Chapter 3

2.8K 439 15
                                    

Jungkook mendapati dapur banjir oleh air keran yang mengalir dari wastafel. Ketika datang, Jungkook terkejut bukan main mendapati Taehyung yang bersandar di bawah dengan kaki lurus dan tangan yang terluka.

"Tuan!" Jungkook menjatuhkan plastik belanjaannya kemudian bergegas mematikan keran air dan menghampiri Taehyung. "Tuan, apa yang terjadi?"

Wajah Taehyung pucat pasi, dia menghindari tatapan Jungkook namun dia membiarkan Jungkook menyentuhnya. Jungkook segera membopongnya ke sofa keluarga dengan keadaan basah. Jika saja Naeul di sini mungkin wanita itu akan marah besar dan akan mengacungkan pisau dapur ke arahnya. Namun dia tidak peduli. Taehyung tidak peduli sekarang.

Jungkook duduk di sampingnya. "Tuan, apa yang terjadi?" tanya Jungkook. "Kau sakit?"

Taehyung masih bungkam. Kini matanya menyorot pada sepasang manik legam cantik milik Jungkook. Apa kau tak ingat apa yang terjadi semalam? batinnya berkata-kata. Namun sepertinya, Jungkook tidak mengingatnya. Taehyung juga tidak ingat jika dia pernah memukul kepala Jungkook menggunakan batu hingga amnesia atau semacamnya. Taehyung mengembuskan napas. "Kepalaku pusing. Tolong ambilkan minyak angin di kotak obat." perintah Taehyung.

Jungkook segera mengambilnya. Sementara itu Taehyung memandangnya dengan ekspresi bertanya-tanya.

Jungkook, kau tak ingat semalam?

Jungkook, kau benar-benar tak sadar?

Jungkook, aku bahkan memikirkan ini hingga sekarang.

Taehyung menutupi wajahnya. Rasa panas menjalar di tubuhnya. Hanya sebentar dirinya melakukan itu, Jungkook datang dengan membawa minyak angin dan segelas air putih hangat. "Terima kasih." jawab Taehyung ketika Jungkook menyerahkannya kepadanya.

"Tuan, kau sakit?" tanya Jungkook sekali lagi.

Taehyung menggangguk singkat. "Dimana Naeul?"

"Nyonya memberitahuku jika dia akan pergi keluar kota karena pekerjaannya." jawab Jungkook.

"Dan dia mengajak kekasihnya?" tanya Taehyung dan Jungkook mengangguk. "Apa dia memberitahumu jika dia melarangku untuk mencarinya?

Jungkook mengangguk. "Benar, Tuan."

"Aku tidak akan mencarinya." Taehyung mendesah pelan. "Aku mau mandi. Kau bereskan saja dapur dan semua kekacauannya." Taehyung bangkit setelah dia memberi perutnya minyak angin dan menaruhnya kembali ke meja.

Jungkook berdiri, mengambil belanjaan yang sempat dia telantarkan dan membawanya ke atas meja. Dia menggulung lengan kemejanya sampai atas, mengambil kain pel dan alat dorongan air untuk membersihkan genangan air. Untung saja tidak terkena stop kontak listrik. Jika itu terjadi maka dipastikan akan terjadi korsleting listrik dan memicu kebakaran.

Selama membersihkan dapur, Jungkook tak henti-hentinya berpikir. Apakah Taehyung memiliki riwayat penyakit serius? Atau mungkin Taehyung sedang frustasi? Bagaimanapun itu, Jungkook tidak mengerti mengapa dia sampai melakukan hal ini. Mungkin saja memang Taehyung frustasi tentang keluarga kecilnya.

Sementara itu Taehyung memutar keran wastafel kamar mandi kamarnya. Dia menatap dirinya di pantulan cermin. Dia merasa lesu, kedua tangannya mencengkeram kuat pinggiran wastafel.

Malam itu, adalah malam yang tidak pernah dia sangka.

.
.
.

Mereka kembali setelah apa yang Taehyung taruhkan untuk meminum alkohol. Dibandingkan dengan dirinya, Jungkook memang yang terbaik yang bisa dikategorikan sebagai peminum handal. Dia tahu karena dia pernah merayakan ulang tahun dan di sana terdapat alkohol berkadar tidak terlalu tinggi. Dia memaksa Jungkook untuk meminumnya karena hanya dirinya dan Jungkook yang merayakan ulang tahunnya. Sampai semua habis tak tersisa, dirinya yang ambruk, Jungkook yang masih bertahan.

BELAMOUR [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang