65. Suka dan Duka

15.8K 870 153
                                    

Bagaimanapun, Dirga adalah tokoh utama. Apapun yang terjadi, dia akan tetap menjadi yang pertama, hehehe.

Maaf ya buat kalian nunggu, bulan Ramadhan itu lebih banyak menyita waktu. Aku jadi jarang nulis, karena nggak sempat.

HAPPY READING

Katrine tak karuan saat mendengar putrinya mengalami kecelakaan dan berakhir tak berdaya diruang ICU. Wanita itu sempat tak sadarkan diri, karena syok. Pagi ini, ia bersama suaminya dan Liza bergegas pergi menuju rumah sakit yang ditujukan. Tanpa terkecuali Ella. Gadis itu mengikuti mereka, dengan gestur tidak nyaman.

"Relax Ella. Nggak ada siapapun yang tau tentang kejadian malam itu. Tuhan, kali ini aku mohon tolonglah..."

Ella memejamkan mata sembari berjalan, memohon kepada Tuhan agar semua masalahnya bisa lenyap tanpa menimbulkan dampak sekecil apapun.

"Dimana? Dimana putriku?!" teriak Katrine yang berusaha ditenangkan oleh suaminya. Wanita itu terus menangis di sepanjang jalan, dia merutuk diri sendiri yang mengizinkan putrinya keluar, malam itu.

Ocha yang sedang duduk bersama Steven beranjak, kemudian berjalan menghampiri mereka.

"Tenang Tante, Alexa bakal sembuh. Aku yakin, dia kuat. Dia nggak mungkin pergi ninggalin kita," katanya menenangkan.

Katrine menangis, menutupi wajahnya kemudian menggeleng.
"Ini salah Tante Cha, ini salah Tante... Grey nggak akan mengalami kecelakaan ini jika Tante nggak mengizinkan dia keluar," ratapnya menyalahkan diri.

"Ma, ini semua kehendak Tuhan. Nggak ada manusia yang bisa menyangkal," lugas Reza memberi ketenangan.

Ocha mengangguk setuju. "Jangan menyalahkan diri sendiri Tan. Alexa nggak akan suka," katanya.

Steven menepuk bahu Katrine pelan. "Alexa selalu kuat. Percaya sama Steven, Tante."

Katrine mengangguk lemah. Beruntung, di sekelilingnya selalu ada orang-orang yang membuatnya yakin dan mendukungnya. Hal itu sedikit meringankan kesedihannya.

"Kalo gitu, aku pamit berangkat sekolah dulu Om, Tante. Nanti sore, aku kesini lagi." Ocha mengangkat tangan berpamitan, menyalami keduanya. Ralat, ketiganya. Terakhir bersama Liza, Ibu Ella.

"Hati-hati Cha," lirih Katrine yang dibalas anggukan oleh Ocha.

"Ayo Steven," ajak Ocha bersiap melangkah.

Steven mengernyit kebingungan.
"Lo nebeng gue?"

"Yaiyalah!" Secepat kilat Ocha menjawab. "Mau sama siapa lagi kalo bukan sama kamu? Ayo cepet ah, udah telat ini." Steven memutar bola matanya, mendesah malas. Kenapa gadis itu tidak mengatakan dari awal.

Setelah kepergian mereka berdua, pandangan Katrine terfokus pada Ella yang masih berdiri mematung.

"Ella?"

"Hah, ya?! K-Kenapa??"

Katrine menatapnya lurus. "Kamu nggak berangkat juga? Udah siang, nggak apa-apa kamu sekolah aja dulu, nanti kesini lagi."

Ella tersenyum masam. "I-Iya Tante, ini mau berangkat kok. Aku berangkat dulu ya Mi, Pi, Tante." Ella membungkuk, menyalami ketiganya dengan sopan.

Ella memutar badan. Jika boleh memilih, ia tidak mau pergi kesini lagi apapun yang terjadi. Tapi, hal itu pasti akan menimbulkan rasa kecurigaan semua orang terhadapnya. Itu tidak boleh terjadi. Sampai kapanpun, ia tidak akan membiarkan salah satu pun orang mengetahui tindakan kriminal nya.

Ella melangkah cepat, menjauh dari tempat itu. Sementara Katrine diperintah duduk oleh Reza, sementara ia sendiri pergi ke ruang administrasi untuk melakukan pembayaran yang telat dilakukan. Beruntung walaupun rumah sakit ini termasuk kalangan rumah sakit besar, mereka mengutamakan pelayanan gawat darurat.

DIRGANTARA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang