Sebentar lagi Jungkook akan menghadapi ujian sekaligus libur panjang. Dia disibukkan dengan tugas yang menggunung, dihadapkan pada tambahan materi, dan juga tentang rumus-rumus yang banyak sekali.
Beberapa kali dia juga berguru pada Taehyung untuk menyelesaikan tugas-tugas yang tidak dia ketahui.
"Kau juga mengambil mata kuliah ajarku?" tanya Taehyung.
Jungkook mengangguk. "Untuk menambah nilai." dia menaruh kepalanya dengan bibir mengerucut. "Kemarin Nyonya meneleponku." Jungkook mulai bercerita. "Dia menanyakan kabarku."
"Kabarku?" tanya Taehyung memotong.
Jungkook menggeleng. "Tidak sama sekali. Nyonya tidak menanyakan kabarmu. Dia berkata bahwa kau itu pria yang merepotkan." Jungkook hampir saja tertawa sementara Taehyung di depannya memasang tampang bodoh. "Ya, dia mengatakan bahwa kau pria yang merepotkan. Dia sudah mengurus kepolisian walaupun lewat aku dan dia memintamu untuk mengurus mobilmu sendiri. Dia bahkan mengatakan padaku bahwa dia akan menggugatmu."
Taehyung tersenyum miris. "Kau sudah tahu pada akhirnya, 'kan?" Taehyung mengembuskan napasnya. "Walaupun bertahun-tahun aku menjaga pernikahan ini, aku akan menyerah juga pada akhirnya."
Jungkook mengangkat kepala. Dia mengusap rambut Taehyung kemudian tersenyum. "Sesuatu yang dilakukan, dirasakan, dan diperjuangkan secara berlebihan itu tidak baik, Hyung. Jika mencintai, maka cintailah dengan semampumu, jangan di luar kemampuanmu. Cinta bisa saja membuatmu melayang, bisa saja membuatmu patah hati." jelas Jungkook.
Taehyung hanya tersenyum menanggapi. Dia meraih tangan Jungkook kemudian menggenggamnya. "Lalu apa yang dikatakan Naeul kembali?"
"Dia memintaku untuk menjadi pasanganmu, menggantikan dirimu." Jungkook tersenyum lembut. "Tetap alasan yang sama. Dia tidak pernah mencintaimu."
Taehyung tercengang. Mulus sekali jalan percintaannya? Tidak seperti yang lain. Dia merasakan perjalanannya begitu singkat. "Dia tidak bercanda memintaku untuk menikahimu?" tanya Taehyung.
Jungkook mengangguk. "Dia tidak bercanda. Apa kau mau kusambungkan dengan Nyonya?"
♡
"Jadi apa maksudmu?"
"Apa? Kau tidak terima? Terima saja. Memaksaku untuk tetap hidup bersamamu akan menjadi neraka untukmu."
Taehyung mendesah. "Naeul, apakah dua tahun tidak cukup untukmu? Bagaimana jika nanti keputusanmu ini justru membuatmu menyesal?"
"Menyesal? Untuk apa aku menyesali keputusanku?" Naeul tertawa di seberang sana.
Taehyung mencoba menenangkan pikirannya. "Naeul, jika ini memang keputusanmu, maka aku akan menerimanya. Aku menyerah."
"Oh? Baguslah! Karena biasanya kau akan bebal jika aku menggugatmu bercerai. Aku sudah menyiapkan berkas, tinggal kau tanda tangani. Untuk harta, beberapa barangku ada di apartemenmu. Untung saja kita tidak punya anak, ya? Jika punya pasti susah akan jatuh ke tangan siapa." Naeul tertawa kecil. "Oh, jika boleh tahu, kau sudah mendapatkan penggantiku? Karena kasihan saja kalau kau melepas statusmu sebagai suamiku dan menjadi duda, belum memiliki pasangan."
Taehyung mengusap wajahnya. Dia tidak bisa menebak mengapa Naeul dengan entengnya mengatakan hal seperti ini. Seolah-olah tidak ada rasa rasa menyesal, sakit, ataupun perpisahan. "Tidak."
"Oh, bahkan aku ingin memasangkanmu dengan Jungkook. Bagaimana?" tanya Naeul.
Taehyung mendengus. Iris matanya menatap sosok Jungkook di dalam dimana dirinya berada di luar balkon terhadang pintu kaca. "Apa aku boleh tahu mengapa kau tidak merasa menyesal atau berat jika kita berpisah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAMOUR [M] ✔
Fanfiction[[ FINISH ]] ⚠️ TAEKOOK (VKOOK) Jungkook seharusnya paham dia tidak boleh membayangkan Taehyung sejauh mungkin. Instingnya mengatakan untuk berhenti, namun perasaannya terus berkecamuk membayangkan seorang Taehyung. Dia harus berhenti sebelum semuan...