^Siapa Dia Sebenarnya?^
Hari sudah menjelang sore, tapi aku masih bergelut dengan beberapa tugas tambahan di kampus. Jika saja aku tak melupakan satu tugas penting, tugas tambahan ini tidak akan ada, ini semua terjadi karena keteledoranku. Bisa-bisanya aku melupakan tugas pentig yang Mr. Paul berikan.
"Kamu sendirian? Mau aku temenin?" tanya Arina yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.
"Mmm ... 'gak usah, lo pulang aja. Gue juga bentar lagi pulang," tolakku.
Arina mengangguk lalu melambaikan tangannya, dia kembali menutup pintu dari luar membuat kelas yang aku tempati kembali hening.
Setelah menyelesaikan soal terakhir, aku langsung langsung bergegas menuju ruangan Mr. Paul yang tidak terlalu jauh dari ruang kelasku.
"Excuse me." Aku mengetuk pintu ruangan Mr. Paul yang tertutup rapat.
Setelah menunggu sedikit lama dan tidak ada jawaban dari pemilik ruangan, kurasa Mr. Paul sudah pulang. Ah, aku lupa, ini sudah sangat sore. Sebaiknya aku pulang saja, dan memberikan tugas ini besok.
Berjalan sendirian sudah menjadi kebiasaanku. Tapi lagi-lagi, aku merasa ada yang mengikutiku dari belakang. Aku jadi merasa sedikit ... takut?
"Hap!"
Mataku ditutupi oleh kain hitam dari arah belakang, dan aku tak bisa berteriak karena mulutku juga ditutupi oleh sesuatu. Aku tak tau itu apa.
Aku ingin memberontak, dan sialnya tanganku tiba-tiba sudah diikat. Ya Tuhan, selamatkan aku dari semua bahaya yang akan menimpaku.
Aku tak tau harus berbuat apa, karena kaki-ku juga ikut diikat oleh orang itu. Sebenarnya siapa dia? Kenapa dia melakukan hal ini padaku?
Tiba-tiba tubuhku diangkat, dan sepertinya aku dimasukkan kedalam mobil. Aku semakin takut ketika orang di sampingku membisikkan sesuatu yang tidak bisa aku dengar dengan jelas, jantungku berdetak begitu cepat, dan jangan lupakan fikiranku yang semakin over thinking.
Aku kembali diangkat entah menuju kemana. Tapi yang pasti, orang yang mengangkatku berjalan sedikit lebih lama sampai akhirnya aku diturunkan di sofa? Entahlah, benda yang kududuki sangat empuk dan begitu nyaman.
Wangi seseorang yang sudah familiar menyeruak di hidungku, ini wangi Reza, dan aku yak mungkin salah. Apa Reza juga diculik seperti aku? Atau jangan-jangan Reza yang menculikku!
Tapi tak mungkin Reza melakukan penculikan terhadap aku, kita baru saja jadian kemarin. Lagi pula kalau Reza ingin menemuiku, dia bisa langsung ke apartment-ku. Sebenernya siapa yang menculikku?
Sesuatu yang menutup mulutku terlepas. Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Aaa! Kamu siapa? Kenapa aku ditutupi seperti ini? Apa maumu?" teriakku dengan sekuat tenaga.
Aku bisa mendengar tawa seseorang dalam ruangan ini, dan tawa itu mirip sekali dengan tawa Reza.
"Reza! Kenapa kamu melakukan ini? Aku tau itu kamu, aku sudah hafal dengan wangi perfume yang kamu gunakan," omelku masih dengan mata tertutup.
Ikatan di kaki-ku dilepas oleh orang itu. Aku tak mungkin salah, dia pasti Reza. Dan tak lama setelah itu, ikatan pada tanganku juga di buka oleh otang itu. Tak menyia-nyiakan waktu, aku segara membuka penutup mataku.
"Taraaa! Surprise," teriak orang itu.
Aku masih menetralkan penglihatanku pada cahaya yang ada dalam ruangan ini, dan suara itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Syafara >Completed<
Teen FictionCover by : Syafara NQ Takdir Tuhan adalah yang terbaik, meskipun terkadang takdir itu membuat kita sakit. Bukan hidup namanya jika tidak penuh dengan ujian, bukan hidup juga namanya jika tidak merasakan kebahagiaan. 2020-2021 <3