Hal yang sangat Taehyung sukai adalah dimana dirinya tidak mendapati istri cantiknya berada di rumah. Biarkan, biarkan istrinya terjebak di perusahaan dengan angin kencang yang kuat dan hujan yang lebat. Bebal dikata, rasanya Taehyung tidak bisa memiliki sepenuhnya. Apapun yang dia lakukan percuma. Semua sudah dipenuhinya, namun Taehyung tak pernah mendapat kepuasan.
"Tuan."
Panggilan dengan nada imut itu membuyarkan Taehyung yang tengah melamun menatap jendela. "Taruh saja makanannya di meja, Jungkook."
Yang diperintah menganut, meletakkan bawaannya ke atas meja yang dituju. Setelahnya, kakinya melangkah keluar dan turun menapaki tangga.
Taehyung kembali merenungi nasibnya sembari memainkan sebuah yoyo di tangan. Permainan yang sederhana, namun terasa sulit bila dijalankan. Embusan napas terdengar beberapa kali di telinganya. Sepertinya, ini adalah kesempatan terakhir untuk membujuk sang Istri pulang ke rumah dan beristirahat. Tidak ada telepon, tidak ada permintaan.
Taehyung meraih mantel dan mengenakannya. "Jungkook. Jaga rumah! Aku harus menjemput istriku." ujarnya tergesa-gesa meraih kunci mobil dan pergi melesat setelah memakai sepatu.
"Baik, Tuan." balas Jungkook yang kini sibuk membersihkan wastafel.
Taehyung mendengar suara gemuruh yang mengamuk di langit. Hujan kian deras, jalanan menjadi licin. Pemandangan di luar membuat kaca mobil berembun dan harus berhati-hati. Taehyung mengambil ponselnya untuk menghubungi sang Istri, namun selalu di-reject.
Pernikahan mereka memang terbilang tidak seperti yang lainnya. Mereka menyetujuinya, akan tetapi dengan sarat Taehyung harus menerima jika istrinya masih memiliki kekasih lain. Taehyung yang mencintainya, berkorban mati-matian supaya pinangannya diterima oleh keluarga wanita. Namun sayang, dia belum mendapatkan seluruhnya. Rasa cinta, kehangatan, dan keharmonisan dalam rumah tangga.
Taehyung menghentikan mobilnya seketika di pinggir jalan, hujan kian deras seiring berjalannya waktu. Malam semakin berjalan, membuatnya hanya bisa membuang napas sembari terdiam. Jika dia melanjutkan perjalanan, seratus persen yakin jika dia akan menemui wanitanya ditemani oleh kekasihnya.
Apa yang harus dia lakukan? Inginnya melanjutkan menemani istrinya, hanya saja pasti yang dia dapatkan tak sesuai keinginannya. Akhirnya dengan berat hati, dia memilih memutar balik dan melajukan mobilnya menuju sebuah tempat.
•
Ketika malam sudah semakin larut, jam berdentang menunjukkan angka dua belas dini hari, Jungkook yang sudah terlelap terpaksa dibangunkan oleh suara ketukan pintu pelan. Jungkook melangkah keluar untuk membuka pintu. Hawa dingin langsung menyergap manakala Jungkook belum sepenuhnya membenarkan piyama kimononya supaya terturtup.
Taehyung masuk membawa dua plastik di tangan kanan dan kirinya. "Kau sudah makan?" tanya Taehyung.
Jungkook terdiam kemudian mengangguk. "Aku memakan makanan yang tidak kau makan, Tuan."
Taehyung mendengus. "Ambilkan piring dan gelas. Ayo kita makan." perintah Taehyung kemudian Jungkook mengangguk menuruti. Sembari Jungkook menyiapkan, dirinya pergi mengganti pakaian dan menata meja kerjanya yang sedikit berantakan. Taehyung hanya mengenakan kaos lengan pendek dan celana pendek selutut untuk malam ini.
"Bagaimana kuliahmu?" tanya Taehyung ketika melihat Jungkook menuangkan minuman kemasan ke dalam gelas berisikan es batu.
Jungkook menatap Taehyung yang duduk kemudian tersenyum lembut. "Aku masih mengerjakan revisi skripsi. Dua bulan lagi aku wisuda, Tuan."
"Lalu, kau akan kemana setelah ini?" tanya Taehyung meraih satu paha ayam dan memakannya. Dia juga mengambil satu gelas pepsi dingin dan menenggaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAMOUR [M] ✔
Fanfiction[[ FINISH ]] ⚠️ TAEKOOK (VKOOK) Jungkook seharusnya paham dia tidak boleh membayangkan Taehyung sejauh mungkin. Instingnya mengatakan untuk berhenti, namun perasaannya terus berkecamuk membayangkan seorang Taehyung. Dia harus berhenti sebelum semuan...