30. Akhir Perjalanan

139 23 7
                                    

[Yoohan's Eyes]

Sohyun terlihat sangat bersemangat ketika aku dan Taehyung datang ke kafenya. Gadis itu menatap kami dengan perasaan lega. Sementara Baekhyun yang sedang bekerja di meja bar hanya melipat tangan dan tersenyum.

"Kupikir kau akan nyasar mencari Yoohan!" kata Sohyun pada Taehyung. "Kenapa kalian lama sekali? Cuacanya dingin sekali dan kalian bisa sakit."

Aku mencuri pandang Taehyung yang juga sedang melirikku sambil tersenyum miring. Pria itu lantas menghela napas lalu berjalan ke arah meja bar, menghampiri Baekhyun.

"Kau pasti tahu apa yang kami lakukan. Kau dan Baekhyun pasti pernah melakukannya, kan?" ujar Taehyung. Sohyun sontak memerah pipinya karena malu, sementara Baekhyun hanya membuang muka ke arah lain, lalu pura-pura menanyakan Taehyung mau minum apa. Dan aku, hanya tertawa kecil melihat tingkah Sohyun yang menghampiri Taehyung lalu memukul punggungnya dengan keras.

Dari situ, Baekhyun mulai bercerita padaku alasan kenapa dirinya dan Sohyun mengajakku pergi ke Hallstatt. Tentu saja karena mereka ingin Taehyung menyusulku ke sini, dan agar aku tidak kabur karena kedatangan Taehyung, mereka mengajakku pergi bersama mereka agar aku tidak bisa pergi jika Taehyung menemukanku. Mendengar itu semua, Taehyung sendiri hanya tersenyum simpul dan sedikit malu. Tapi pada akhirnya aku menyadari betapa pria itu tulus padaku. Dan aku aku tidak mau menyangkal perasaanku lagi karena aku takut akan benar-benar kehilangan Taehyung dalam hidupku.

Malam ini kami memutuskan untuk tinggal di rumah keluarga bibi Byun karena besoknya kami memutuskan untuk pulang ke Korea. Aku membantu Sohyun membuat makan malam untuk kami berempat. Bibi Byun beserta suami dan anaknya tidak bisa ikut makan malam karena ada acara bersama tetangganya. Entah mengapa, makan malam kali terasa lebih menyenangkan. Mungkin karena kami berempat kini menjadi dekat satu sama lain.

"Ada sesuatu yang ingin kuberikan pada kalian," kata Sohyun ketika kami baru saja menyantap separuh menu makan malam. Gadis itu kemudian mengeluarkan sebuah kertas berwarna putih dengan sedikit corak emas di sisi-sisinya. Aku dan Taehyung sontak terkejut melihatnya.

"Undangan pernikahan?!" seruku lalu meraihnya. Kubuka undangan tersebut dan melihat nama Sohyun dan Baekhyun di sana.

"Bulan Februari ini?" tanya Taehyung yang ikut melihat di sebelahku.

Baekhyun menganggukkan kepalanya. "Ya. Kami memutuskan untuk kembali ke Korea dan merayakan pernikahan di sana. Kuharap kalian berdua datang."

"Tentu saja kami akan datang! Selamat ya!" kataku.

"Jangan lupa menyusul!" balas Sohyun sambil terkekeh kecil. Mendengar itu, aku hanya bisa tersenyum tipis. Entah mengapa aku jadi mengingat Tuan Kim Ryu yang waktu itu tidak menyetujui hubunganku dan Taehyung. Hingga makan malam selesai dan kami memutuskan untuk tidur, aku masih memikirkan tentang bagaimana cara meyakinkan ayah Taehyung nanti bahwa aku pantas bersama Taehyung.

"Kau sedang memikirkan apa, hm?" tanya Taehyung tiba-tiba sambil memelukku dari belakang ketika kami sudah berbaring di tempat tidur. Suaranya yang terdengar berat dan pelan itu membuatku merinding.

Aku menggeleng kecil. "Tidak ada, Tae."

"Kau tidak bisa bohong padaku. Wajahmu itu menunjukkan semuanya. Memikirkan apa, hm? Ayahku?" tanyanya. Aku segera melepaskan pelukannya dan memutar tubuhku menghadapnya.

"Bagaimana kau tahu?!" tanyaku dengan mata terbelalak. Taehyung mendengkus kecil lalu tersenyum. Remang-remang lampu membuat wajahnya jauh lebih tampan dan itu membuat jantungku berdebar sangat kencang!

"Semuanya terlihat jelas, Sayang. Setelah Sohyun membicarakan hal itu, kau jadi diam setelah itu. Kau tahu betapa aku memperhatikanmu, kan?" jawabnya. Maka, tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain mengangguk. Aku mengakui hal itu membuatku resah karena tanpa restu dari Tuan Kim Ryu, tentu hubunganku dan Taehyung akan terasa sulit nantinya.

Snow in Hallstatt ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang