Chapter 11

2.3K 388 20
                                    

Jungkook merasa nyeri pada kakinya. Dia berusaha semaksimal mungkin untuk tetap bergerak. Dokter menyarankan jika dia harus berjalan menggunakan kursi roda. Perihal yang menabraknya, dia tidak tahu.

"Dokter, apakah kau boleh memberitahuku dimana pasien yang menabrakku?" tanya Jungkook.

Sang Dokter mengangguk. "Akan kutunjukkan padamu." ujarnya. Dia membantu Jungkook duduk di atas kursi roda, kemudian mendorong kursi roda itu mengajak Jungkook ke ruang ICU.

"Terima kasih, Dokter." ujar Jungkook. Sang Dokter akhirnya pergi meninggalkan Jungkook.

Jungkook meraih roda, memutarnya dan maju ke arah depan. Dia mendekati sosok pria yang berbaring di sana. Ketika menatap wajahnya, Jungkook kaget bukan kepalang.

Sosok yang menabraknya adalah Kim Taehyung, pria yang pernah mengusirnya. Pria yang pernah menjadi harapannya. Pria yang kini sudah tidak lagi hadir di mimpinya.

"Tuan...?"

Naeul masih terlelap. Jam menunjukkan pukul tiga. Dia mengangkat kepalanya untuk meraih ponsel yang berdering. Siapa manusia yang memanggilnya sepagi ini?

"Halo?"

"Nyonya, ini saya. Jeon Jungkook."

Mata Naeul terbuka. "Oh, Jungkook? Apa kau mau kembali ke pekerjaan lamamu?" Naeul sedikit tersenyum. "Aku akan senang hati menerimanya. Taehyung pasti sudah memikirkan hal ini matang-matang."

Jungkook menggigit bibirnya. Sebenarnya dia menghubungi Naeul bukan karena dia kembali bekerja. "Nyonya, Tuan Taehyung kecelakaan."

Mulut Naeul terbuka. "Bagaimana bisa? Lalu keadaannya?"

"Tuan Taehyung masih belum siuman. Tapi dokter bilang jika dia sedikit terkejut karena kecelakaan ini."

"Oh, ya sudah. Kupikir dia kritis atau koma. Dia tidak membutuhkanku. Jaga dia. Aku tidak tahu kapan pulang. Jika kau membutuhkan uang, katakan saja padaku. Urus dia, aku akan membayarmu."

Jungkook terkejut. "Tapi Nyonya, Tuan Taehyung membutuhkan Anda. Apakah Anda tidak bisa pulang?"

"Tidak." Naeul menarik napasnya dan mengembuskannya. "Pekerjaanku lebih penting daripada mengurus Taehyung." Naeul mulai memejamkan matanya. "Sudah, ya? Selamat malam."

Bip!

Jungkook menaruh gagang telepon ke tempat asalnya. "Terima kasih." jawabnya kepada perawat setelah mau meminjamkannya telepon rumah sakit. Jungkook berbalik kemudian mendorong kursinya menuju ruang Taehyung. Dia tidak tahu mengapa Naeul sebegitu bencinya kepada Taehyung. Tidak seharusnya seperti ini.

Perlahan Jungkook mendekat. Dia memandang wajah Taehyung yang sudah dibersihkan terlelap damai. Apakah seperti ini jika Taehyung terlelap dengan tenang? Wajahnya begitu damai, bahkan membuatnya tersenyum tanpa sadar. Mungkin dia akan merawat Taehyung sampai pria itu membuka matanya.

Taehyung membuka matanya. Kesadarannya perlahan pulih. Nyeri mendarat tiba-tiba, membuatnya bergerak kaku ke sana ke mari. Jendela terbuka, cahaya redup masuk ke ruangan.

Apa yang sudah terjadi padanya?

Kepalanya masih terasa pening luar biasa. Ketika menoleh, dia dihadapkan pada sosok Jungkook yang tengah meracik sesuatu di atas nakas. Apakah dia bermimpi? Jungkook ada di sini? Ingatannya kembali pulih. Jangan-jangan, orang yang tadi malam dia tabrak adalah Jungkook?

"Jung..."

Jungkook menoleh, kemudian panik. Dia langsung meletakkan gelas, mendekati Taehyung dengan kursi rodanya. "Tuan, kau sudah sadar? Apa kau merasa kesakitan? Mau kupanggilkan dokter?"

Taehyung menggeleng. Memang masih sakit kepalanya, tulang-tulangnya terasa remuk sekali. Tapi dia tidak mau mengatakannya hanya karena dia melihat Jungkook di atas kursi roda. "Jungkook, ambilkan aku air. Boleh?" pintanya. Tenggorokannya terasa kering.

Jungkook mengangguk, mengambilkan air putih, memasukkan sedotan, dan membantu Taehyung untuk meminumnya pelan-pelan. Taehyung bernapas lega ketika tenggorokannya sudah basah.

"Jungkook, mengapa kau ada di atas kursi roda?" tanya Taehyung lembut. Jungkook terlihat bergerak gelisah sembari menaruh gelas tadi ke tempatnya. "Apa kau orang yang kutabrak tadi malam?"

Jungkook tersentak. Dia menganggukkan kepalanya pelan.

"Kau baik-baik saja, Jungkook?" Taehyung menelan ludahnya. Pertanyaan retoris yang seharusnya tidak dia tanyakan. "Maaf, seharusnya aku tidak melakukan itu."

"Apa kau sakit, Tuan? Sampai kau kehilangan kendali dan menabrakkan dirimu sendiri?" tanya Jungkook.

Taehyung mengangguk. "Ya. Aku sedang sakit."

"Mengapa kau memaksakan dirimu, Tuan?" Jungkook menatap Taehyung dalam. "Kau kehilangan mobilmu. Mobil kesayanganmu masuk ke laut."

Taehyung tersenyum. "Tak apa. Aku sudah terbiasa kehilangan."

Jungkook menahan napasnya sesaat. Dia tidak mengerti apa yang dimaksud Taehyung, namun sebisa mungkin dia berusaha tenang. "Tuan, apakah kau ingin menyendiri? Aku bisa keluar."

Taehyung balas menatap Jungkook. "Jungkook, seandainya aku memintamu untuk kembali bekerja di rumah, apa kau menyetujuinya?" tanya Taehyung, dengan tatapan begitu dalam ke arah Jungkook.

Jungkook membasahi bibirnya. Lidahnya menusuk-nusuk dinding mulutnya. Dia tidak tahu. Dia bekerja di restoran masih bisa dihitung pakai jari. "Aku ... tidak tahu, Tuan. Kau bahkan sudah mengusirku dan memecatku. Apa yang harus aku lakukan?" Jungkook menyunggingkan senyum kecil. "Sepertinya kau membutuhkan istirahat, Tuan. Aku akan keluar. Kau bisa memintaku untuk memanggil dokter jika membutuhkan dokter." Jungkook beringsut memutar kursi rodanya untuk membelakangi Taehyung.

"Aku kesepian." ujar Taehyung tiba-tiba. "Selama Naeul pergi dan kau sudah angkat kaki, aku tak mendengar suara gaduh lagi di rumah."

Jungkook menoleh kemudian tersenyum. "Itu pilihanmu sendiri, Tuan."

"Aku menyesalinya." Taehyung berkata cepat. "Ya, benar. Aku menyesalinya."

Jungkook merenung, memikirkan apa yang Taehyung katakan. "Tuan..."

"Tapi aku tidak bisa memaksamu, 'kan? Aku hanya ingin berkata maaf karena telah membentakmu, bahkan mengusirmu. Aku membaca buku agendamu, catatan-catatan di sana. Dan aku mengerti."

Mata Jungkook membola. "Kau ... membacanya?"

Taehyung mengangguk pelan. "Yeah. Terima kasih sudah mau memperhatikanku sedalam itu. Aku akan mengingatnya untuk diriku sendiri."

Jungkook mengatupkan bibirnya. Dia tidak percaya. Apakah ada benturan keras yang mengenai kepala Taehyung sehingga pria itu mengatakan hal yang tidak-tidak? Ataukah dia sendiri yang tidak sadar?

"Jungkook." panggil Taehyung. Jungkook menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Aku berharap kau bahagia selalu. Aku akan mengganti ponselmu yang sudah kurusak dan uangmu."

Jungkook mengangguk perlahan. "Terima kasih, Tuan." jawabnya dengan suara gemetar. Dia melanjutkan mendorong kursi rodanya kemudian keluar dari ruangan.

Apa bisa Taehyung meminta Jungkook kembali?

To Be Continued...

BELAMOUR [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang