23. Déjà vu

137 25 39
                                    

Halo semuanya :)
Sebelumnya author mau minta maaf karena udh lama ngga update. Sudah sering pasti kalian liat alasan author ga update cerita, dan kali ini author baru bs menyempatkan diri update cerita lagi ✌️

Terima kasih yg udah setia nunggu cerita ini 💜

Happy reading! ^^



Seokjin biasanya tidak pernah mempermasalahkan bagaimana pola pikir Taehyung yang terkadang tidak ia pahami. Selama Taehyung nyaman dengan apa yang ia lakukan, Seokjin tidak mempermasalahkan hal itu. Berteman dan menjadi rekan kerja dalam kurun waktu yang lama, membuat Seokjin memahami Taehyung. Tapi tidak untuk kali ini. Untuk pertama kalinya selama tujuh tahun pertemanan mereka, Seokjin merasa tak suka dengan tingkah laku Taehyung yang sesuka hatinya.

"Kau sudah memutuskan untuk bertunangan dengan Seulgi, apa-apaan dengan tingkahmu ini? Tidur dengan Yoohan?! Kau kira dia gadis yang bisa kau permainkan?!"

Untuk pertama kalinya Seokjin marah pada Taehyung. Ia tidak bisa mentolerir hal itu jika sudah berhubungan dengan Yoohan. Tentu saja Seokjin cemburu setengah mati. Berharap bisa bertemu Yoohan di pagi hari dan mungkin disambut dengan senyuman, ia malah harus melihat Taehyung berada di dalam kamar gadis itu. Mustahil baginya untuk tidak berpikiran yang aneh-aneh saat menemukan keduanya berada di satu kamar yang sama.

"Memangnya kenapa kalau aku tidur dengan Yoohan? Toh kami tidak melakukan apa-apa," balas Taehyung. Pria itu tidaklah bodoh. Ia tahu kalau Seokjin ini menyukai Yoohan. Tapi bukan Taehyung namanya jika kali ini ia menyerah. Pria itu sudah pernah merelakan, jadi kali ini ia tak mau hal itu terjadi untuk kedua kalinya.

"Kau gila, ya? Bagaimana jika yang datang itu adalah ayahmu?! Itu bisa berbahaya bagi Yoohan!" kata Seokjin meninggikan suaranya.

"Apakah kau menyukai Yoohan?"

Seokjin yang mau memotong ucapan Taehyung kini bungkam. Ditatapnya netra hitam Taehyung yang menatapnya dengan tajam, penuh hasrat menantangnya.

"Kalau iya, memang kenapa?" balas Seokjin.

"Tentu kuperingatkan kau untuk tak mendekati Yoohan, karena dia milikku."

"Dia bukan barang yang bisa kau hak milik seenaknya!"

"Aku masih atasannya, dan aku punya hak atas dirinya."

Seokjin mendengkus sembari membuang muka, merasa konyol dengan jawaban Taehyung. Harus ia akui, kali ini Taehyung benar-benar egois. "Lalu apa yang akan kau lakukan dengan Seulgi? Kau tahu apa yang kau lakukan ini bisa menyakiti hatinya?"

"Bukankah dari awal tidak pernah memberikannya harapan? Mengapa dia harus terluka?"

"Setidaknya kau harus menghargai perasaan seseorang. Bukan karena kau menyukainya atau tidak, tapi pikirkanlah dirimu sebagai seorang pria. Aku tidak masalah jika kau melarangku untuk dekat dengan Yoohan, tapi kupastikan juga kau tidak bisa mendekatinya juga."

Taehyung diam-diam mengepalkan tangan. Untuk saat ini, ia benar-benar ingin Seokjin pergi dari rumahnya.

"Pertemuan dengan keluarga ayah mertuamu hari ini jam sebelas siang. Kuharap kau datang dan bersikap profesional." Usai mengatakan itu, Seokjin pun keluar dari rumah Taehyung yang kini mendengkus kesal. Seokjin adalah saingan terberatnya untuk mendapatkan Yoohan, karena ia tahu Yoohan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Seokjin daripada dirinya.

"T-Taehyung?"

Suara Yoohan menyapa telinganya. Taehyung berbalik dan mendapati Yoohan yang sedang menatapnya dengan tatapan ragu. Ini pertama kalinya Yoohan melihat Taehyung dan Seokjin bertengkar, padahal mereka adalah dua sahabat dan rekan kerja yang sangat dekat. Sial bagi dirinya, ia tidak tahu apa yang mereka ributkan tadi. Yoohan tidak berani mendekat untuk mengetahui hal tersebut, dan itu merupakan keberuntungan bagi Taehyung. Pria itu berharap Yoohan tak mendengar percakapannya dengan Seokjin tadi.

Snow in Hallstatt ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang