#14

68 12 4
                                    

^The New Me?^

Pagi ini, aku, Reza, dan para bodyguard-ku sudah dihebohkan dengan berita baru tentang orang yang mengirimkan surat dan barang-banrang lain untukku.

Ternyata, semalam Reza keluar dari ruang rawatku dengan penuh emosi karena ada yang kembali mengirimkanku sesuatu,dan lagi-lagi terdapat tulisan 'maaf' di barang tersebut. Aku sendiri tidak tau barang apa yang dikirimkan orang itu padaku, karena sepertinya Reza memang tidak ingin aku melihat barang tersebut.

"Tiga orang jaga di depan pintu, kamu ikut saya menyelidiki orang itu, sisanya jaga gerbang rumah sakit sama meja receptionist!" perintah Reza.

Senyum yang biasanya selalu terbit di wajah Reza, kini tidak ada. Wajah Reza penuh dengan keseriusan, ketegasan, dan itu membuat dia terlihat sangat berwibawa.

Setelah semua bodyguard itu mengangguk, Reza mengintruksikan agar mereka keluar dari ruang rawatku. Lalu, Reza menghampiriku setelah hanya kami berdua di dalam ruangan ini.

"Aku nyuruh Nia ke sini buat nemenin kamu, 'gak papa, 'kan?" Reza bertanya masih dengan mimik wajah yang sama.

"Iya, makasih, ya. Maaf aku ngerepotin kamu," ucapku.

"Kamu pacar aku, jadi udah sepantasnya aku ngelindungin kamu," ucap Reza diiringi dengan kekehan pelan.

Aku mencebikkan bibirku untuk menanggapi ucapan Reza. Kini lelaki itu berjalan ke arah sofa lalu membuka jas hitamnya, menyisakan kaos polos hitam yang terlihat sangat pas pada tubuh tegapnya.

"Aku pergi dulu,"  pamit Reza sebelum menutup pintu ruangan ini.

Sekarang hanya tersisa aku dengan suara detak jam di ruangan ini. Tapi, tak lama seorang perempuan muncul dari balik pintu, dia membawa berkas berwarna coklat dan keranjang buah. Dia Nia, wanita yang aku temui di apartment Reza beberapa bulan yang lalu.

"Hai," sapanya sambil tersenyum menunjukkan deretan giginya yang tersusun rapih.

"Apa boleh aku menyimpan ini di sini?" tanya wanita itu sambil menunjuk meja dekat sofa.

Aku hanya mengangguk menanggapi pertanyaan wanita itu.

Setelah menyimpan barang-barangnya, wanita itu mengahpiriku dan mengulurkan tangannya mengajak aku untuk bersalaman.

"Kenalin, aku Nia, sekertaris Reza."

"Aku Syafara, senang bertemu denganmu," ucapku sambil menerima uluran tangannya.

Setelah wanita itu kembali menarik tangannya, dia tersenyum manis sambil duduk di kursi samping ranjangku.

"Kamu mau makan apel? Biar aku kupasin," tawarnya sambil menunjuk keranjang buah.

"Tidak perlu, aku baru selesai makan obat," tolakku.

Nia mengangguk, lalu dia menyentuh tanganku yang diinfus.

"Sakit, 'gak, sih kalo ditusuk jarum kayak gini?"

Pertanyaan Nia membuatku menatapnya heran, karena ketika pertemuan kami yang pertama, dia terlihat begitu anggun dan pendiam. Ternyata setelah berkenalan dengannya, dia cukup humble dan sepertinya cocok menjadi teman ngobrolku.

"Mmm, rasanya seperti digigit semut," ujarku membuat dia tertawa.

Hei, kenapa dia tertawa? Apa aku salah berucap?

"Kenapa?" tanyaku karena heran ketika melihat dia terus tertawa hingga memegangi perutnya.

"Mana ada ditusuk jarum berasa digigit semut," elaknya.

Syafara >Completed<Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang