#9

68 11 2
                                    

^Terlupakan^

Dear Syafara

Apa kabar di sana? Semoga baik-baik saja. Akh, pasti baik-baik saja selama gak ada aku di dekat kamu. Ouh iya, aku cuma mau ngasih tau, cepatlah pulang dan menetap kembali di Jakarta. Banyak hal yang harus kita bicarakan, banyak hal yang harus aku jelaskan, dan banyak kebenaran yang harus kamu ketahui tentang aku. Maaf, aku selalu menjadi pengecut. Aku belum bisa pergi ke Singapura dan menjelaskan semuanya di sana, itu terlalu sulit untuk aku lakukan sekarang.

Jika kau kembali ke Jakarta, tolong datang ke toko Coklat di dekat perumahanmu.

Makasih udah nyempetin waktu buat baca surat gak berguna ini.

Salam rindu

***

Aku melipat surat itu dan memasukkannya kembali ke dalam amplop.

Siapa yang mengirim surat itu padaku? Apa mungkin Revan? Tapi Revan sendiri membenciku dan dia tidak pernah tau rumahku di kota. Lagian mana mungkin Revan mengirimkan surat itu ke Singapura, dia pake jasa kurir mana? Eh tunggu, kalo dia mengirimkan surat ini lewat jasa kurir, pasti ada kurir yang meminta tanda tanganku, dan pasti ada alamat yang tertera di surat itu.

Kalo bukan Revan, lalu siapa?

Apa mungkin orang itu menitipkan suratnya pada orang Indonesia yang datang ke Singapura hari ini? Apa mungkin ibu Akbar yang membawa surat ini untuk aku? Tapi, 'kan beliau baru akan mendarat di Singapura pagi ini. Ya ampun, sebenarnya siapa orang yang membuatku pusing di pagi hari seperti ini?

"Far!" panggil seseorang dari meja yang berada di belakangku.

Aku berbalik dan mendapati Arina yang duduk dengan wajah yang kusut, sepertinya dia sedang merasa bete.

"Kenapa?"

Dia menegakkan posisi duduknya, lalu menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Aku bakal pulang ke Indo besok, dan gak bakal balik lagi ke sini. Ini jadi hari terkahir buat aku tinggal di Singapura," ucap Arina dengan suara rendah.

Aku membulatkan mataku, tak percaya pada ucapan Arina barusan.

"Kenapa bisa gitu?"

"Ayah aku sakit keras, jadi perusahaannya harus aku ambil alih, sebagai anak satu-satunya aku bertanggung jawab menggantikan beliau. Ini bener-bener berat bagi aku, Far." Arina mulai menangis, dia menenggelamkan kepalanya pada ransel yang ada di atas meja.

Syafara >Completed<Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang