#10

78 13 9
                                    

^Surat Untuk Toko Coklat^

Aku melangkahkan kaki-ku menuju rooftop, sepertinya Reza sudah menunggukun di sana. Ada sedikit ketakutan dalam diriku, jujur saja, aku sangat takut Reza berfikir macam-macam pada diriku yang mengirimkan surat untuk toko coklat. Ah, aku harus menceritakan semuanya pada Reza agar dia tak salah faham. Oke, aku tak perlu takut, toh aku tidak melakukan kesalahan pada Reza.

Benar saja, pacarku itu sudah bediri menghadap ke arah matahari tenggelam. Jas hitam yang masih melekat pada tubuhnya menambah karismatik pada diri Reza, dia sangat terlihat tampan berkali-kali lipat dari biasanya. Oke, lupakan itu Syafara, melangkahlah ke arahnya, lalu jelaskan semuanya.

Aku menarik nafas dalam-dalam, sebelum aku memeluk tubuhnya dari belakang.

"Hai," sapaku membuat Reza sedikit terlonjak dari tempatnya, sepertinya dia kaget ketika aku memeluknya secara tiba-tiba.

"Udah lama nunggunya?"

Aku bergeser ke sampingnya, mengikuti gaya Reza saat melihat betapa indahnya matahari tenggelam.

"Enggak, aku baru aja, ko," jawab Reza masih tetap pada posisinya.

"Ekhemmm ...." Aku berdeham sebelum memulai percakapan selanjutnya. "Za, sebenernya ada yang mau aku ceritain sama kamu--"

"Tentang apa?" potong Reza dengan cepat.

Aku tau, respon Reza pasti akan seperti ini. Dia selalu penasaran dengan apa yang mau aku ceritakan, tidak pernah sabar menunggu aku menyelesaikan ucapanku.

"Tentang ini." Aku menunjukan amplop yang aku temui di pintu apartment-ku, dan sudah aku ketahui isinya.

"Surat? Dari siapa?" tanya Reza tak sabar.

"Aku, 'gak tau surat ini dari siapa. Coba kamu baca isinya, karena setelah aku baca berulang-ulang, aku tetep, 'gak nemuin ciri-ciri si pengirim surat." Aku menyodorkan amplop itu pada Reza.

Reza membuka dan membaca isi surat itu dengan tenang, sampai akhirnya dia meremas surat itu dan melemparkan surat itu ke lantai.

"Aku akan mencari tau siapa orang yang mengirimkan surat itu padamu, aku berjanji." Reza menatap manik mataku dalam-dalam.

Aku mengangguk lalu menyodorkan surat balasan yang aku titipkan pada Reza. "Aku bales surat itu, aku cuma pengen tau siapa yang ngirimin aku surat itu. Aku yakin, pengirim surat itu adalah orang yang sama dengan yang mengirimkanku kotak merah beberapa hari yang lalu."

Reza mengangguk lalu mengambil surat balasan dariku. Di sampul amplop itu sudah aku tulis alamat toko coklat yang ada di dekat perumahanku di Jakarta. Sewaktu SMP aku sangat sering mengunjungi toko tersebut hanya untuk membeli beberapa coklat berbentuk koin, atau bahkan aku hanya bermain-main di halaman toko coklat itu.

"Semoga ini tidak ada sangkut pautnya dengan Revan ataupun Syifa," celetuk Reza membuatku menatap tak percaya ke arahnya.

Ternyata bukan cuma aku yang berfikir seperti itu, Reza juga berfikir hal yang sama denganku.

"Za, aku juga sempet mikir kayak gitu, tapi kayaknya gak mungkin juga. Revan dan Syifa hanya orang kampung, lagian di antara mereka, 'gak ada yang tau kalo aku di sini, jika mereka tau juga, bagaimana cara mereka mengirim surat itu?" Reza mengangguki semua kalimat yang aku lontarkan.

Syafara >Completed<Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang