Part 18

32 8 4
                                    

"Awwhh," desahku saat sedang mengoleskan lipbalm di bibir. Aku melihat bibirku pecah-pecah di cermin dan aku merasa lidahku sariawan. Padahal kemarin nggak kenapa-kenapa, aku masih bisa makan mie pedas. Tapi keesokannya aku merasakan lidahku sangat sakit.

Aku mengoles perlahan lipbalm untuk bibirku agar tidak kering. Rasa perih menyelimuti kulit bibirku yang tipis. Setelah selesai aku bersiap-siap berangkat ke sekolah. Seperti biasa aku berangkat bersama Marchel. Sampai di sekolah aku bertemu dengan Ristha. Ristha adalah teman kelasku juga. Dan dia musuh bebuyutan Faris sejak dulu. Hal sekecil debu pun mereka perdebatkan walaupun tidak penting.

Aku sudah mengenal Ristha sejak duduk di bangku SMP karena SMP kita satu sekolahan. Namun, kami baru bisa berteman kemarin. Aku kira Ristha orangnya cuek, ternyata tidak. Dia sangatlah cerewet, lucu, dan menggemaskan. Memang sifatnya sedikit manja, tapi dari dalam hatinya Ristha adalah perempuan yang kuat. Hanya luarnya saja yang terkesan manja.

Aku, Marchel, dan Ristha berjalan beriringan menuju kelas. Bangku Ristha berada di samping bangkuku. Kami duduk di tempat masing-masing. Aku memilih untuk membaca buku sambil menunggu bel masuk. Sedangkan Ristha memilih untuk berbincang-bincang bersama teman-teman yang lain. Saat sedang membaca buku tiba-tiba ada yang melempariku kertas. Ternyata kertas itu berbentuk pesawat terbang.

Aku melihat sekeliling siapa yang melempariku, ternyata kembaran kelinci imut sedang tersenyum gemas menatapku sambil mengangkat tangannya. Jangan lupakan gigi kelinci nan putihnya. Marchel mengisyarakatkan untuk membuka pesawat kertas itu. Alhasil aku menurut saja dan mendapati tulisannya di sana.

"Gue kemarin ketemu reporter lambe turah lagi ngintilin gue. Kayaknya mereka kepo tentang kita deh. Makanya gue gak ngajak bicara lo sekarang. Oiya paket data gue habis gak bisa whatsapp elo makanya gue pakek pesawat kertas. Thanks."

Jadi ini alasannya? Pantas saja di perjalanan dia diem kek es batu.

"Iya sans kelinci," balasku melempar pesawat kertas itu ke arah Marchel. Marchel menerimanya lalu membaca isi balasan surat dari ku.

"Kok kelinci sih, Kay?" tanyanya. Lalu, Marchel melepar surat itu ke arah ku. Dengan sigap aku menerimanya.

"Gigi lo kayak kelinci, imut," jawabku. Aku melepar suratnya ke Marchel. Marchel menerimanya dengan sigab. Lalu, ia membacanya. Setelah itu, Marchel melihat ku dengan wajah kesal, aku terkekeh melihat ekspresinya.

Ketika Marchel ingin membalas suratnya tiba-tiba datang seorang guru berbadan berisi masuk ke dalam kelasku.

"Selamat pagi anak-anak," salam Bu Rossi. Ya, nama guru itu Bu Rossi.

"Pagi, Bu," jawab serentak dari teman sekelasku.

"Hari ini kita ulangan kimia ya," kata beliau.

"Loh bu, kok mendadak sih?" protes Marchel.

"Emang kenapa, Marchel?" tanya Bu Rossi.

"Kan saya belum belajar bu," jawab Marchel dengan nada sedikit kesal.

"Ya, salah kamu sendiri kenapa belum belajar. Tugas pelajar tuh belajar bukan main game. Giliran ada ulangan gini aja malah protes," kata Bu Rossi panjang kali lebar kali alas kali tinggi.

"Yaudah, gausah nge-rap bisa kan bu," kata Marchel dengan nada pelan supaya Bu Rossi tidak mendengarnya.

"Siapa yang nge-rap, Marchel!?" bentak Bu Rossi.

"Eh itu lho bu, kodok nya nge-rap," jawab Marchel ngasal.

"Gila saya lama-lama bicara sama kamu," kata Bu Rossi berjalan membagikan kertas ulangan itu pada teman-teman.

"Siapa suruh bicara sama saya," kata Marchel seenak jidatnya.

"Marchel!" panggil Bu Rossi meninggikan suaranya.

"Ada bu, saya sendiri. Kenapa ya?" tanya Marchel dengan wajah watadosnya.

"Bersihkan toilet guru sekarang!" perintah Bu Rossi yang kehabisan kesabaran.

"Sekarang, bu?" tanya Marchel.

"IYA SEKARANG! MASAK TAHUN DEPAN!?" teriak Bu Rossi. Marchel langsung berlari keluar kelas.

"Jangan marah-marah bu, entar cepet tua," kata Marchel yang berhenti sebentar lalu berlari setelah mengatakan itu. Ia takut diterkam oleh macan betina.

"MARCHEL!" teriak Bu Rossi.

Seiring berjalannya ulangan kimia tadi, akhirnya jam istirahat pun telah tiba. Bu Rossi keluar kelas dengan membawa soal ulangan tadi.

"Akhirnya.." kata ku merenggangkan otot-otot badanku.

"Gila sih si Marchel, berani banget dia sama Bu Rossi," kata Ristha heran.

"Biasa dia mah kalo sama Bu Rossi, nggak ada takut-takutnya," kata Faris.

"Iya, tuh anak gue juga heran," kataku.

"EKHEM,"

"Woi kingkong kaget gue," latah Faris. Gue dan Ristha tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

"Lo kalo mau buat orang jantungan nggak gini caranya, Marchel Mutarrozit!" kesal Faris. Sedangkan Marchel ia berjalan dengan cengengesan seperti ngga ada salah.

"Minggir, Ris," usir Marchel pada Ristha yang duduk disebelah ku.

"Lah enak aja lo ngusir gue pergi. Nggak, nggak ada nggak ada," tolak Ristha mentah-mentah.

"Yaelah gantian napa Rist, lo mulu yang sama Kayla, gue kapan?" kata Marchel yang nggak terima.

"Tahun depan!"

"Nggak mau gue. Cepet pergi gak?!" kata Marchel menarik-narik tangan Ristha.

"Iya-iya gue pergi! Gausah narik-narik juga, Rosit!" Ristha pun pergi duduk disamping Faris.

"Lo ngapain pindah sini?" tanya Faris seperti tidak menyetujui kalo Ristha duduk disampingnya.

"Lo ngomong sekali lagi gue gampar mau lo?" ancam Ristha. Karna Faris takut di gampar, ia pun mempersilakan Ristha duduk disampingnya.

"Oiya, lo kok nggak ada takut-takunya sih, Chel, sama Bu Rossi?" tanya Ristha.

"Gue juga nggak tau, tiba-tiba gitu aja," jawab Marchel merangkul bahu Kayla. Kayla yang risih langsung melepas rangkulannya Marchel.

"Kok dilepas sih, Kay?" tanya Marchel dengan anada sedikit marah. Kayla pun langsung menarik tangannya kembali dan langsung ia taruh di bahunya.

"Gitu dong." Marchel tersenyum dan mengacak-acak rambut Kayla.

"Ekhem baygonnya om seratus juta dapat lima," kata Faris. Kayla, Marchel, dan Ristha tertawa mendengarnya.

"Dasar jomblo ngenes!" celetuk Marchel. Faris yang tidak terima memasang wajah kesalnya pada Marchel.

"Lo kok diam aja, Kay, dari tadi?" tanya Marchel yang menyadari sikap Kayla yang sedari tadi hanya diam. Kayla membalasnya dengan gelengan.

"Kenapa?" tanya Marchel.

"Lo sakit, Kay?" tanya Ristha. Kayla menjawabnya dengan anggukan.

"Ayo ke uks," ajak Marchel menarik pelan tangan Kayla. Kayla menggeleng.

"Lo sakit, Kay, harusnya ke uks, biar cepat sembuh," kata Marchel.

"Gue nggak papa, Chel," kata Kayla dengan lemas.

"Nggak papa gimana? Muka lo pucet tau nggak?"

"Gue nggak papa, Marchel!" bentak Kayla. Marchel kaget dengan itu. Baru kali ini Kayla membentaknya.

"Maaf, Chel." Kayla yang menyadari sikapnya langsung menunduk dan meminta maaf pada Marchel.

"Nggak papa," jawab Marchel membelai kepala Kayla.

Save Me! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang