[Yoohan's Eyes]
Aku tersadar dengan keadaan pusing kepala dan sakit di lenganku. Di hadapanku remang-remang, dan aku langsung sadar bahwa aku kini berada di gedung kosong. Aku mencoba mengingat kembali kenapa aku bisa berada di sini dan ketika aku mengingat, kepalaku kembali terasa sakit.
Jo Wosung sialan!
Dia membiusku sebelumnya hingga aku kini pingsan dan tak sadarkan diri hingga aku berada di sini. Aku mencoba menggerakan tanganku yang terikat di belakang, namun nihil. Aku tak bisa melakukannya sama sekali. Bahkan hanya untuk mencoba melonggarkan sedikit ikatannya, tanganku akan merasa kesakitan. Selain itu, aku juga merasa mulutku dibungkam sesuatu yang sangat kencang sehingga aku tak bisa menggerakan bibirku sama sekali. Yang bisa kulakukan hanya bergumam kencang, mencoba memanggil orang yang mungkin bisa menyelamatkanku.
Aku merasa di sini benar-benar hening. Ke mana orang-orang itu?
Tiba-tiba aku merasa ketakutan sekarang. Meskipun seharusnya aku tidak harus merasa demikian karena aku selalu sering berlari dari kenyataan, tapi kali ini rasanya berbeda ketika aku harus mengingat sosok Taehyung.
Apakah dia tahu aku di sini? Apakah dia akan datang menyelamatkanku lagi?
Aku takut untuk berharap, tapi aku lebih takut lagi kalau dia tak ada untukku.
"Wah, kau sudah bangun rupanya," terdengar suara menjijikan itu di telingaku. Cepat-cepat aku menoleh ke arah Wosung yang kini menatapku dengan senyum sinisnya, dan tentu saja kubalas dengan tatapan tajam. Tiba-tiba ia menarik lakban yang menutup mulutku dengan kencang, membuatku teriak kesakitan karena rasanya kulitku seperti terkoyak.
"Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan, hah?!" seruku mencoba memberontak, menahan rasa sakit yang mulai menjalar di sepanjang lenganku.
"Jangan marah-marah. Aku yakin kau pasti akan senang setelah ini karena Taehyung akan datang menyelamatkanmu," ujar pria itu seraya menunjukkan gawaiku di tangannya. Sial!
"Apa yang kau katakan padanya?! Sudah kubilang jangan ganggu dia!"
"Aku tak mengganggunya. Aku hanya bilang jika dia ingin kau hidup, dia harus datang ke sini dengan membawa uang tebusan," balasnya lagi sambil tersenyum.
"Brengsek!"
Sebuah pukulan keras melayang di wajahku, membuat pipiku menjadi sangat perih setengah mati dan tanpa sadar membuatku meneteskan air mata karena rasa sakitnya. Belum hilang rasa perihnya, rambutku kini ditarik ke belakang, membuatku meringis menahan sakitnya setengah mati.
"Sekali lagi kau berani bicara seperti itu, kau akan benar-benar mati di tanganku," ujar Wosung.
"Ya, bunuh saja aku sekalian!" seruku mulai tak tahan karena rasa sakitnya jadi berkali lipat saat pria sialan ini menarik semakin kencang rambutku, dan seketika kurasakan tamparan kembali mendarat di wajahku, lebih keras dari sebelumnya.
"Aku tidak akan membunuhmu semudah ini, Yoohan. Paling tidak mempermainkanmu sampai sekarat itu jauh lebih baik," ujar pria itu. Beberapa orang mulai datang mendekat sambil tertawa-tawa. Sekilas aku melihat beberapa di antara mereka mulai melepaskan resleting celana.
Mati aku!
Aku tahu apa yang akan mereka lakukan! Bejat!
Namun apa yang kutakutkan itu hampir saja terjadi padaku, karena selanjutnya orang-orang menghentikan aktivitasnya dan menatap satu titik tepat di sisi kiriku.
"Lepaskan dia,"
Suara itu! Taehyung!
Aku menoleh cepat dan benar saja, kulihat Taehyung datang dengan sebuah tas besar di tangannya. Entah kenapa kehadirannya membuatku ingin menangis kencang. Dadaku sesak karena rasa terima kasih padanya. Aku tak tahu apa yang akan pria itu lakukan, yang jelas kedatangannya mungkin adalah hal yang paling baik, jika hidupku harus berakhir di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow in Hallstatt ✔️
Romance[SPIN-OFF OF "SILENCE LOVE"] Dia pria aneh yang misterius. Terkadang ia banyak bicara, terkadang ia diam seribu bahasa. Ia kelam bagaikan malam. Ia dingin bagaikan salju. Tidak bisa dengan mudah kuterka dirinya. Sosok pria yang bisa tersenyum lalu...