18. Diserang! (1)

9.7K 724 25
                                    

Mau dong sekali-kali, liat kalian nyepam><

Biar gak siders juga.

Kalo males, singkat juga nggak papa. Intinya, aku pengen liat kalian hargain aku yang selalu antusias up, yaa?

Vote dulu sebelum membaca ❤️

HAPPY READING⚫

Malam ini, Alexa memilih untuk duduk di teras rumahnya, menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajahnya.

Matanya terpejam, mengikuti alur angin yang membelai lembut wajah cantiknya. Alexa tidak sendirian, ada pak satpam yang berjaga di sekitar gerbang rumah.

Gadis itu membuka mata, lalu meniup pelan telapak tangan kirinya yang barusaja diolesi obat. Semacam, pengering luka.

Fyuuh!

Sembari meniup, Alexa berpikir, bagaimana cara agar terlepas dari jeratan Dirga? Bagaimana caranya, agar hidupnya tidak dikendalikan seenaknya oleh Dirga?

Ia bisa saja meminta pindah kepada sang ayah. Tetapi, sekarang dia sudah kelas 12 semester 2. Jika ditanya alasan apa yang membuatnya ingin pindah, tidak mungkin dia menjawab jika ada si Lucifer yang menyiksanya kan?

Lagipula, terlalu sia-sia jika meninggalkan kenangan yang sudah dibendung 2 tahun ini, itu sedikit berat baginya.
Tetapi__

“Grey?”

Yang dipanggil tersentak kecil, lantaran mendapat tepukan mendadak dibahunya. Dia menoleh, ada ibunya yang barusaja duduk disebelahnya. Hanya Katrine memang, yang selalu memanggilnya Greysa.

“Ma! Kaget tau,” dengus Alexa.

Katrine terkikik tanpa merasa bersalah, “perasaan, luka kamu nggak sembuh-sembuh Grey,” ujar Katrine menatap lekat putri semata wayangnya.

Mampus! Kali ini, dia akan menghindar seperti apalagi jika sudah kepergok?

“A-Aku juga enggak tau Ma,” alibinya sedikit menyembunyikan tangan kirinya agar tidak jelas terlihat.

“Mungkin jangan kelamaan di bungkus perban terus kali, lukanya jadi lembab dan nggak kering-kering,” saran Katrine kepada Alexa.

“Iya Ma, ini enggak,” jawab Alexa. Matanya bergerak kesana-kemari gusar, sejak kapan Katrine tau jika tangannya terluka? 

“Lagian, kenapa kok bisa luka? Terus, kaya bekas sayat-sayatan, kamu abis di-bully?” tanya Katrine beruntun. 

Alexa gusar, dengan detak jantung yang berdegup kencang. Dia harus menjawab apa?! Siapapun tolong aku...

”I-ini ma, a-anu, itu, a-apa, aku__” Alexa terbata sampai tidak bisa mencari kebohongan, “A-Aku...., k-kena parut! I-Iya ma, kena parut!” ceplos Alexa tak disengaja. Hanya parut yang ada diotaknya.

“Kena parut? How come??” balas Katrine terheran-heran.

“I-itu ma,” Alexa memutar bola matanya pertanda bingung mau mengarang apalagi, “k-kena parut karenaa...., A-Alexa disuruh parut kelapa disekolah sama guru ma! I-iya disuruh.” Alasan yang tidak masuk akal, batin Alexa. Tapi itu muncul begitu saja!

Wait, disuruh? Kok gitu?? Kamu disuruh jadi babu?!!” Katrine tiba-tiba meninggikan volumenya.

Alexa menggigit bibir bawahnya gemas, “e-enggak ma, g-gini... Guru nyuruh aku parut kelapa, s-supaya, belajar buat jadi i-istri idaman buat suami Alexa kelak! k-katanya biar nggak nyewa ART, b-biar hemat. Terus, a-aku nggak tau kalau kelapanya udah kecil, j-jadi tangan aku yang keparut,” dustanya dengan cengiran bodohnya.

DIRGANTARA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang