02.

3.2K 311 1
                                    

Keesokan harinya keluarga Lee mendapatkan kabar buruk. Papa dan mama nya mengalami kecelakaan dan keduanya tewas di lokasi kecelakaan.

Jungwoo, Winwin, dan Jisung pingsan saat mendengar kabar tersebut. Sementara yang lain sudah menangis tidak percaya dengan berita tersebut.

Mata Jennie memerah menahan tangisan. Mulai hari ini ia benci menangis. Tidak ada gunanya menangisi orang yang sudah pergi dan mustahil untuk kembali. Itu yang ada di pikiran Jennie.

Namun hatinya berkata lain, hatinya sakit seperti ditusuk-tusuk. Mama yang sangat ia sayangi sekarang sudah pergi meninggalkan dirinya dan kakak-kakaknya.

Jennie tak peduli pada papanya. Pria bajingan itu pantas mati setelah apa yang dia lakukan pada istrinya.

Jaehyun memeluk Jennie sambil terisak. Disusul oleh Jaemin. Namun Jennie diam tanpa reaksi atau membalas pelukan kakaknya.

Ia mendorong pelan dada Jaehyun dan Jaemin dan berjalan meninggalkan mereka berdua.

Jennie berjalan menuju dapur dan lebih memilih membuatkan Jungwoo, Winwin, dan Jisung teh hangat.

Kakak-kakaknya yang lain terkejut saat melihat Jennie membawa nampan.

"Bang Taeyong, ambilin minyak kayu putih dong." Pinta Jennie sambil tersenyum ke arah Taeyong.

"Mi-minyak kayu putih ya?" Taeyong terkejut setengah mati, begitu juga dengan kakak-kakaknya yang lain. Barusan Jennie minta tolong sama dia? Terus senyum ke dia? Di tamba lagi dia manggil Taeyong apa? Abang? Jennie ngga biasanya manggil Taeyong dengan embel-embel 'abang'.

"Iyaa bang, buruan sanaa kasiann nihh bang Jungwoo sama yang lain." Kata Jennie sambil memutar bola mata malas.

"Iyaa tunggu bentar napa. Ini juga mau gue ambilin." Jawab Taeyong sambil pergi buat ngambil minyak kayu putih.

"Jen lo kerasukan apaan dah?" Tanya Chenle tiba-tiba.

"Diem lo lumba-lumba!" Jawab Jennie santai.

Chenle yang mendengar ucapan Jennie itupun hampir pingsan. Untung aja Kun sigap menangkap tubuh Chenle.

"Mantep nih Jennie yang sekarang, gue sukaak!" Kata Haechan sambil merangkul pundak Jennie.

"Paan sih peluk², biasa aja kali." Jennie menepis tangan Haechan. Haechan cuman majuin bibirnya gitu.

"Jelek lo kalo kayak gitu." Kata Jennie jutek.

"Ish lo mah jahat Jen!" Haechan mendorong pelan bahu Jennie dan berlari ke pelukan Johnny.

"Ini yang maknae siapa sih? Gue atau lo? Heran gue." Jennie geleng-geleng kepala.

"Oy Jen! Lo kan udah baek nih, gue boleh minta list drakor lo nggak?" -Ten

"Aniya!" Jennie menirukan gaya bicara Ten. Ten selalu mengerutkan hidungnya waktu bilang 'aniya'. Entah apa tujuannya Jennie gatau.

Yang lainnya cuman ketawa aja liat Jennie niruin Ten. Apalagi Doyoung yang paling kenceng ketawanya.

Taeil yang sadar bahwa sekarang mereka masih dengan kondisi duka pun tersadar. "Hustt!! Ini papa sama Mama baru aja meninggal loh, kok kita mala ketawa-ketawa gaada beban?"

"Bodoamat, gue sedih karna mama doang. Kalo papa mah pantes mati. Seharusnya dari du—"

Jaehyun membekap mulut Jennie. Dengan cepat Jennie menepis tangan Jaehyun.

"Tangan lo bau bang" Jennie mengusap-usap bibirnya.

"Hust! Kok sekarang manggilnya abang sih bukan kakak lagi?" -Jaehyun

"Serah gue lah!"

"Mantep Jen!" Haechan mengacungkan jempol. Tapi di balas jari tengah oleh Jennie.

"Guys, kita nggak mau ke makam Daddy and Mom? Katanya mereka udah di makamin" Itu Mark. Biasa dia lahirnya di Canada jdi ada embel-embel Inggrisnya.

"Mager gue bang, mending nungguin bang Jungwoo, Winwin, sama Jisung sadar." Kata Jennie sambil duduk di sebelah sofa di pinggir Jungwoo. Jennie memainkan jari-jari Jungwoo sambil menahan tangisnya.

"Sayangnya Nana jangan sedih ya? Mama udah tenang disana." Jaemin berjongkok di sebelah Jennie. Menatap Jennie lamat. Jaemin bisa melihat dengan jelas kalo Jennie sedang menahan tangisnya.

"Nana siapa bang? Temen Abang ya? Dia suka sama Jennie? Kok Abang bilang 'sayangnya Nana'?" Tanya Jennie polos.

"Bukann, Nana itu gue Jen. Gatau tuh Jeno yang ngasih nama ini ke gue. Tapi gue suka kalo di panggil Nana hehe."

Jennie cuman ber 'oh' doang

"Kok 'oh' doang sih Jen? Jawab 'iya Na' gitu kek." Jaemin memajukan bibirnya persis seperti Haechan tadi.

Jennie memutar bola mata malas. "Iya Nana.." ucap Jennie sambil menarik bibir Jaemin.

Ya gitulah kondisi keluarga Lee, walaupun kondisi duka tetep aja bisa ketawa ketiwi kayak gaada apa-apa.

Saat warisannya di bagi. Taeil, Taeyong, Johnny, dan Yuta bertanggung jawab untuk mengurus kantor papa. Mereka juga mendapatkan black card masing-masing dan sebuah mansion mewah atas nama mereka.

Sementara adik-adiknya yang lain juga mendapatkan hal yang serupa. Black card dan mansion. Emang ga di ragukan lagi, Tuan Lee ini memang sangat kaya. Bisa dibilang konglomerat?

Beliau orang ke-2 terkaya di Korea Selatan. Ga heran warisannya bejibun. Media Korea Selatan juga gempar saat mendengar kematian CEO perusahaan 'Lee Group' tersebut meninggal karna kecelakaan.

Sekarang Jennie hanya punya kakak-kakaknya, ia tidak mau menyia-nyiakan mereka. Maka dari itu ia berusaha mengubah sikapnya dan mencoba untuk membuka lembaran baru.

Flashback off

Brother, Jennie w/NCT  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang