Author lagi sibuk hehe... Maaf baru update lagi.
Happy reading ^^
[Yoohan's Eyes]
Ada banyak sekali hal yang ingin kuungkapkan ketika melihat desa ini. Rasanya, seperti berada di dunia antah berantah yang sangat indah. Mataku tak berhenti melihat rumah-rumah yang memiliki bentuk segitiga sama sisi itu. Rumah-rumah berwarna coklat dengan lapisan jerami sebagai atapnya, membuatku penasaran ingin melihat bagaimana suasana di dalam ruangannya.
Aku hanya bisa mengikuti langkah Taehyung sambil menyeret koperku berjalan pada jalan setapak mengelilingi desa. Aku pikir, kami akan pergi ke penginapan setelah ini. Sungguh, perutku sudah meronta untuk diberi makan karena waktu sudah menunjukkan pukul dua siang.
"Apakah penginapannya masih jauh?" tanyaku.
"Kita tidak ke penginapan," kata pria itu, membuat mataku melebar.
"Kau tidak memesan penginapan? Jadi kita ke mana?" tanyaku.
Dia melirikku sekilas, lalu kembali melanjutkan jalannya. "Kau akan lihat nanti."
Beberapa saat kemudian, Taehyung berhenti pada sebuah rumah yang cukup besar. Ia kemudian mengetuk pintu rumah tersebut, dan tidak lama kemudian seorang wanita tua keluar dari sana.
"Taehyung!" panggil wanita itu terkejut sekaligus senang saat melihat pria itu. Hal ini juga membuatku terkejut setengah mati. Ada orang yang kenal Taehyung, berarti sebelumnya Taehyung pernah kemari?!
***
[Taehyung's Eyes]
Tidak ada hal menyenangkan lainnya selain kembali bertemu dengan Nenek Sato setelah delapan tahun berlalu. Bahkan setelah sepuluh tahun berlalu, ia masih berada di rumah ini.
"Apa kabarmu, Nek?" tanyaku dalam bahasa Jepang seraya memeluknya. Dia balas memelukku sambil berseru senang. Pelukannya erat sekali.
"Aku baik," jawabnya, "bagaimana denganmu? Kau sudah sangat besar sekarang!"
"Taehyung?!"
Aku melepaskan pelukanku dan menatap pria tua yang menatapku dengan mata besar serta senyumnya. Aku balas tersenyum kemudian ia menghampiriku dan memelukku.
"Astaga! Aku tidak percaya bisa bertemu lagi denganmu!" seru Kakek Sato.
"Aku juga, Kek. Apa kabarmu?" tanyaku.
"Kami baik, kami baik!" ujarnya. Mereka berdua bahkan terlihat hampir menangis saat kuperhatikan lagi wajahnya yang sudah renta sekarang. Tiba-tiba mereka melihat ke belakangku, dan Nenek Sato kembali bertanya.
"Dia siapa?" tanyanya. Aku menoleh ke belakang dan mendapati Yoohan yang kini tersenyum sembari membungkuk sopan. Ah, hampir saja kulupa akan keberadaan gadis itu.
"Oh iya, perkenalkan. Dia Yoohan, asisten pribadiku," ujarku memperkenalkan Yoohan kepada mereka dengan bahasa Jepang, kemudian beralih ke Yoohan, "... dan Yoohan, perkenalkan ini Kakek dan Nenek Sato."
Kulihat wajah Yoohan yang mengangguk. Meski begitu, aku bisa melihat ada raut wajah kebingungan terpancar di wajahnya.
"Ah, kami pikir tadi itu pacarmu!" kata Kakek Sato, membuatku terkejut. Kutoleh kembali Yoohan, yang kembali menatap kami dengan mata besar sekaligus raut wajah bingungnya. Untunglah dia tidak mengerti apa yang kami bicarakan.
"Ah, tidak," jawabku sambil tersenyum.
"Ayo, masuklah dulu!" kata Nenek Sato membukakan pintu lebih lebar. Aku mengangguk kemudian memberi kode kepada Yoohan untuk masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow in Hallstatt ✔️
Storie d'amore[SPIN-OFF OF "SILENCE LOVE"] Dia pria aneh yang misterius. Terkadang ia banyak bicara, terkadang ia diam seribu bahasa. Ia kelam bagaikan malam. Ia dingin bagaikan salju. Tidak bisa dengan mudah kuterka dirinya. Sosok pria yang bisa tersenyum lalu...