Chapter 6

2.4K 436 94
                                    

Bunyi dering telepon memenuhi suasana di pagi buta. Naeul baru saja selesai membuat teh hangat. Dia berjalan mengambil ponselnya, nama Jungkook terpampang jelas di layar.

"Halo? Jungkook?" Naeul menyapa. "Ada apa menelepon? Membutuhkan sesuatu?" Naeul membutuhkan waktu untuk Jungkook menjawab.

"Nyonya."

Naeul menanti Jungkook melanjutkan ucapannya.

"Aku pamit untuk berhenti bekerja."

Naeul tahu, pekerjaannya jauh lebih banyak dan permasalahan di rumah tak kunjung selesai. Hidup dengan pria yang tidak dicintai, dipaksa menikah padahal dia sendiri jelas masih ingin merasakan kebebasan.

"Apa yang kau lakukan, hah?!" Naeul berteriak ketika dia dan sang sopir akan pergi menuju tempat rapatnya. "Mengapa sampai kau memecatnya? Dia membutuhkan pekerjaan ini. Aku merekrutnya."

"Ini rumahku." Taehyung menjawab dengan tenang. "Apapun yang kau lakukan, apapun yang sudah kau putuskan, itu tidak memiliki kesepakatan denganku."

"Oh, jadi kau mau apa? Kau mau aku pergi dari rumah?" ancam Naeul.

"Kau sudah melakukan segalanya tanpa izinku, Naeul. Kau berpacaran dengan kekasih masa lalumu, kau melakukan hal-hal diluar dugaanku. Apa yang kuharapkan? Kau bahkan tidak mengabariku jika ingin pergi. Aku suamimu, Naeul."

Naeul menggeram rendah. Tangannya mencengkeram kuat tali tasnya tanpa sadar. "Kau suamiku, tapi tidak memiliki harga diri di depanku." jawabnya. "Aku sungguh menyesal harus menikah denganmu."

"Kau ingin bercerai denganku?"

"Ya! Tentu saja. Siapa yang akan peduli padamu, hah?" Naeul membentak. "Aku sungguh kasihan padamu, Taehyung."

"Kau bisa menceraikanku." ujar Taehyung. "Dengan sarat kau harus memberiku anak. Maka dengan itu aku akan melepaskanmu."

"Oh, tentu! Aku bisa memberimu anak. Tapi bukan dari darah dagingmu. Kau puas?!"

Pip!

Ponsel dimatikan, hubungan terputus. Naeul memblokir semua akses media sosial supaya Taehyung tidak menghubunginya. Dia benar-benar tidak mengerti. Taehyung tidak memberikan alasan yang pasti; memecat Jungkook karena Jungkook masih kuliah. Alasan lain adalah karena rumah itu, apartemen itu, milik Taehyung. Benar-benar tidak ada harga dirinya jika dia bersama Taehyung.

Sementara itu, Taehyung menyandarkan tubuhnya di ruangan lain. Apakah salah dia meminta haknya untuk memiliki anak? Usianya akan berjalan menuju kepala tiga. Dia ingin menimang seorang anak. Ingin memiliki seseorang yang bisa memanggilnya 'papa'. Apakah dia tidak dapat memilikinya?

Jungkook sudah tidak lagi bekerja di sini. Itu pasti akan membuatnya sepi. Ponsel hancur Jungkook masih teronggok di atas laptop baru yang dia belikan. Taehyung hanya butuh waktu.

Taehyung berjalan menuju kamar tempat dimana Jungkook pernah tidur di sana. Ruangan itu sepi, meninggalkan sprei dan selimut yang tertata rapi. Hampa sekali. Biasanya akan ada aktivitas di kamar ini. Komputer menyala, lampu yang benderang, suara alunan musik lembut. Namun sekarang, dia benar-benar sendirian.

Tetesan hujan membasahi jendela kaca restoran. Sudah beberapa jam yang lalu Jungkook duduk di sana, menghadap hujan yang kini kian menderas. Jungkook tidak tahu dimana dia bisa mendapatkan pekerjaan lagi, apalagi dirinya tidak tahu harus tinggal dimana. Apakah dia harus pulang? Tapi pasti orangtuanya akan bertanya-tanya.

Jungkook sudah berjanji akan membawa kebahagiaan untuk keluarganya, akan tetapi apa yang dia dapatkan? Dia mengecewakan banyak orang. Dia mengecewakan ayah, ibu, adik-adiknya, Taehyung, terutama Naeul.

BELAMOUR [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang