Sudah berapa lama Taehyung tidak merasakan pusing?
Dia tidak tahu.
Dia tidak tahu jawabannya. Akan tetapi, dia ingin seseorang hadir di hidupnya. Dia kesepian. Dia membutuhkan teman. Beberapa hari setelah dia sadar, Jungkook sudah kembali untuk bekerja. Kesembuhan Jungkook cepat pulih melebihi kondisinya.
Jungkook tak pernah lagi datang. Dan dia benar-benar sendirian. Dia tidak tahu harus melakukan apa, dia tidak memiliki orang untuk membantunya untuk sekedar bercerita. Beberapa dosen juga sudah menjenguknya.
Ketika dia tengah memandang jendela, suara pintu terbuka. Taehyung belum sadar, masih mencoba menetralkan suasana sunyinya. Tiba-tiba sebuah tangan terangkat menyentuh keningnya. Taehyung pikir itu Naeul, tapi bukan. Dia juga tidak mengharapkan Naeul datang. Sosok yang dia harapkan beberapa hari itu ternyata yang datang. Jungkook tersenyum padanya, kemudian mengambil baskom besar untuk mengompres keningnya.
"Mengapa kau datang?" tanya Taehyung, membuat aktivitas Jungkook terhenti sementara.
"Aku datang karena beberapa hari aku tidak menemuimu." jawab Jungkook.
"Kau tidak perlu datang. Kau sendiri menolak untuk kembali, 'kan?"
Jungkook ingat jika dia menolak permintaan Taehyung untuk kembali. Selepas dia mengalami kecelakaan, Yoongi kakaknya langsung datang dan memintanya untuk berhenti bekerja. Bahkan Yoongi memintanya untuk bekerja di studio milik Yoongi sendiri sebagai editor, tapi dia menolaknya. "Nyonya Naeul tidak akan datang. Dia sibuk, Tuan. Aku di sini yang menggantikannya."
"Kau merasa kasihan padaku?" tanya Taehyung. Mata Jungkook menatapnya sebentar. "Benar. Manusia seperti aku patutnya dikasihani."
Jungkook menggeleng. "Tidak seperti itu, Tuan. Kumohon jangan beralibi sendiri." ujar Jungkook. "Kau bisa mencari asisten rumah tangga baru." Jungkook tersenyum. "Kau tidak akan kesepian."
Taehyung menghela napas. Dia meraih tangan Jungkook kemudian menggenggamnya. "Tolong temani aku untuk satu hari ini saja." pintanya.
"Tapi aku harus bekerja, Tuan."
"Aku akan mengganti waktu kerjamu dengan uang lebih." Taehyung menjelaskan. "Aku akan menggantinya."
Jungkook terdiam. Dia menatap genggaman tangan Taehyung pada tangannya. Mengapa tidak dari dulu ketika dia memuja pria ini? Mengapa tidak dari dulu saja? Mengapa harus sekarang ketika dia sudah tidak bersama?
"Tuan..." lirih Jungkook, namun dia menemukan Taehyung sudah memejamkan matanya dan mendengkur halus.
Secepat ini?
Jungkook menggelengkan kepalanya. Dia berdiri untuk menaruh baskom ke atas meja, kemudian mendekati Taehyung dan mengusap kening Taehyung. Dia tidak menginginkan apapun selain kesembuhan Taehyung. Dia berterima kasih karena Taehyung sudah mau memaafkannya. Tapi sayang, hatinya masih terasa sakit karena itu.
Jungkook ingin sekali menelepon Naeul kembali supaya Taehyung tidak merasa kesepian, namun sayangnya sepertinya Naeul pun tidak akan peduli pada Taehyung.
Jungkook menoleh ke arah jam. Dia harus pergi. Mungkin dia akan kembali nanti.
♡
Tiga hari kemudian, Taehyung diperbolehkan pulang. Dia dihubungi pihak kepolisian untuk mengganti rugi kerusakan akibat perlakuannya sendiri. Untungnya yang ditabrak adalah Jungkook, dan untungnya Jungkook tidak melaporkannya ke polisi. Dia hanya mengganti rugi kerusakan palang penghalang dan harus memperbaiki mobilnya. Seharusnya dia mendapati hal itu, namun dia sedikit bingung karena semuanya sudah diselesaikan oleh Jungkook.
Maka dari itu ketika Jungkook datang menemuinya, Taehyung bertanya. "Denda yang kudapatkan sangat banyak, Jungkook. Kau bisa mengurusnya?"
Jungkook mengangguk. "Aku menelepon Nyonya. Dia bilang dia akan membantumu, Tuan."
Oh, dari Naeul. Tapi Taehyung tidak akan luput untuk mengatakan terima kasih kepada Jungkook. "Terima kasih, Jungkook."
Jungkook tersenyum. "Tuan, aku turut bahagia kau sudah sembuh."
Taehyung mengangguk. Diletakkannya kertas berisi pemberitahuan ke atas meja. "Terima kasih telah membantuku, Jungkook."
Sekarang ini mereka berada di apartemen Taehyung. Jungkook yang membantu Taehyung berbenah dan pulang. Di apartemen pun, Jungkook masih sempat-sempatnya memasak untuk Taehyung. Dia menginginkan kesembuhan dan kebaikan, maka Jungkook akan melakukan supaya dirinya dicintai dan dipandang baik.
Taehyung berdiri ketika Jungkook sudah menyiapkan piring ke atas meja. Ketika melihat Taehyung berjalan mendekat, Jungkook menahannya.
"Tuan! Jika membutuhkan sesuatu, panggil aku. Aku akan mengambilkannya untukmu." ujar Jungkook menghampiri dan menuntun Taehyung kembali ke sofa.
"Aku juga harus belajar supaya bisa sendiri, 'kan? Aku tidak memiliki teman di sini." Taehyung tersenyum.
Jungkook hanya terdiam sembari membantu Taehyung duduk. "Lukamu masih basah, Tuan."
"Ya, aku tahu." Taehyung menatap kakinya. Memang masih terasa sangat sakit, apalagi kepalanya yang terbentur. Bahkan napasnya masih tidak stabil akibat hampir tenggelam dan mati.
"Aku akan berada di sini sampai kau benar-benar sembuh, Tuan." Jungkook menjelaskan dengan senyuman terpampang di wajahnya. "Apa kau membutuhkan sesuatu?"
Taehyung mengangguk. Dia meminta Jungkook mengambil tas berwarna hijau di atas meja kerjanya. Ketika Jungkook kembali membawanya, Taehyung menerimanya dan langsung membukanya. Dia meraih laptop baru yang pernah dia belikan kepada Jungkook. "Ini laptopmu yang pernah kujanjikan padamu sebelum tragedi waktu itu." Taehyung memberikannya kepada Jungkook dan diterima Jungkook ragu-ragu.
Jungkook menatap laptop yang terbungkus tas itu dengan perasaan senang bercampur sedih. "Tuan, aku sudah mengumpulkan uang. Rencananya aku akan membelinya."
"Tidak. Laptop itu untukmu. Gratis. Tidak usah membayarnya. Dan lagi." Taehyung meraih sesuatu dari dalam tasnya. Itu sebuah ponsel baru. "Ini sebagai ganti dimana aku pernah membanting ponselmu." mulut Jungkook hampir terbuka namun Taehyung memotongnya. "Aku tidak menerima penolakan." ujar Taehyung.
Jungkook berkaca-kaca. "Seharusnya kau tidak melakukan hal ini, Tuan." lirihnya pelan.
"Tapi aku menginginkan melakukan ini." Taehyung tersenyum. "Ponselmu bisa diselamatkan. Walaupun hancur, aku sudah men-service-nya." Taehyung merogoh tasnya kembali dan mengembalikan ponsel lama Jungkook kepada pemiliknya. "Aku sengaja mengintipnya. Terima kasih sudah memasang foto diriku di wallpaper-mu."
Kening Jungkook mengernyit. Bukankah Taehyung sangat membencinya ketika tahu bahwa dia memasang foto sebagai wallpaper di ponselnya?
"Aku mengerti. Pasti kau bertanya mengapa aku justru berkata terima kasih saat ini? Padahal aku sangat membencinya dulu?" Taehyung tersenyum. Dia meraih tangan Jungkook kemudian menggenggamnya. "Karena aku merasa, masih ada orang yang mencintaiku, Jungkook."
Jungkook tersenyum haru. Dia menganggukkan kepalanya pelan. "Kupikir kau akan mengatakannya pada Nyonya."
"Tidak." Taehyung menjelaskan. "Tidak ada yang bisa kulakukan. Naeul tidak akan peduli. Sekalipun aku berselingkuh, dia justru bahagia."
Kening Jungkook berkerut. "Mana ada wanita yang senang melihat suaminya berselingkuh, Tuan?" Jungkook menggelengkan kepalanya. "Itu tidak mungkin."
"Mungkin-mungkin saja." Taehyung berdiri, mendekatkan dirinya pada tubuh Jungkook kemudian tersenyum. "Aku menyerah pada pernikahan ini, Jungkook."
Bola mata Jungkook bergantian menatap bola mata Taehyung. "A-apa?"
"Aku berencana akan bercerai setelah dia pulang dari tugasnya."
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAMOUR [M] ✔
Fanfic[[ FINISH ]] ⚠️ TAEKOOK (VKOOK) Jungkook seharusnya paham dia tidak boleh membayangkan Taehyung sejauh mungkin. Instingnya mengatakan untuk berhenti, namun perasaannya terus berkecamuk membayangkan seorang Taehyung. Dia harus berhenti sebelum semuan...