#15

70 13 3
                                    

^Model^

Setelah permintaanku pada Reza 2 minggu yang lalu, hari ini dia baru berhasil memenuhinya. 

Persiapan panjang untuk memperbarui semua dataku dan memalsukan beberapa dataku yang tidak mudah dan mengalami beberapa kendala, akhirnya aku bisa menjadi orang baru dengan identitas yang baru juga.

Kampusku yang sekarang berada di tengah kota, aku juga pindah ke gedung apartment yang lebih aman, dan aku tidak akan bertemu dengan Reza untuk beberapa bulan kedepan sampai keadaan benar-benar aman. Mulai sekarang nama baruku adalah Ara, sebenarnya itu nama panggilan lamaku, tepatnya nama panggilanku ketika di rumah, tidak ada yang mengetahui nama panggilanku itu kecuali keluargaku.

"Semangat, semua ini akan cepat berakhir. Mulai hari ini kamu juga harus ingat jadwal baru kamu, kamu bukan lagi Syafara, tapi kamu Ara, seorang model. Nia akan menjadi asisten pribadi kamu, mengurusi semua keperluan kamu di apartment barumu nanti." Reza mengucapkan semua itu sambil memeluk tubuhku dengan erat.

"Makasih udah ngabulin semua permintaan aku, ini emang enggak mudah buat aku jalani, tapi setidaknya selalu ada kamu yang nyemangatin aku."

Aku membalas pelukan Reza tidak kalah eratnya. Aku benar-benar kehilangan kebahagiaanku karena masalah ini, siapapun dalang di balik semua ini, aku tidak akan memaafkannya.

Reza melepas pelukannya, lalu memegangi kedua pipiku dan menatap netraku dengan lembut.

"Aku akan sangat merindukan kamu," ucap Reza.

Aku melepaskan tangan Reza dari pipiku, lalu beralih memeluk ibu yang berdiri di belakang Reza.

"Ibu, makasih udah bantuin aku buat keluar dari masalah ini, makasih udah dateng dan nemenin aku di sini, aku sayang Ibu," ungkapku sambil memeluk ibu erat-erat.

Ayah yang bediri di samping ibu langsung memeluk kami tidak kalah eratnya. Aku terharu karena ternyata ayah dan ibuku menyayangiku, mereka sampai rela meninggalkan pekerjaannya demi aku.

"Kami sayang kamu juga," ucap ibuku.

"Kami menyayangimu, kamu anak semata wayang kami, kami akan berjuang sekuat tenaga kami agar kamu bahagia," timpal ayahku.

Aku semakin terharu dengan semua ucapan mereka, seandainya Akbar ada di sini, pasti dia juga akan nangis bombay seperti ibuku dan aku.

"Sekarang kamu berangkat ke apartment barunya sama Renal, dia sopir baru yang akan antar jemput kamu ke mana-mana," kata Reza dengan suara yang sedikit parau. Sepertinya dia juga menangis.

"Besok Nia akan menyusul kamu ke sana, dan kamu jangan lupa buat pemotretan," lanjut Reza, "sekarang, 'kan kamu seorang model," candanya diiringi kekehan untuk sedikit mengurangi kesedihan.

Ayahku menepuk pundak Reza yang berbicara tanpa menatap diriku. "Jadi laki yang gentlemen, ngomong itu tatap orangnya," sarkas ayah.

Reza terkekeh hambar, masih tetap berada di posisinya. Dia malah memilih untuk pergi dari hadapanku saat aku hendak memeluknya, Reza pasti merasa sedih karena aku akan jauh darinya.

Siapapun dalang di balik semua ini, dia benar-benar berhasil bersembunyi dan berhasil membuat kebahagiaanku lenyap. Tapi, itu tidak akan lama lagi, karena ayahku dan Reza tidak akan tinggal diam.

"Yah, Bu, aku pamit dulu," pamitku sambil menciumi tangan kedua orang tuaku.

Ayah mengangguk, sedangkan ibuku kembali menitikan air matanya. Aku bisa melihat dengan jelas raut terluka di mata ibu, tapi aku juga tidak bisa jika terus saja di teror oleh barang-barang berwarna merah dan kata maafnya.

Syafara >Completed<Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang