[Yoohan's Eyes]
Jika aku bisa berlari lalu menghilang ditelan bumi, aku ingin melakukannya sekarang juga. Astaga, apa yang telah kukatakan?! Kenapa bicaraku tidak bisa dikendalikan seperti ini?!
Lihatlah wajah Taehyung yang tampak terkejut karena ucapanku barusan!
Aku pasti benar-benar sudah gila.
Salahkan suasana romantis yang tiba-tiba tercipta begitu saja saat kami bermain kembang api bersama, salahkan juga dirinya yang menawarkan tangannya untuk kugenggam, ... dan salahkan diriku yang bodoh mengikuti kata hatiku!
"Hahaha!" kupaksakan tawa ini keluar, "maaf, aku hanya bercanda! Kenapa wajahmu tegang begitu?"
Taehyung tiba-tiba mendengkus, masih dengan wajahnya yang terlihat terkejut itu. "Kau menyatakan perasaanmu padaku? Kau menyukaiku, ya?"
"Ti-tidak!!" seruku cepat sambil melambaikan tangan cepat. "Aku bilang aku hanya bercanda!"
"Lalu maksudmu tadi bicara seperti itu apa? Jelas-jelas—"
"Taehyung! Yoohan!" panggil Nenek Sato menyelamatkan hidupku. Cepat-cepat aku menjawab lalu berlari menyusul mereka, meninggalkan Taehyung tanpa berani menoleh lagi.
"Apa yang sedang kalian bicarakan tadi?" tanya Kakek Sato dengan bahasa Korea yang kaku. Aku menggeleng sambil memaksa tersenyum. "Hanya perbincangan singkat."
"Hei, Choi Yoohan! Kemari kau!" seru Taehyung dari belakangku dan mulai berjalan cepat. Sementara aku ikut berjalan cepat menghindar darinya. "Jelaskan padaku apa maksudmu!"
"Aku hanya bercanda! Kenapa kau serius sekali?!"
"Bercanda katamu?!" Taehyung masih berusaha mengejarku yang berlari di sepanjang jalan menghindari dirinya. Kakek dan Nenek Sato sudah tertinggal di belakang dan menatap kami sambil tertawa. "Kau sudah berani bercanda dengan aku, ya?!"
Tiba-tiba langkahku terhenti karena tahu-tahu Taehyung sudah menahan kerah mantelku, sehingga aku sedikit tertarik ke belakang.
"Taehyung, lepaskan!" seruku berusaha melepaskan jemari Taehyung dari bajuku.
"Tidak akan! Aku akan menghukummu lebih dulu karena sudah berani mempermainkan aku!" balasnya. Dia menarikku hingga aku menoleh ke belakang dan saat aku sudah menghadapnya, Taehyung mengangkat jarinya ke depan keningku. Seketika itu juga kurasakan sentilan keras di dahiku.
"Argh! Sakit!!" seruku sambil tertunduk menyentuh dahiku yang sudah kupastikan akan merah. Sementara Taehyung tertawa puas melihatku kesakitan. Sungguh, ini pertama kalinya aku melihat Taehyung tertawa seperti ini.
***
Suara burung-burung menyapaku ketika terbangun pukul tujuh pagi. Mentari baru saja terbit karena musim yang semakin dingin. Kutatap sejenak tempat tidurku yang bernuansa tradisional dari Jepang ini. Tempat tidurnya menggunakan futon berwarna putih-biru muda dengan pola bunga sakura di tengah-tengah selimut. Futon ini terasa sangat lembut dan hangat, membuatku dengan mudah tertidur semalam. Kubuka jendela kamarku, udara yang sejuk langsung menyambutku, membuatku memejamkan mata untuk menikmatinya.
Pagi hari di Desa Shirakawa terasa sangat indah dan tenang. Aku sempat berpikir untuk tinggal di sini saja. Tapi, keinginanku untuk mencari tempat tinggal belum bisa terwujud sampai Taehyung menemukan gadis yang ia inginkan.
Baiklah, lupakan soal ucapanku semalam yang bilang kalau aku ingin jadi cinta di jalan setapaknya. Apa-apaan itu?! Sekali lagi, aku benar-benar sudah gila.
Yah ... meskipun begitu, Taehyung memang berhasil membuatku sempat berpikir untuk menyukainya. Siapa yang tidak tertarik dengan pria macam dia? Baik, tampan, terkadang usil, pendiam, ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow in Hallstatt ✔️
Storie d'amore[SPIN-OFF OF "SILENCE LOVE"] Dia pria aneh yang misterius. Terkadang ia banyak bicara, terkadang ia diam seribu bahasa. Ia kelam bagaikan malam. Ia dingin bagaikan salju. Tidak bisa dengan mudah kuterka dirinya. Sosok pria yang bisa tersenyum lalu...