EPILOG

330 35 2
                                    

Barisan kursi-kursi merah itu hampir terisi penuh. Seorang pembawa acara yang cantik berdiri di depan layar bioskop, seakan-akan mengintruksikan semua penonton untuk terdiam sejenak.

"Di sebelah saya sekarang ada seorang penulis cantik yang karyanya berhasil dibuat film oleh sang sutradara. Film yang kalian tonton barusan adalah film adaptasi novel karya dari Ananda Prasista yang kerap kita kenal sebagai Nanda"

Semua orang bertepuk tangan. Nanda yang berdiri di samping pembawa acara, memperlihatkan senyumannya kepada semua penonton yang ada untuk sekedar memberi salam.

"Nanda, bisa kamu jelaskan mengenai novel Halu ini. Menurut simpang siur para pembaca, cerita ini sepertinya sangatlah nyata. Apa cerita ini diangkat dari kisah nyata kamu? Atau terinspirasi darimana?"

Nanda berdeham sebentar sebelum ia menjawabnya. "Dulu, saya memang menyukai satu orang cowok. Cowok itu selalu membuat saya semangat untuk pergi ke sekolah. Cowok itu selalu menjadi alasan saat saya harus bertahan dalam kesulitan apapun. Cowok itu juga yang seakan menguatkan saya supaya saya tetap memiliki mimpi meski sebenarnya mimpi itu sangat tidak mungkin bagi saya... Dan... Saya mencoba untuk membuktikannya lewat buku ini. Saya yang dulunya tak memiliki keberanian dalam hidup, akhirnya sekarang saya mencoba bangun meski hanya bermodalkan nekat... Dan buku ini juga awalnya memang ditujukan kepada seseorang"

"Apa seseorang itu ada disini?"

Nanda menggelengkan kepala pelan.

"Apa dia tahu perasaan kamu?"

Lagi-lagi Nanda menggeleng.

"Saya memang sengaja menyimpan perasaan saya ini diam-diam. Karena saya tidak ingin orang lain tahu, dia cukup tampan. Dan saya tidak mau ada orang lain lagi yang menyukai dia" bisik Nanda diakhir kalimatnya, namun masih bisa didengar semua orang.

Pembawa acara itu terkekeh ringan. "Wah... Dia sangat beruntung sekali ya... Seandainya dia tahu, apa yang akan kamu lakukan pertama kali?"

"Umm... Mungkin memeluknya. Itu salah satu cara untuk mewujudkan mimpi saya yang lain"

"Mimpi apa?"

Nanda mengangguk-anggukan kepala pelan, "Memeluk" jawabnya lagi, ia memperagakan tangannya sedang memeluk sesuatu, "Jadi dulu saya itu insom berat. Dan saya suka bayangin dia ada di samping saya untuk supaya saya bisa cepat tidur"

"Apa itu tidak mengganggu atau ada dampak negatifnya?" tanya Pembawa acara itu lagi.

"Saya tidak tahu. Tapi saya senang melakukannya"

Semua yang ada di ruang bioskop itu ikut terhanyut dengan apa yang diucapkan Nanda. Nanda tidak sedikitpun menutupi semua kebenaran tentang dirinya. Yang aneh sekalipun.

Baginya, kebiasaan seseorang itu merupakan hal yang tidak perlu dipermalukan. Karena terbiasa bisa jadi bisa. Contohnya saja, ia terbiasa membayangkan hal indah. Lalu ia menuangkannya ke dalam cerita dan akhirnya ia bisa menjadi seorang penulis. Selama itu hal yang baik dan tidak merugikan orang lain kenapa harus malu bukan?

"Tapi Nanda. Saya dan tim hari ini sudah menyiapkan kejutan untuk kamu"

Nanda sedikit terkejut mendengarnya.

"Seorang pengagum rahasia kamu" ucap si pembawa acara menambahkan.

"Pengagum rahasia?"

"Ya,"

Lalu, pembawa acara itu berdiri dari duduknya. Ia lantas berseru menoleh ke belakang dan berteriak, "Semuanya kita sambut...." semua yang ada di dalam bioskop itu mulai menunggu disertai rasa penasaran. Siapa sosok yang mengagumi Nanda?

HALU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang