41. Dia demam

12.3K 689 101
                                    

Percayalah, wahai ukhtea. Membuat alur cerita, tak semudah mengedipkan mata.

Aku yakin, kalian tau arti kata menghargai^^

Taburi vote dan coment💝

⚫HAPPY READING⚫

Cuaca kamis pagi ini bisa terbilang begitu cerah, berbanding terbalik dengan suasana hatinya yang tampak abu memberikan sinar.

Dirga duduk di teras dekat pohon samping lapangan, dengan botol air mineral yang sedang diteguknya sebagian. Laki-laki itu barusaja selesai bermain basket bersama teman-temannya. Hari ini, memang terdapat jadwal olahraga dikelasnya, serta kelas 12 IPA 2.

“Habis ini, kita bolos kuy! Udah lama nggak bolos nyet, kalut gue!” ajak Cecep antusias. Ia mengacak rambutnya yang basah karena keringat.

“Bentar lagi Ujian, break dulu.” Raja berpendapat sembari membersihkan wajahnya yang dipenuhi keringat dengan handuk kecil.

“Alah, gue yakin semua bakal lulus, bro! Kaya jaman SD dulu, diancam nggak naik kelas tapi tetep tuh, lulus sampe SMP. Nggak mempan ancaman kaya gitu bagi gue, tipu-tipu!” balas Cecep yakin.

“Itu SD, mamang! Sekarang udah beda server, gue nggak mau bolos kali ini. Gue pengen cepet-cepet lulus, bosen banget  dah gue disini, ketemu Pak Coyo mulu!” timpal Wahyu ngegas.

Dirga mendengar semua obrolan random teman-temannya. Hanya saja, ia memilih diam tak meladeni dengan mengarah pandangkan keseluruh penjuru lapangan.

Dari pagi, netranya nampak tak melihat keberadaan sesosok gadis itu. Bahkan, saat ia melihat Ocha dan Chelsy, dua gadis yang senantiasa bersamanya, Dirga masih tidak menemukan kemunculan batang hidungnya.

Mungkinkah, dia tidak berangkat hari ini? Tapi, kenapa??

Dirga menghela samar kemudian beringsut menyender pada pohon mangga besar dibelakangnya. Sejenak, ia memejamkan mata membiarkan angin menerpa wajahnya.

Hari-harinya terlewati dengan perasaan berbeda. Ada sedikit rasa lemas, saat melihat ketidakhadiran dia hari ini. Suasana terasa hambar, berbeda dari biasanya. Aneh, ini terasa begitu aneh.

Tapi, syukurlah. Sisi positifnya, Ia tidak harus menahan beban gengsi atas tindakannya kemarin siang saat terjebak hujan. 

Seiring waktu, Dirga semakin merasakan keanehan. Kerap kali berada didekatnya, Dirga nyaris tak mengenal kata berpikir. Pikirannya kosong tak terisi, semuanya tertuju pada gadis itu. Sifat alamiah jika bersamanya yaitu, Dirga selalu bertindak tanpa memikirkan resiko.

“Eh eh! Ocha, Chelsy, mampir sini!!” teriak Wahyu saat melihat dua gadis itu berjalan, hendak melewatinya.

Ocha berbisik tidak jelas mencoba berpura-pura tuli. Ia mengeratkan pegangannya pada lengan Chelsy.

Hal yang paling dibencinya adalah melewati perkumpulan murid laki-laki. Masalahnya ada Ronald coy! Ocha kan jadi nervous.

“Widih, sombong nih Ocha. Mentang-mentang suka sama Ronald,” godanya meledek. Ia dan Cecep saling pandang kemudian tertawa konyol.

“HEY!! Mulut kamu bisa diem nggak, Wah?!!” Spontan, Ocha menunjuknya tajam dengan gertakan.

Wahyu cengo, kemudian tertawa keras.

“Wah?? Nama kece-kece panggilannya gitu amat. Ocha, Ocha. Anak siapa sih lo?? Lucu banget, karungin nih.” Ucapan Wahyu, sukses mendapat lirikan dingin dari Ronald.

DIRGANTARA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang