34| KAMBING HITAM

121 21 1
                                    

Jangan lupa Vote, Comment, Follow & Share...
Jejak Readers sangat penting untuk membangun semangat Autor🤗

________________________________________

Ardya berjalan sambil menggendong ransel dengan sebelah pundak. Ia sudah berpisah dengan Nanda di salah satu lorong dekat lapangan Voli. Untuk kali ini Ardya tidak ketahuan menyelinap masuk lewat belakang sekolah atau ketahuan terlambat lagi oleh OSIS. Tapi, ada satu orang yang mencurigai cowok itu tidak mendapatkan hukuman pagi ini.

"Ardya!"

Ardya langsung mendengus tanpa suara mendengar seseorang yang memanggilnya dengan nada sangat familiar.

"Mau sampe kapan kamu kayak gini sama aku?"

Ardya tidak menyahut, justru dengan tengil-nya cowok itu malah meledek cara Reyhan berbicara.

"Kamu diajari sopan santun gak sih? Orang lagi ngomong ngadep sini!"

Sontak Ardya mengepalkan tangannya kuat. Lantas menghela nafas menetralkan emosi. Lalu detik selanjutnya ia berbalik untuk mulai menghadapi Reyhan. Tangan Ardya terlipat di dada sekarang.

Reyhan menatap Ardya tajam. Ardya masih tak bergeming. "Kalau kamu benci sama aku jangan jadiin Nanda kambing hitamnya. Dia gak salah Ar!" kali ini Reyhan mencoba bicara tegas.

Ardya yang masih bersikap sok dingin malah mendengus geli. "Buang-buang waktu. Lo kalau iri karena gue deket sama Nanda ngomong Rey! To the point. Banyak bacot bawa-bawa kambing. Enggak sekalian tuh bawa ayam, kuda, kucing"

"Aku lagi ngomong serius Ar!"

"Gue juga serius"

"Kalau gitu berhenti bikin Nanda tersiksa. Kamu pikir aku gak tahu kemarin kamu maksa dia buat ngurusin rumah kamu selama tiga hari"

Ardya terdiam. Rupanya, ada orang dibalik batu yang memberitahukan Reyhan soal itu. Ardya pikir, mungkin orang itu juga ada disalah satu teman terdekatnya. Entah itu Ajof atau Erik, Ardya tetap tidak perduli.

"Kalau gue suka juga sama Nanda, apa lo bakal minta gue lepasin dia juga?" balas Ardya spontan.

Kini giliran Reyhan yang terdiam. Setelah mendengar kalimat itu, hatinya sedikit memanas. Untuk kesekian kalinya sesuatu yang dia sayangi harus direbut orang lain, Reyhan tidak akan membiarkannya. Sudah cukup ia kehilangan kasih sayang Papa, jangan yang lain lagi. Terutama Nanda.

"Kamu udah ngambil semuanya dari aku. Sekarang, kamu mau ngambil Nanda juga?" Sorot mata Reyhan yang teduh kali ini menajam. Tapi Ardya tetap sama sekali tidak gentar.

"Ngambil? Lo pikir barang?" Ardya malah terkekeh sumbang. "Rey, gue enggak pernah rebut apapun yang menjadi milik lo. Lo sendiri yang menyia-nyiakan semuanya, Riska, bahkan kasih sayang Bokap lo sendiri" Ardya bicara blak-blakan soal permasalahannya dengan Reyhan. Padahal, biasanya dia paling anti membuka privasinya, apalagi saat berada di sekolah.

"Apa semua itu gak wajar?" kata Ardya lagi menambahkan.

"Lo kehilangan semua itu karena ulah lo sendiri Rey!"

"Aku mengorbankan semua itu karena aku mau kamu kembali Ar. Kembali menjadi Ardya adik ku"

"Jangan panggil gue Adik! Gue bukan Adik lo, Rey. Kita gak ada hubungan darah sama sekali!"

Ardya mengakhiri perdebatan lebih dulu dengan melengos pergi ke kelas.

"Jadi... Mereka saudara?"

Nanda menutup mulutnya di balik tembok tanda tak percaya. Ya. Saat itu Nanda belum pergi. Cewek itu sempat berhenti untuk mengikat tali sepatu. Dan tanpa sengaja melihat Reyhan melangkah menghampiri Ardya.

HALU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang