20. Will You Marry Me?

138 29 5
                                    

[Yoohan's Eyes]

Taehyung mengajakku berkeliling kota Salzburg, padahal aku belum puas mengelilingi Taman Mirabell yang penuh dengan bunga itu. Aku sebenarnya bingung kenapa Taehyung bisa tahu banyak tempat di sini, bahkan tidak ragu sama sekali dengan jalan yang ada di tempat-tempat yang ia datangi. Seperti London, Jepang, dan juga di sini. Dia bukanlah traveller! Apakah CEO perusahaan pakaian terkenal harus berkeliling berbagai negara?

"Kenapa kau bisa tahu banyak tempat di luar negeri, Taehyung?" tanyaku ketika kami berada di dalam bus, menuju lokasi yang ingin Taehyung datangi. "Kau mencari tahu sebelum pergi ke sini?"

Taehyung menoleh sejenak lalu menatap kembali ke depan. "Tempat-tempat ini pernah kudatangi bersama mendiang ibuku dulu."

"... Ibumu?"

"Iya. Dia dulu seorang pelukis yang cukup terkenal dan suka jalan-jalan. Ia suka mengajakku berkeliling dari satu negara ke negara lain untuk melukis sejak aku kecil. Namun sayang, masih banyak tempat yang belum sempat ia datangi."

Aku hanya bisa diam mendengarkan penuturannya. Raut wajahnya terlihat jelas kalau ia merindukan ibunya. Hm, wajar kalau begitu. Taehyung bisa tahu banyak tempat indah di luar sana berkat ibunya. Ibunya mengenalkannya dengan dunia yang luas sejak kecil, membentuk personalitanya menjadi sosok yang berani dan memiliki banyak pengalaman. Diam-diam, aku berterima kasih pada mendiang ibunya, yang kuyakini pasti sangat cantik karena bisa melahirkan pria sehebat Taehyung.

"Kenapa menatapku seperti itu?" ujar Taehyung tiba-tiba membuatku tertegun. Cepat-cepat aku buang muka karena malu, jadi ingat kejadian semalam yang membuatku sebelumnya merasa canggung setengah mati.

"Aku tahu aku tampan. Tidak usah mengaguminya terlalu lama."

Aku merinding mendengar perkataan Taehyung yang benar-benar percaya diri. Aku tidak menyangka pria ini bisa sangat narsis dengan level yang tinggi seperti ini. Aku terbelalak, sementara pria Kim ini hanya tersenyum manis.

Yah ... tidak bisa kupungkiri senyumnya itu memang manis.

"Kau menyeramkan, Taehyung," balasku, dan Taehyung hanya tertawa kecil.

Tidak lama kemudian, bus berhenti di sebuah halte, dan Taehyung memutuskan untuk turun. Aku mengekorinya, dan ketika turun, netraku terbelalak karena melihat keramaian di sepanjang jalan di sini. Aku melihat banyak sekali turis yang masuk ke sebuah jalan kecil yang diapit bangunan-bangunan besar. Taehyung kembali melangkah menuju jalan yang kulihat, yang sepertinya merupakan tempat tujuannya.

"Uwah ...," seruku senang karena tempat ini ramai sekali. Di kanan dan kiri kami ada banyak toko-toko survenir dan juga toko makanan. Setiap toko memiliki papan nama yang tergantung di atas gedung-gedung mereka. Suara bel sepeda orang-orang yang melintas, membuat suasana jadi sangat ramai namun menyenangkan.

"Kau suka tempat ini?" suara Taehyung kembali menyapa telingaku. Aku hanya bisa mengangguk cepat dengan mata yang masih berkeliling menatap sekitarku. Taehyung berhenti sebentar di depan toko roti, lalu membeli roti untuk kami berdua. Kembali melanjutkan perjalanan sambil makan, kami mengitari sepanjang jalan sembari melihat-lihat estetika bangunan Eropa yang memiliki kesan kuat ini. Aku seperti benar-benar berada di negeri dongeng yang sangat indah! Langit yang cerah pun menambah keceriaan yang kurasakan sekarang. Untuk sejenak, aku bisa sedikit melupakan perasaan canggung yang terjadi di antara kami.

"Wilayah ini merupakan tempat terkenal bagi para turis-turis. Lebih banyak tempat menjual besi-besi dan survenir, tapi banyak juga yang jual makanan dan pakaian," jelas Taehyung sambil mengunyah rotinya.

Snow in Hallstatt ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang