^Engagement^
Waktu begitu cepat berlalu, kejadian demi kejadian bergulir membuatnya menjadi masa lalu.
Penyesalan selalu datang di akhir. Dulu aku sempat menyesal mengenal Revan dan Syifa, tapi sekarang aku sadar, mereka adalah bagian kecil dari takdir indah yang Tuhan rangkai untukku.
Hari ini adalah hari spesial, hubunganku dengan Reza akan masuk ke jenjang yang lebih serius dari sekedar pacaran. Lalu, selangkah lagi kita bisa hidup bersama. Tidak ada lagi kebohongan, aku dan Reza sudah saling berjanji untuk terbuka dan menceritakan masalah masing-masing.
"Ara!" Teriakan itu sudah kembali menjadi santapan untukku di pagi hari, setelah lima tahun aku absen mendengarkannya. Siapa lagi kalau bukan ibuku tercinta?
"Kalo dipanggil itu jawab," omel ibu sambil membuka pintu kamarku tanpa permisi.
Keadaan yang sempat rumit kini telah berlalu, 'peneror' yang mengirimkan lukisan di kamarku ternyata memang Revan, dan untuk mengenang dia aku kembali memasangnya di dinding kamarku. Aesthetic.
"Padahal baru aja mau nyaut, Ibu duluan yang masuk kamar tanpa ngetuk pintu." Aku meniru gayanya yang mengomel sambil menyilangkan tangan di dada.
"Dasar anak ini. Udah siap?" Tangan ibu membenarkan anak rambut yang sengaja tidak aku rapihkan.
Jantungku berdebar cepat kala ibu tiba-tiba membisikkan kata selamat padaku. Sebenernya aku sangat bahagia, tapi entah kenapa masih ada sesuatu yang mengganjal di pikirannku. Semoga ini hanya perasaanku saja, semoga tidak ada hal-hal yang membuat hidupku kembali hancur.
"Anak sama ibu sama aja, kalo make up suka gak tau waktu. Ini udah siang, lho. Kasian kalo keluarga Reza nunggu lama di sana." Ayah berbicara dengan keras di depan pintu kamarku. Ibu langsung melepaskan tangannya dari pundakku, beliau sedikit menitikkan air mata. Ibu mana yang tidak terharu ketika putri tunggalnya akan bertunangan?
"Ayah aja kalo mandi suka lama," balas ibu setelah kembali tersenyum.
Perasaan kesal yang dulu ibu rasakan pada ayah, ternyata bisa berubah menjadi cinta yang membawa mereka menjadi keluarga yang utuh hingga saat ini. Mungkin itu juga yang terjadi pada kisah cintaku dan Reza. Dulu aku menganggap Reza adalah seorang lelaki aneh yang membuatku risi, tepi ternyata rasa risi itu hanya bertahan beberapa lama. Karena setelah kedekatan kita selanjutnya, setelah susah payah Reza mengeluarkan Revan dari hatiku, akhirnya aku takluk, dan dengan suka rela menaruh hati padanya.
Pertemuan aneh di restaurant itu membuat banyak perubahan dari hidupku. Membuat aku yang hancur kembali mempunyai tujuan hidup. Ya, terkadang hidup memang benar-benar tidak bisa ditebak.
"Mau tunangan atau mau ngelamun terus?" Lamunanku buyar. Ayah yang bertanya seperti itu membuatku mendengus kesal.
Akhirnya aku melangkah keluar dari kamar bersama ibu. Senyuman manis yang selalu terlukis di bibir ibu membuat aku bahagia, setidaknya perjuangan Reza beberapa tahun yang lalu membuat ibuku bahagia di hari ini.
Ball room hotel yang Reza sewa benar-benar mempunyai arsitektur yang memukau. Bukan cuma dekorasi berwarna cream yang membuatnya aesthetic, tapi juga posisi tempatnya yang begitu strategis. Aku begitu terpukau melihatnya. Wajar saja, aku memang tidak ikut campur dalan memilih gedung ataupun dekorasi di dalamnya. Semuanya aku serahkan pada Reza.
"Hari ini kamu keliatan cantik banget." Reza berbisik dengan mata yang terus menatap ke arah panggung, di mana ada sepasang pembawa acara yang terus saja berbicara menyapa para kolega bisnis Reza maupun kolega bisis ayahku yang hari ini diundang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syafara >Completed<
Teen FictionCover by : Syafara NQ Takdir Tuhan adalah yang terbaik, meskipun terkadang takdir itu membuat kita sakit. Bukan hidup namanya jika tidak penuh dengan ujian, bukan hidup juga namanya jika tidak merasakan kebahagiaan. 2020-2021 <3