20| HATERS

181 25 0
                                    

Jangan lupa Vote, Comment, Follow & Share...
Jejak Readers sangat penting untuk membangun semangat Autor🤗

Remang-remang aku melihat langit kamar ku. Tetapi bukan cahaya lampu. Melainkan bayangan dirimu yang menggoda iman ku

~Pengagum Rahasia

______________________________________


Nanda tengah asik meminum susu kotak sambil berjalan bersama tiga sahabatnya. Mereka kali ini, habis keluar dari minimarket sekolah.

Karena Audia adalah manusia yang tak bisa jauh dari air, gadis itu, butuh botol air mineral ukuran 4,5 ml untuk minum selama ia berada di sekolah. Jadi, mereka bertiga memutuskan untuk ikut pergi mengantarnya sembari jajan di minimarket.

"Itu kan si Ardya Nan!" seru Fitri mengalihkan tatapan mereka sebentar menuju lapangan basket.

Mereka bisa melihat beberapa murid yang kebanyakannya laki-laki sedang berlari di tepi lapangan. Memutari lapangan itu berkali-kali. Tak lupa juga, seorang pria dengan kemeja biru tengah berdiri di luar lapangan sambil berkacak pinggang.

Pak Aca!

"Pasti dia bikin masalah lagi" cibir Nanda.

"Aku rasa dia datang terlambat deh soalnya di hukum banyakan gitu" kata Cici.

Nanda hanya mengedikkan bahu merasa tidak perduli. Lalu menggiring ketiga sahabatnya untuk melanjutkan langkah kembali.

Awalnya, perjalanan mereka seperti biasanya. Tak ada hal atau sesuatu yang aneh. Namun, semakin lama. Fitri semakin merasakan ada sesuatu yang mengganjal dan membuat langkahnya semakin melambat.

"Kalian ngerasa ada yang aneh nggak?" wajah Fitri nampak serius memandang ketiga sahabatnya yang berjalan bersisian.

"Perasaan aku sih ada. Tapi, apa ya?" Nanda mengarahkan bola coklatnya ke atas untuk berpikir.

"Menurut kamu U?"

"Nggak tahu" jawab Audia diakhiri dengan bahu terangkat. Ia terlihat sibuk mengunyah wafer rasa coklat.

Saat mereka bertiga sibuk dengan argumen apa yang membuat mereka merasa ada yang aneh. Tiba-tiba tubuh Cici menegang. Gadis itu maju satu langkah dan berdiri di hadapan tiga gadis itu untuk menghentikan langkah mereka. Matanya sukses membulat dengan keringat dingin.

"Aku tahu!"

"Apa Ci?"

Wajahnya kali ini memerah. Gadis itu mencondongkan tubuhnya untuk berbisik, "Kalian pada nyadar nggak sih kalau orang-orang di sekolah lagi pada merhatiin kita?"

Audia mengangkat kepalanya, "Ah, masa?"

"Coba aja lihat sekeliling!"

"Ih, kamu bener Ci!" seru Nanda.

"Eh jangan di lihat lama-lama, jangan!"

Fitri dengan segera mendorong gadis-gadis itu untuk kembali ke posisi masing-masing. Lalu mengajak mereka mengambil langkah seribu dan bersembunyi dibalik tembok bersama-sama.

"Kenapa sih mereka pada lihatin kita?" tanya Cici gusar. Ia memang tidak suka di perhatikan begitu. Apalagi yang memperhatikan mereka seolah mengajak perang dunia kedua dengan sorot tajam mereka.

"Nggak tahu"

"Apa jangan-jangan ini ada urusannya sama kamu lagi Nan? Soalnya mereka ngarahin titik fokusnya ke kamu" tuduh Audia.

HALU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang