34. Melindungi, atau menyakiti?

10.6K 737 84
                                    

Maaf, 5 hari baru up-_

Niatnya mau up malam Jum'at, tapi belum kelar:v

Akhir² ini aku sibuk penuntasan nilai raport karena mau UAS. Bolak-balik kesekolah dan itu capek-_- Nilai aing banyak yang remidi geys, awoks>< belum lagi tugas harian yang belum dikerjain, pokonya numpuk dah.

Maaf ya..
Dan doain supaya UAS kali ini nilai nya bagus², amiiin...

Vote dulu💙

HAPPY READING⚫

Gudang itu tempatnya sunyi dan gelap. Siluet cahaya hanya tercipta dari sisi jendela kecil diatas dinding. Ruangan itu tentunya jarang dipijak, tak heran jika tempatnya berdebu juga terpenuhi sarang laba-laba.

Ceklek!

Kriit...

Suara decitan pintu menganggu aktivitas hewani didalam sana. Manakala mereka masuk, suara cicitan tikus mulai gemerusuk tak tentu arah. 

Tap..

Tap..

Alexa lebih dulu melangkah, mendekati lemari besar yang menjulang tinggi didepan sana. Tak ingin membuang waktu, dia menarik bangku kayu untuk mengambil peralatan yang dibutuhkan diatas lemari.

Tentunya beranggapan, bahwa keberadaan Dirga dibelakang seolah tidak ada.

“Semoga aja, nyampe.”

Barusaja batinnya memohon, Alexa dibuat menghela panjang karena walau memakai kursi, tangannya tak mampu menggapai atas lemari.

Ragu, dia menatap Dirga.

“D-dirga,” panggilnya pelan, tersirat tujuan.

Dirga memandangnya datar, dibalas senyuman canggung oleh Alexa. Gadis itu belum berbicara, tetapi harusnya Dirga peka, kalaupun Alexa tidak memberitahu kan?

Ck, minggir.”

Alexa tersenyum. Dengan cepat, dia turun dari kursi, lalu digantikan oleh Dirga.

Laki-laki itu mengambil beberapa peralatan yang sekitarnya dibutuhkan. Hidungnya terasa gatal tersumbat debu, namun gengsi untuk mengeluarkan bersin. Cogan mah gini, bersin aja gengsi.

“Itu Dirga, nahh.. yang itu juga, eh! itu itu, yaaa.. sama itu juga, ishh bukan-bukan! Ke kiri, ah kanan-kanan! Sampingnya lagi Dirga, nah__

Alexa berhenti berbicara, setelah itu tersenyum kecut.

Ia dapat melihat jelas, perubahan raut wajah Dirga yang menyiratkan ketidaksukaan atas dasar sok mengaturnya.

Dirga menurunkan tangannya lalu menatap Alexa tajam. Yang ditatap gemetaran dengan bibir berkedut, bimbang ingin tersenyum atau tidak.

“Bawel,” cicitnya singkat.

Padahal, Alexa sudah menyiapkan nyali sekuat baja untuk menghadapi omelan pedasnya. Tapi, syukurlah...

Dap!

Dirga turun dari atas kursi, lalu meletakkan kursi tersebut dipojok lemari. Dia kembali melangkah kedekat Alexa, karena semua peralatan terdapat disana.

“B-banyak banget ya,” keluh gadis itu lirih.

Sesaat Dirga menyibak rambutnya, matanya tak sengaja menangkap siluet hitam diluar gudang.

DIRGANTARA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang