Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Entah berapa lama Alando merenung, memandang langit lewat gedung sekolah. Lebih tepatnya rooftop.
Hari berganti bulan, dan bulan sudah berganti tahun.
Hari ini, dengan seragam kelulusannya, Alando termenung memandang langit yang tampak cerah.
"Sky, Nova. Gue harap lo berdua bahagia, tenang di sana." Alando menunduk. Masih ingat flashdisk yang terjatuh dalam buku catatan Nova waktu itu?
Di dalamnya ada sebuah rekaman yang Nova buat, Alando belum memutarnya hingga detik ini. Dan kini, lelaki itu tengah menggenggamnya, bersama laptop yang tergeletak di kursi panjang.
Tak berapa lama, Mentari, Senja dan yang lainnya muncul dengan sedikit berlari.
Alando menoleh lalu tersenyum kecil.
"Kenapa, Al?" tanya Senja merasa bingung, sebab Alando memintanya datang tanpa ada alasan yang jelas.
Alando merogoh saku celananya, menyodorkan selembar kertas yang terdapat foto Sky dan Nova di sana, memakai baju kelulusan.
"Ini apa?" tanya Senja sembari mengambil kertas itu. Alando hanya diam, beranjak duduk di sebelah laptop-nya. Kembali memandang langit.
"Sky punya keinginan," ujar Alando, yang lain terdiam mendengarkan.
"Keinginannya, dia bisa foto bareng sama Nova di hari kelulusan sekolah," lanjut Alando.
Mentari, Rama dan yang lainnya merasakan matanya yang memanas.
Alando terkekeh pedih membuat cairan bening yang sedari tadi lelaki itu tahan di pelupuk mata menetes.
"Gue cuma bisa ngedit foto mereka, gak bisa kabulin keinginannya." Beritahu Alando membuat Mentari langsung menyeka air matanya lalu menghampiri Alando, memegang bahu lelaki itu dari belakang. Alando tak bergeming.
"Al-"
"Sky bilang, dia bakal bikin Nova ngejar-ngejar dia pas hari kelulusan sekolah," lanjut Alando.
"Dia juga bilang, Nova bakalan peluk dia nanti." Senja meremas rok selututnya.
"Sky bil-"
"Lo tau Al?" ujar Mentari sembari terkekeh pedih. Kini Mentari beranjak duduk di samping Alando.
"Nova pernah cerita ke gue." Alando menoleh ke arah Mentari yang sudah berlinang air mata.
