#16

65 11 1
                                    

^Pemotretan Pertama^

Sebenarnya, perusahaan yang merekrutku menjadi brand ambasadornya adalah perusahaan ayahnya Reza yang bergerak di bidang kecantikan.

Tubuhku yang kaku karena pertama kali melakukan pemotretan membuat orang yang memotretku sedikit kesal.

"Sudah! Istirahat dulu, aja," putusnya ketika aku kembali salah berpose.

Percayalah, bergaya di depan kamera itu bukan fashion-ku. Tapi, ini demi penyamaranku untuk menghindari orang yang menerorku itu.

"Semangat Ara, kamu harus lebih melenturkan pinggangmu di depan kamera," ucap Nia menyemangatiku.

Tangannya penuh dengan beberapa map coklat. Nia menjadi repot karena mendapat tugas dobel dari Reza. Pertama, Nia harus menemaniku dan mengubah gaya berpakaiannya. Kedua, Nia harus tetap mengingatkan jadwal Reza untuk meeting dan tetap mengerjakan tugas kantor dari Reza.

Aku mengacungkan jempolku pada Nia.

Setelah Nia kembali duduk di sofa dan berkutat dengan map coklatnya, aku mendekati fotograper dan duduk di kursi sampingnya.

"Sorry, this is a first time for me," ucapku padanya.

Fotograper yang sedang berkutat dengan kameranya itu melirik ke arahku.

"Tidak apa-apa, aku memakluminya. Lagian pak bos sudah bicara tentang ini padaku, bahkan dia mendatangkanku dari Indonesia khusus untukmu."

Ya ampun, ternyata dia orang Indonesia yang datang ke Singapura khusus untuk memotretku.

Reza benar-benar totalitas untuk menyembunyikanku.

"Aku kira kamu bukan orang Indonesia," ungkapku, lelaki itu tertawa kecil sambik tetap fokus pada kameranya.

Dia menyimpan kameranya di atas meja kecil di hadapan kami, lalu mengulurkan tangannya padaku.

Setelah aku menerima uluran tangannya, dia berkata, "Perkenalkan, namaku Reihan, kakak dari Renal yang menjadi sopirmu."

Waw, ternyata dia adalah sodara sopirku. Pantas saja, mata Reihan dan Renal sama persis.

"Kalian pasti sudah lama bekerja pada ayah Reza,"  ucapku sambil menarik uluran tanganku.

Reihan mengangguk. "Keluarga kami berhutang budi besar pada keluarga Reza, aku tidak akan sesukses sekarang tanpa bantuan dari ayah Reza."

Aku ber-oh ria mendengarnya.

"Baru kali ini pak bos memintaku pergi ke Singapura hanya untuk memotret kamu yang benar-benar masih kaku. Kamu pasti orang spesial untuk pak bos, atau ... untuk Reza?"

Aku terkekeh kecil. "Aku pacarnya Reza," ucapku membuat Reihan memelototkan matanya.

"Yang benar saja?" tanyanya dengan raut wajah tidak percaya.

Mungkin, Reihan bahkan Renal dan semua orang yang dekat dengan Reza akan bersikap seperti itu ketika tau aku adalah pacarnya Reza. Tapi percayalah, aku merasa sedikit tersinggung melihat ekspresi Reihan.

Aku memang tidak terlalu cantik untuk menjadi pasangan Reza yang begitu tampan. Tapi, bukannya cinta tidak memandang fisik?

"Aku belum pernah melihat seorang Reza mempunyai pacar," gumam Reihan.

"Kamu pasti menyangka kalo Reza akan memilih wanita yang lebih cantik daripada aku, 'kan?"

Pertanyaaku membuat Reihan menggaruk kepalanya bagian belakang.

Syafara >Completed<Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang