Chapter 13

2.2K 372 9
                                    

"Kau tidak bisa memilih sekenanya, Tuan. Pernikahan bukanlah main-main."

"Lalu bagaimana jika aku sudah melepasnya? Apakah aku harus bertahan dalam ketidaknyamanan itu?" Taehyung menjelaskan dimana Jungkook menggigit bibir. Inginnya menyela Taehyung, akan tetapi ucapan Taehyung memang benar. "Kau mungkin tidak percaya jika aku belum pernah menyentuh Naeul."

Jungkook melihat Taehyung memposisikan tubuhnya duduk dengan benar. Tangan Taehyung memijat kakinya, sementara Jungkook menatapnya. "Apakah Nyonya Naeul akan menyetujui jika kalian berpisah?"

Taehyung mengangguk. "Mustahil dia akan menolak bahkan mengemis padaku."

"Lalu selanjutnya, apa yang akan kau lakukan setelah berpisah?" tanya Jungkook.

Taehyung mengembuskan napasnya. "Aku tidak tahu. Mungkin hidup menyendiri terlebih dahulu." Taehyung tersenyum.

Jungkook mendekat. Dia membawa masakannya di atas piring dan meletakkannya di depan Taehyung. Dia memilih duduk di samping Taehyung. "Tuan, tak ada salahnya untuk mengambil keputusan ini. Tapi kau harus membicarakannya pada Nyonya."

"Tentu saja." Taehyung menjawab. Iris matanya menelisik ke arah Jungkook yang menuangkan segelas air. "Jungkook, apakah aku bisa mendapatkan sesuatu darimu?" tanya Taehyung.

Jungkook menoleh. "Sesuatu apa yang bisa kuberikan, Tuan?"

Taehyung mendekat, menarik tangan Jungkook dan Jungkook langsung jatuh ke dalam pelukannya. Taehyung menarik napas panjang sementara Jungkook diam tak berkutik. "Aku hanya ingin merasakan ini. Mungkin satu kali."

Jungkook memandang lengan Taehyung. Dia memegangnya kemudian mendongak. Rasanya, kejadian ini pernah terjadi di dalam mimpinya. Sekali saja, bolehkah dia merasakannya?

Jungkook mendekatkan bibirnya ke bibir Taehyung. Mata Jungkook terpejam dan tak perlu waktu lama, bibir mereka menyatu. Mulanya memang menempel, namun lama-kelamaan mereka saling mencium dan mengisap. Taehyung ikut memejamkan matanya, menikmati ciuman mesra itu dimana dia tidak sadar jika tangannya meremas pinggang Jungkook.

Bolehkah jika malam ini dia merasakan kesenangan?

"Jungkook..."

"Jungkook..."

"Jungkook..."

Jungkook mengerang ketika dia mendengar suara bisikan di telinganya. Taehyung dengan mata terbuka menatapnya seperti merintih kesakitan. "Tuan? Ada apa?" Jungkook segera bangkit. Dia menyadari jika dia tidur seranjang dengan Taehyung. Mengabaikan hal itu, dia memilih untuk fokus dengan rintihan Taehyung.

"Lukaku, sepertinya terbuka. Darahnya merembes." ujar Taehyung menunjukkan kakinya.

Jungkook merasa syok dan seketika meraih saklar lampu utama dan menyalakannya. Dia segera mengambil kotak P3K dan membawa air hangat serta kain untuk membersihkan. Selimut terkena darah Taehyung. "Pasti kau banyak bergerak, Tuan."

"Aku tidak sadar. Rasanya perih sekali." ujar Taehyung.

Jungkook mulai telaten membuka perban dan membersihkan luka. Darah merembes keluar dan membasahi kaki Taehyung. Tangannya bergerak terampil membersihkan dan mencoba menghentikan keluarnya darah. "Besok kau harus konsultasi lagi ke dokter." ujar Jungkook.

"Tapi aku harus pergi mengajar, Jungkook." jawab Taehyung sedikit meringis manakala kain menyapu luka basahnya.

"Ingat kesehatanmu dulu, Tuan. Kau bisa meminta mahasiswa-mahasiswamu untuk mencari pembimbing lainnya. Kau juga harus mengurus mobilmu di bengkel beserta tetek-bengeknya." jelas Jungkook.

"Ya, benar. Aku akan melakukan bimbingan online." Taehyung menatap Jungkook mulai mengeringkan lukanya dan membalutnya dengan perban untuk sementara. "Kau terlihat luar biasa, Jungkook. Bagaimana kau melakukannya?"

"Aku calon dokter." Jungkook tersenyum. "Ini kesempatanku untuk mencoba dan mempraktekkannya." lanjutnya dengan tangan telaten mengaitkan perban supaya kencang dan menutupi luka Taehyung. Dia sudah memakaikan kain kasa dan beberapa kapas juga serta sedikit obat merah di sekitar area luka. "Tuan, apa kau tidak keberatan jika aku tidur di sini?"

"Aku yang memintamu." Taehyung tersenyum. Irisnya tidak lepas dari tatapan Jungkook padanya.

"Tentang ciuman itu?" lirih Jungkook dengan wajah sedikit memerah. "Bagaimana jika Nyonya tahu?"

"Apa kau takut?" tanya Taehyung.

"Dulu kau yang takut dan marah jika Nyonya Naeul tahu aku memasang fotomu menjadi tampilan layar ponselku." Jungkook menjelaskan. "Mengapa sepertinya berbalik? Aku penasaran dengan perasaanmu. Bagaimana kau menganggapku?"

"Teman."

Jungkook mengatupkan bibirnya dan tersenyum tipis. "Teman." ulangnya memastikan bahwa dia tidak salah mendengar.

Taehyung mendekat, mencium bibir Jungkook kemudian berbisik. "Tapi milikku." ujarnya. Dia menatap Jungkook dan tersenyum. "Aku siap menjalani hukuman apapun. Aku mau kau pukul, aku tidak masalah jika aku mengumpatku asalkan kau mau memaafkanku. Bagaimana supaya teriakanku dan pengusiranku yang masih kau ingat bisa seimbang. Kau boleh melakukan apapun."

Entah Jungkook yang terlalu bodoh atau dia sudah terlalu mempercayai Taehyung, rasanya memaafkan Taehyung tidak apa, 'kan? Jika kesempatan kedua itu ada, maka Jungkook akan memberikannya. Namun jika Taehyung melukainya lagi, dia bersumpah akan pergi.

Taehyung kembali merebahkan dirinya sementara Jungkook mengembalikan barang-barang yang dia pakai untuk mengurus Taehyung. Jungkook mengganti selimut yang terkena darah dan merebahkan dirinya di samping Taehyung.

"Jungkook?"

"Ya?"

"Terima kasih sudah mau kurepotkan." ujar Taehyung.

"Memang tugasku..." lirih Jungkook.

"Jika aku memintamu kembali, apa kau mau kembali bekerja di sini?"

Jungkook menatap jam dinding. Pukul tiga dini hari dan jam tujuh dia harus berangkat bekerja. Yoongi sedari tadi sudah berisik menanyakan keberadaannya dan dia terpaksa berbohong bahwa dia ada di rumah temannya menginap. "Apakah kau bisa memberiku waktu untuk mengambil keputusan, Tuan?"

Taehyung mengangguk. Dia merangkul pinggang Jungkook dan memeluk Jungkook dari belakang. "Aku tidak pernah menyangka jika bisa seintim ini denganmu." ujar Taehyung. "Aku akan memberimu waktu."

Pipi Jungkook memerah mendengarnya. Dia tersenyum tanpa diketahui oleh Taehyung. "Terima kasih..." lirihnya. "Dan jika boleh tahu, kenapa kita bisa dalam posisi seperti ini?"

"Itu karena aku bermimpi kita bercinta."


To Be Continued...

BELAMOUR [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang