya suasana kampus itu seru, jadi ia memutuskan untuk kembali berkuliah. Lagipula hal seperti ini bukan hal aneh bagi makhluk abadi seperti dirinya.

Hari ini ia diminta untuk menghadap dekan baru. Beliau menginginkan Jaehyun sebagai ketua pelaksana untuk menjelaskan tentang rencana orientasi mahasiswa baru. Karena masih baru, dekan itu perlu mengkaji semua hal yang ada di fakultasnya.

Jujur saja, Jaehyun sedikit gugup. Ia khawatir dengan tanggapan sang dekan. Jaehyun belum mengenalnya, ia takut cara pandangnya berbeda dengan dekan sebelumnya yang mengakibatkan harus ada perubahan di acaranya. Jangankan cara pandang, namanya saja ia tidak tahu.

Sebelum mengetuk pintu ruangan dekan tersebut, ia meluangkan waktu untuk membaca kembali proposalnya. Hingga pada halaman pengesahan terdapat tandatangan dan namanya, Jung Jaehyun. Ia memang memutuskan untuk memakai nama itu kali ini setelah sebelumnya memakai nama Kim Jaehyun.

Jaehyun mengetuk pintu yang bertuliskan 'Ruang Dekan' dengan hati-hati. Setelah dipersilahkan masuk, ia langsung membukanya.

Di ruangan itu terlihat seorang pria dewasa tengah duduk di balik meja dengan papan nama Jung Yunho.

***

END

Halo semuanya....
Gimana pendapat kalian tentang ff ini?

Makasih buat yang udah komen dan vote, aku senang banget baca komentar-komentar kalian. Itu juga yang buat aku bisa selesai ff ini. Makasih banyak 🙏 maaf aku gak bisa selalu balas komentarnya.

Makasih juga buat yang hanya baca, walaupun kalian gak keliatan dan aku gak tahu siapa, aku tetap ucapkan terima kasih.

See you di story selanjutnya...





So, need a sequel? 🤭

[YunJae] The Secret Bite ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang