^Pahit manis kehidupan^
"Terus?"
Akbar tertawa hambar sebelum menjawab pertanyaanku.
"Karena ka Revan ngerasa gak pantes buat Kakak, apalagi pas ka Revan tau kalo Kakak terlahir dari keluarga berada. Ka Revan cuma kaget mendapat kenyataan bahwa Kakak mencintainya, ka Revan cuma gak mau keluarga Kakak malu karena Kakak deket sama anak orang sederhana kayak ka Revan."
Aku mendongak sambil meremas rambutku dan mengacaknya. Kenapa baru sekarang aku tahu semua kenyataannya?
"Terus kenapa dia nampar aku?"
Akbar menghela nafas kembali. "Karena dia mau Kakak membencinya."
"Apa keuntungan yang dia dapat dengan dibenci olehku?" tanyaku dengan gusar.
Ya Tuhan, kenapa semuanya jadi seperti ini?
"Lo pengecut, Van," gumam Reza di sebelahku.
Aku melirik Reza yang matanya masih fokus menatap jalanan.
"Dia bukan pengecut, Ka. Dia cuma mau ka Fara hidup bahagia dan terbiasa tanpa kehadiran dia," kilah Akbar membela Revan.
Mobil Reza berhenti di depan rumah sederhana yang dikelilingi oleh pagar berwarna coklat.
"Turun! Kita omongin lagi sama Syifa di dalam!" perintah Reza yang sudah menatap Akbar dengan tatapan tajamnya.
Aku mengangguk menyetujui ucapan Reza. Memang benar, hanya berbicara dengan Akbar membuat aku sedikit gregetan dan ingin sedikit melayangkan satu pukulan padanya. Entahlah, tapi rasanya aku benar-benar kesal ketika Akbar dengan gampangnya membuka kenyataan pada masa lalu, dia dengan gampangnya tau semua itu. Sedangkan aku? Aku yang terlibat dalam masalah itu saja tidak mengetahui apapun. Kenapa kehidupan sebercanda ini?
"Fa-Fara." Syifa yang sedang membersihkan halaman rumahnya tergagap melihat aku melangkah ke arahnya.
Sebenarnya aku ingin berlari lalu memeluk Syifa, tapi tiba-tiba pikiran tentang Syifa yang juga mengetahui segalanya membuatku sedikit merasa kesal padanya.
"Kamu apa kabar?" tanya Syifa sambil berjalan mendekatiku. "Akbar? Kenapa gak ngabarin dulu kalo mau ke sini?" Syifa bertanya pada Akbar yang baru saja turun dari mobil Reza.
"Aku mau kamu jelasin semuanya ke aku, semua tentang Revan." Tanpa bertele-tele aku langsung meminta penjelasan Syifa.
Reza mengusap pundakku, dia mengingatkanku agar tetap bersikap tenang.
"Ki-kita bicara di dalam."
Syifa berjalan terlebih dahulu memasuki rumahnya yang sederhana tapi terkesan elegant. Aku, Reza, dan Akbar ikut berjalan membuntutinya dari belakang.
"Mau minum apa?" tanya Syifa.
"A--"
"Gak usah, langsung aja jelasin semuanya," ucapku memotong Akbar yang baru saja mangap.
Syifa menatap wajahku, lalu mengangguk dan ikut duduk di kursi yang berhadapan denganku.
"Aku bingung harus jelasin semuanya dari mana," gumam Syifa.
Aku memutar bola mataku jengah. "Kenapa Reza menamparku saat aku menyatakan cinta padanya?"
Syifa menatap Akbar berbicara lewat tatapan matanya, setelah Akbar mengangguk Syifa baru menatapku.
"Dia menampar kamu karena dia ingin kamu membencinya." Syifa menjawab pertanyaanku dengan tegas.
"Apa yang dia dapatkan dari aku membencinya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Syafara >Completed<
Teen FictionCover by : Syafara NQ Takdir Tuhan adalah yang terbaik, meskipun terkadang takdir itu membuat kita sakit. Bukan hidup namanya jika tidak penuh dengan ujian, bukan hidup juga namanya jika tidak merasakan kebahagiaan. 2020-2021 <3