22. Alkohol

146 25 9
                                    

Long time no see guys 🥰🥰
Akhirnya bisa update lagi, setelah butuh waktu buat mikir dan membangun mood buat nulis di masa skripsian yang sulit😭

Happy reading! 💞








[Taehyung's Eyes]

"Selamat datang, Taehyung-ah."

Kim Jinsuk menyapaku ketika aku memasuki halaman luas dengan sebuah pondok di dekat pintu masuk. Di sana, kulihat orang-orang mengenakan pakaian olahraga golf dan mereka tersenyum senang saat melihat kehadiranku. Termasuk seorang gadis yang segera berdiri dengan semangat saat melihatku. Siapa lagi kalau bukan Kim Seulgi. Aku membungkuk sopan lalu berjalan menghampiri mereka.

"Tidak kusangka kau akan datang, Nak," kata ayahku sembari tersenyum dan menepuk pundakku.

"Aku sedang tak ada kerjaan, jadi aku datang," jawabku sembari mengulas senyum tipis.

"Ayo kita bermain golf bersama!" ajak Seulgi berjalan menghampiriku, dan aku hanya menghela napas tipis.

"Aku tidak bisa main golf," jawabku lalu duduk di pondok yang ada di sana. Jujur, aku memang tidak terlalu tertarik dengan permainan ini. Tidak ada tantangannya dan terasa membosankan, jadi aku tak pernah belajar memainkannya. Ayahku dan Kim Jinsuk tersenyum lalu memilih untuk bermain golf sendiri, sementara Seulgi memutuskan untuk ikut duduk di sebelahku.

"Terima kasih sudah mau datang, Taehyung," kata Seulgi mengulas senyum lagi. "Aku tidak sabar pertunangan kita bisa segera dilaksanakan."

Aku mendengkus mendengar ucapannya dan jujur saja aku tak menyukainya. Kim Seulgi memang cantik, aku tidak bisa memungkiri hal itu. Kudengar dia juga mendapat banyak lamaran dari pria-pria tampan dan terkenal di Korea, maupun di luar negeri (meskipun pada akhirnya ia menolak semuanya).

Tapi dia tidak cukup menarik bagiku.

Jika ingin dibandingkan, ada sesuatu yang berbeda antara Seulgi dan juga Yoohan. Meskipun Yoohan tak secantik Seulgi ... tapi dia manis.

Aku suka bagaimana cara Yoohan tersenyum, terlihat apa adanya dan tulus.

Ah, sekarang aku mulai merindukannya. Meskipun tadi aku seperti orang yang mencari ribut dengannya, sejatinya aku hanya ingin perhatiannya.

Kekanakan? Ya, aku mengakuinya.

Paling tidak itu pembalasanku karena dia berani menolak lamaranku. Aku memang masih menyukainya, dan sepertinya akan tetap menyukainya sampai kapanpun. Jika kalian pikir aku akan kembali terpuruk seperti saat aku putus dari mantan kekasihku, itu adalah salah. Karena kali ini aku bertekad menjadikan Choi Yoohan wanita terakhir yang hadir dalam hidupku. Aku memang tak berusaha meyakinkannya saat ia menolak lamaranku, karena itu akan sia-sia. Aku hanya butuh cara lain untuk membuatnya mengakui perasaannya padaku.

"Taehyung!" suara Seulgi menyadarkanku lagi dari lamunanku. "Kau tidak mendengar apa yang kukatakan?"

"Aku dengar," jawabku malas.

"Apakah kau punya rencana di mana pernikahan kita akan dilaksanakan? Jepang, California, Paris, atau—"

"Apakah kau menyukaiku, Seulgi?" tanyaku padanya tiba-tiba. Gadis itu mengerjapkan matanya lalu tersenyum lebih lebar.

Snow in Hallstatt ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang