🐰[19]•Hembodi

75 10 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"perhatian-perhatian, ibu dan bapak yang cantik dan juga ganteng, mohon perhatikan saya sebentar"ucap ina berdiri di depan kelas dengan tumpukan kertas di tangannya.

Namun semua teman kelasnya tampak acuh tak mengindahkan perintah ina yang jelas-jelas sangat keras suaranya.

"heh curut semua anying, gue ngomong anjir, lo pada malah ngacangin gue, kit ati gue anjir"ucap ina kesal sendiri.

"apaan"tanya edo.

"bu siti nyuruh gue buat bagiin kertas ini"

"emang itu kertas apaan, undangan sembako?"ucap ardi ngasal, hal itu sukses mengundang gelak tawa semua siswa kelas.

"ih ardi bego lu ah, ini kertas itu buat ngisi data kalian, soalnya bakal di salin buat di jadiin kartu ujian kita"ucap ina tak sengaja melirik aji yang tampak tak memperhatikannya.

"weh weh, kok cepet banget yah, tau-tau kita udah mau lulus njir"ucap kevin begitu keras membuat seisi kelas mampu mendengarnya.

"iyah anjir sumpah, awas kalian semua nanti kalo kangen sama gue ye"ucap ardi berpede ria.

"huuuuuuu"sorak seluruh siswa kelas.

"pede lu ah"ucap ale.

"eh kalian pada diem anjir, nih gue bagiin atu-atu"ucap ina berjalan menuju bangku paling jauh dari pintu.

Membagikannya ke belakang lalu kedepan, begitu seterusnya, hingga tinggal bangku aji yang belum ia kasih kertas itu.

"nih, isi, jangan maen pubg terus"ucap ina meletakkan kertas itu sekaligus menggebrak meja aji.

hal itu sukses membuat aji terkejut setengah mampus, menatap tajam ina yang juga sedang menatapnya tajam, seperti ada aliran listrik yang menyambungkan tatapan mereka berdua.

"isi jangan di makan"ucap ina memilih untuk segera berjalan menuju bangkunya.

"lucu banget sih lo berdua, kek orang mau bunuh satu sama lain"ucap ale tertawa pelan.

"bacot"

"yeeee, marina uv white"ucap ale segera mengisi pertanyaan yang tertulis di kertas itu.

Hingga 20 menit telah berlalu, ina langsung bangkit dari duduknya, meminta kertas itu kembali untuk di serahkan kepada bu siti.

"eh nomor telepon di isi nggak sih"tanya clara pada tera.

"nggak usah lah, nggak penting ini"jawab tera.

"sini kertasnya"

"bentar na, eum....nah udah, nih"ucap tera di susul oleh clara.

"udah belom, lelet banget sih lo"ucap ina melirik aji yang sedang sibuk menulis di kertas tersebut.

•ajinamoto•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang