Jungkook mendengar pertengkaran itu lagi. Naeul yang akan melesat pergi bekerja sementara Taehyung yang menahannya untuk tidak pergi.
"Neul! Tolong di rumah saja."
"Memangnya kau tidak bisa berangkat sendiri? Ajak Jungkook sana!" Naeul balas membentak.
Taehyung memegang kepalanya. "Naeul, kau istriku. Aku hanya memintamu untuk memenuhi undangan ini."
Naeul bersidekap. Sekali tidak tetap tidak. "Ajak orang lain. Aku tidak mau."
Taehyung mengembuskan napasnya pasrah. Dia membiarkan Naeul pergi begitu saja. Kertas undangan di tangannya terbuang begitu saja, membuat Jungkook mengambilnya setelah Taehyung berlalu.
Jungkook memungutnya, membaca kertas undangan ini kemudian melebarkan matanya. Jungkook tahu siapa yang menikah, semoga saja instingnya tidak salah dalam menduga. "Tuan." panggil Jungkook ketika Taehyung berjalan menaiki tangga. "Apakah ini Kim Namjoon yang menjadi dosen matematika di fakultas tempat kau mengajar?" tanya Jungkook lembut.
Taehyung mengangguk. "Benar. Kau mengenalnya?" tanya Taehyung.
Jungkook mengangguk. Dia merasa senang. "Aku mengenalnya. Dulu saat aku masih duduk di bangku SMA, dia sudah kuliah. Kami menjadi partner kerja yang selama dua tahun di restoran. Aku sudah lama tidak mendengar kabarnya. Sayangnya aku tidak mendapatkan undangannya."
"Yeah, aku diundang. Dan aku baru tahu kalian saking mengenal. Karena Naeul tidak menginginkan menghadirinya, mungkin aku akan mengajakmu." Taehyung tersenyum dengan kedua tangan menyangga di pegangan tangga.
"Bersamaku?" tanya Jungkook tidak percaya. "Tapi, Tuan. Aku takut jika Nyonya marah besar karena kau mengaiakku. Sebaiknya jangan bersamaku atau kau bisa mengajak yang lain."
"Siapa?"
"Temanmu, mungkin?" Jungkook menyarankan. Terlihat wajah Taehyung yang berpikir dimana pandangannya tetap terpaku pada mata Jungkook.
"Aku tidak akan mengajak teman. Mungkin kau bisa karena kebetulan kau mengenal Namjoon." Taehyung tersenyum tipis dengan kedua tangan dimasukkan ke kantong celananya. "Jangan lupa jam tujuh malam, Jungkook. Naeul tidak akan marah."
Jungkook menelan ludahnya. Tanpa sadar bahwa kertas undangan di tangannya terlepas dari genggamannya begitu saja. Jungkook menelan ludahnya, merasa tidak percaya dia akan pergi keluar bersama seseorang yang menjadi majikannya, seseorang yang selalu datang ke mimpinya untuk bercinta.
♡
Perjalanan ke gedung pernikahan itu sedikit memakan waktu. Taehyung dan Jungkook terjebak kemacetan parah karena adanya pengaturan laju jalan dan operasi jalan polisi. Memang, malam seperti ini masih saja mencari mangsa.
"Jungkook, jika kau mau makan apa saja di pernikahan sana, jangan sungkan untuk mengambil, ya? Di sana makanannya sudah terjamin higienis dan lezat. Aku yakin kau pasti akan tergoda." pesan Taehyung.
Jungkook mengangguk. "O-oke."
Sedari tadi Taehyung penasaran dengan apa yang dibawa Jungkook di pangkuannya. "Apa yang kau bawa? Bingkisan hadiah?"
"Benar." Jungkook membuka bingkisan hadiah yang sudah terbungkus rapi oleh kertas kado dan menunjukkannya ke Taehyung. "Aku membuatnya. Mungkin tidak mewah tapi pasti Namjoon Hyung suka."
Taehyung mengerutkan keningnya. "Tapi sepertinya, kau tidak membawa satu saja?"
Jungkook menganga, dia tidak mengerti maksudnya. "Apa yang satu, Tuan?"
"Paperbag minimu terisi sesuatu." Taehyung reflek mengangkat paperbag yang masih berada di atas pangkuan Jungkook, namun dia terkejut ketika melihat sesuatu menggembung dari balik celana yang dikenakan Jungkook. "Jungkook, kau memakai sesuatu dibalik celanamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAMOUR [M] ✔
Fanfiction[[ FINISH ]] ⚠️ TAEKOOK (VKOOK) Jungkook seharusnya paham dia tidak boleh membayangkan Taehyung sejauh mungkin. Instingnya mengatakan untuk berhenti, namun perasaannya terus berkecamuk membayangkan seorang Taehyung. Dia harus berhenti sebelum semuan...