48| PENGUNTIT

89 20 0
                                    

Jangan lupa Vote, Comment, Follow & Share...
Jejak Readers sangat penting untuk membangun semangat Autor🤗

________________________________________

Ujian Nasional.

Rasanya tidak akan afdal kalau tidak ada Ujian Nasional. Begitu juga di NESAS. Nanda tahu, sekarang sudah tidak ada lagi penyemangat selama ia di sekolah. Tapi setidaknya, ia harus bisa belajar dengan baik untuk Ujian nanti. Masa mau di sekolah terus?

Sekolah memang masa yang seru. Tapi bukan berarti harus di sekolah selamanya. Ada waktunya harus cari dunia baru dan kehidupan baru. Makanya, Nanda mulai belajar dengan serius untuk ujian nanti.

Sambil sesekali memandangi foto Reyhan yang ditempel di dinding. Sekedar untuk penyemangat saja, kalau bosan belajar, ia akan melihat foto itu lagi.

Nanda juga menyakinkan di hatinya bahwa ia harus lulus dengan nilai tinggi, supaya Nanda bisa menyusul Reyhan ke kampusnya dan cocok bersanding dengan cowok itu nantinya.

Hey, mana orang yang bilang ke kalian perempuan tidak usah kuliah karena ujung-ujungnya di dapur. Biar ku getok kepalanya!

Kalau ada kesempatan dan ada peluang, kenapa enggak.

Dengarkan ini baik-baik! Perempuan juga perlu pendidikan. Memangnya kalian mau apa anak-anak kalian nanti tidak tahu apa-apa saat pertama masuk ke sekolah. Apa kalian mau anak kalian jadi murid tidak pandai?

Setidaknya, seorang anak perlu didikan Ibunya bukan dari perilaku dan sifat saja. Namun dibarengi dengan pengetahuan juga. Supaya seorang Ibu akan bisa menjawab saat ada yang tidak diketahui atau tidak dipahami oleh anak-anaknya. Seperti saat belajar dan mengerjakan PR. Jadi, peran seorang Ibu dalam pendidikan juga penting. Catat! Penting!

So, apa masih yakin kalau perempuan tugasnya hanya di dapur atau di rumah saja?

Tentu saja tidak. Tugas perempuan lebih dari itu. Kalau tidak percaya, tanyakan saja pada Ibumu. Atau Ibu dari Ibu, Ibunya dari Ibunya Ibumu.

Jangan samakan kalimat ini dengan kalimat di salah satu part Spongebob. Sebab wanita tidak suka dibandingkan. Ingat itu.

“Pokonya, aku bakal berusaha dapat peringkat satu di akhir ujian nanti. Biar bisa nyusul Kak Rey”

Nanda menatap foto Reyhan dengan penuh rasa ambisius. Nanda yakin, ia pasti bisa. Yakin sekali.

“Peringkat satu, tapi dari belakang” celetuk Arif yang langsung direspon Nanda dengan tatapan horor. Cowok itu dengan tengil justru memasukkan tangan ke kantong celananya dan memandang remeh kakaknya itu. “Dengar, kalau pun Kakak peringkat satu. Yang pertama harus jadi alasan itu diri sendiri. Bukan orang lain”

“Jangan mengajari aku. Kamu tidak pernah tahu pengorbanan aku selama ini”

“Oh ya?”

“Berarti Kakak tahu dong, kalau si Reyhan itu gak akan perduli meskipun Kakak dapat peringkat satu sekalipun. Lagian, mustahil seorang Nanda bisa meraih peringkat satu”

“Kita lihat aja nanti”

“Oke”

“Kalau Kakak peringkat satu. Kamu harus siap jadi kacung Kakak selama lima bulan”

“Siapa takut” balas Arif menyanggupi, “Tapi kalau Kakak gagal. Siap-siap aja. Beliin aku kuota selama lima bulan. Deal?”

“Deal”

Dengan ketekunannya. Nanda belajar. Bahkan kemana pun dia pergi, tak pernah sedikitpun tertinggal dari buku pelajaran. Nanda sepertinya terlihat sangat serius dengan ucapannya. Ia benar-benar ingin menyusul Reyhan di kampusnya. Sebagai Mahasiswa sana tentunya. Dan akan memanfaatkan peluang itu untuk mulai mendekati Reyhan.

HALU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang