Chapter 8 [M]

4.3K 414 20
                                    

Taehyung tahu, Namjoon pasti akan syok dan terkejut.

"Taehyung, aku mengerti jika dia melakukan kesalahan fatal yang telah kau sebutkan. Tapi adilkah seperti itu? Ketika dia meminta permohonan maaf namun kau justru langsung mengusirnya? Maaf, bukannya aku lancang atau mengurus urusan keluargamu. Tapi sepertinya, peranan Jungkook lebih penting daripada istrimu sendiri untuk hidupmu."

"Darimana kau tahu?"

"Jungkook adalah teman baikku, Tae. Aku sempat menyukainya karena kebaikan hatinya. Sayang, dia tidak begitu mudah jatuh cinta. Jelas-jelas Jungkook adalah yang memahamimu. Dia memahamiku dengan cepat setelah tiga hari kami berkenalan."

"Kau benar. Tebakanmu tidak melesat."

"Kuharap kau memikirkan matang-matang. Jungkook bukanlah tipe pendendam."

Taehyung mengembuskan napasnya. Dia meraih bantal tidurnya kemudian meraih buku agenda milik Jungkook kemudian membukanya. Ada halaman yang terlewati yang ternyata adalah kalimat tersembunyi. Taehyung membukanya.

Rasanya, musim salju ini menusuk tulangku. Aku benar-benar bingung harus bagaimana. Tidur di tempat ini sangatlah nyaman, akan tetapi aku tidak ingin dirundung perasaan bersalah.

Taehyung, aku tahu ini akan membuatmu risih dan marah, tapi aku tidak bisa memendamnya. Bagaimana caranya agar ini bisa lepas? Aku tidak tahu.

Caramu memandangku, caramu tersenyum, caramu menganggapku, semuanya membuatku senang. Maaf jika itu lancang. Aku benar-benar mengagumi dan rasa itu kian tumbuh dan berubah.

Di musim salju pertama, ketika aku sudah resmi berada di keluarga hangat ini, kupikir semuanya akan terasa biasa saja. Namun aku salah, ini benar-benar mengejutkanku.

Taehyung, mimpiku benar-benar tidak bisa ditoleransi. Mimpi ini seakan-akan nyata, aku milikmu dan kau tidak akan pernah melepaskanku.

Aku berharap kau tidak mengetahuinya sampai kapanpun agar kau tidak kecewa. Aku sungguh minta maaf.

Taehyung menutup buku agenda itu. Rasa dingin menusuk lebih tajam. Di luar sana, hujan turun kembali. Rintikan itu menjadi rintikan sendu. Dia terbiasa sendiri.

Tangannya bergerak untuk menaruh buku agenda itu ke atas nakas, kemudian memposisikan tubuhnya berbaring miring dan memeluk bantal. Sunyi kembali melanda. Hanya bunyi denting jam yang berisik di tengah suasana sunyi ini.

Taehyung mulai memejamkan mata. Dan mimpi pun datang kemudian.

"Lapar..."

Jungkook berlirih. Dia menahan lapar dan kantuk secara bersamaan di dalam kelas. Dia memiliki jadwal kelas malam dan sebagai gantinya, dia meminta shift pagi sampai siang diberlakukan untuknya. Tidak sulit dibayangkan, namun dia merasa semakin lelah.

Jungkook berharap semoga saja dia bisa menyelesaikan mata kuliahnya dengan cepat. Doanya terkabul, dia jadi bahagia.

Cepat-cepat dia membereskan buku-bukunya, kemudian melesat keluar menghiraukan panggilan teman-temannya untuk berdiskusi sejenak. Jungkook tidak bisa menahan lapar, dia harus makan tepat waktu supaya tidak menangis.

Jungkook membeli sebungkus tteokbokki panas dan pedas serta melahapnya. Dia jadi mengingat bagaimana Taehyung sangat menyukai makanan ini sampai-sampai pernah dia tidak memakannya karena Taehyung menghabiskannya. Kemudian Taehyung terkena semburan omelan Naeul karena dikira Taehyung tidak bisa membeli sendiri.

BELAMOUR [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang