29. Salju di Hallstatt

102 24 18
                                    

Taehyung duduk di balkon kamarnya ketika salju turun perlahan malam ini. Pria itu tidak peduli dengan rasa dingin yang menusuk tulangnya. Lebih baik ia merasa kedinginan daripada mengingat rasa sakit hatinya. Ditemani jaket tebal dan secangkir kopi hangat yang dibuatkan pelayan rumahnya, ia menatap lurus ke langit malam yang berhias titik putih salju.

Saat sedang menikmati kesendiriannya, tiba-tiba handphone-nya berbunyi. Pria itu awalnya malas, tapi pada akhirnya Taehyung masuk ke kamarnya dan mengambil benda pipih itu. Taehyung tertegun saat melihat nama Baekhyun di sana. Mereka memang sempat bertukar nomor telepon, tapi ia tidak menyangka Baekhyun akan menghubunginya secepat ini.

"Halo?" jawab Taehyung, tapi tak ada jawaban. Yang ia dengar malah suara seorang gadis yang membuat jantungnya berdebar kencang.

"Aku tahu. Tapi aku merasa tidak pantas bersamanya."

"Yoohan, bagi Taehyung, kau adalah penyembuh lukanya. Keberadaanmu, membuatnya melupakan semua luka yang pernah ada. Di pertemuan kita di Hallstatt, ia bercerita padaku tentang bagaimana kau berhasil membuatnya kembali berani mencintai seseorang. Lalu sekarang, dengan kau menolaknya, kau tahu tidak itu telah melukainya untuk kedua kalinya?"

Jantung Taehyung semakin berdebar kencang karena gugup. Tanpa ia sadari keringat mulai turun di keningnya.

"Aku gadis tanpa latar belakang yang baik, Sohyun. Hidupku dari dulu benar-benar suram. Ayah Taehyung tahu tentang kami dan menolak hubungan kami. Aku merasa tidak pantas bersama pria seperti Taehyung..."

"Tapi kau mencintainya, bukan?"

Pria itu menahan napasnya saat mendengar suara Sohyun menanyakan hal itu kepada Yoohan. Dan jawaban gadis itu selanjutnya membuat Taehyung merasa separuh jiwanya pergi untuk sejenak.

"Aku ... aku mencintainya."

"Baguslah. Itu sudah cukup."

Pria itu mendengar suara tangis Yoohan, membuat hatinya juga ikut sedih. Perlahan suara tangis itu menjauh, dan suara Baekhyun terdengar dari seberang.

"Hei ... kau dengar itu, kan?"

"..."

"Gadis itu ... mencintaimu."

"Bagaimana bisa ... kau dan Sohyun ... Yoohan ..."

"Datanglah ke Hallstatt tiga hari lagi, Taehyung," jawab Baekhyun. "Kami akan membawa Yoohan untuk tinggal di bersama kami sejenak."

Taehyung terdiam sejenak. Tentu saja ia senang dengan perkataan Baekhyun yang menyuruhnya datang ke sana untuk menemui Yoohan. Tapi ia merasa ragu dan takut Yoohan tidak menginginkan kedatangannya nanti.

"Percayalah, Taehyung. Dia membutuhkanmu. Yang perlu kau lakukan hanyalah berusaha sekali lagi untuk meyakinkannya tentang perasaanmu," kata Baekhyun, seolah tahu alasan diamnya Taehyung sekarang.

"Terima kasih, Baekhyun," ujar Taehyung seraya mengangguk. Panggilan kemudian berakhir dan Taehyung menghela napas, sedikit lega karena sekarang ia tahu bahwa Yoohan kini punya perasaan yang sama dengannya. Seperti kata Baekhyun, Taehyung hanya butuh sekali lagi usaha yang lebih keras untuk meyakinkan Yoohan bahwa Taehyung benar-benar mencintainya. Mulai dari malam itu, Taehyung kini memiliki semangat baru dalam hidupnya. Dan dia akan berjuang sekali lagi untuk mendapatkan Yoohan, gadis yang sangat berarti dalam hidupnya.

***

"Mau ke mana kau?!" seru Seokjin saat melihat Taehyung yang sedang sibuk memasukkan pakaian ke dalam koper miliknya. Bukannya senang, Seokjin malah panik setengah mati. Ia yakin Taehyung akan kembali melakukan hal yang nekat. Dan benar saja. Jawaban Taehyung membuat Seokjin membelalakan mata.

Snow in Hallstatt ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang