Part 5

42 12 2
                                    

-Happy reading。◕‿◕。-

Pandangan mata semua tertuju pada 4 orang gadis cantik yang sedang berjalan di depan kantin. Dengan angkuh nan sombongnya mereka melewati siswa-siswi yang sedang memperhatikannya.

Chalondra, salah satu gadis yang sedang menjadi pusat perhatian tadi menampakkan wajah yang sangat dingin dan tak bersahabat. Tatapan matanya tajam, semua orang yang memperhatikan dirinya tidak ingin bertemu pandang dengan matanya. Seakan tatapan mata Chalondra itu adalah, mau bertemu Tuhan sekarang hm?

Apalagi saat Chalondra sedang marah, semua akan dia lakukan untuk meredakan emosinya. Bahkan orang tak bersalah pun menjadi pelampiasannya. Chalondra sebagai ketua geng berjalan paling depan yang di sampingnya ada Zora, perempuan yang irit bicara namun sangatlah kejam.

Mereka berjalan menuju markas khusus mereka. Mereka memasuki ruangan serba warna black and pink. Isi markasnya adalah ranjang besar yang muat 4 orang, kamar mandi, TV, AC, dan fasilitas lainnya. Sudah macam hotel markas geng Queen Cans ini.

Chalondra membuka pintu secara kasar sampai membentur dinding di belakangnya. Saat ini dia emosi dan pastinya akan melampiaskan amarahnya. Chalondra berjala menuju meja rias mereka yang terdapat puluhan skin care dan alat make up di atasnya. Chalondra memandang ke arah cermin. Terlihat amarahnya yang sudah di ubun-ubun.

"SIALAN! ARGHHH!"

Chalondra mengobrak-abrik barang-barang yang ada di atas meja. Alhasil semuanya jatuh berserakan di lantai. Hampir semua wadah make up dan skin care mereka berasal dari kaca itu pecah. Chalondra bisa melihat serum kecilnya yang baru saja dia beli pecah di sampingnya. Chalondra tidak menghiraukan serum wajah berharga jutaan miliknya dan barang-barang temannya yang pecah karena dia. Karena Chalondra adalah Sultan, soal itu mah gampang bisa diganti dengan uang.

"Chalondra, cukup!" teriak Amora.

"Kenapa, Kak? Aku masih belum puas!" Chalondra masih memberantakan meja rias. Sedangkan Zora dan Frissly memegangi dan menenangkan Chalondra.

Chalondra memanggil mereka bertiga 'Kak' karena sebenarnya Chalondra masih kelas sebelas. Dia naik satu tingkat lebih awal saat kelas 10. Chalondra naik kelas lebih awal bukan karena prestasi melainkan, karena ingin bersama mereka bertiga, 'Queen Cans'. Tentunya Chalondra harus mengeluarkan uang untuk menyogok sekolah.

"Tahan emosimu, lebih dewasa sedikit!" kata Amora. Di sini Amora lah yang lebih tua diantara Zora dan Frissly.

"Ya, lo harus tahan emosi lo. Jaga name tag lo sebagai Queen Cans yang kuat. Jangan lemah kayak gini," kata Frissly.

"Maaf Chalondra emosi tadi."

Ya, Chalondra emosi karena dia cemburu melihat kebersamaan Kayla dan Marchel di depannya. Sudah sejak lama Chalondra mengagumi Marchel namun baru sekarang dia mendekatinya. Bukannya tidak berani, namun Chalondra tengah sibuk menindas siswa-siswi yang berkasta di bawahnya.

"Kita bisa merencanakan sesuatu. Bukan seperti ini," kata Amora.

"Apa, Kak?"

Mereka berempat saling berdiskusi. Sesekali mereka manggut-manggut dan tertawa satu sama lain. Ya, mereka merencanakan sesuatu.

"Siap! Jadi gitu kan rencana kita selanjutnya?" tanya Chalondra dengan girang.

"Iya dong. Nah gitu senyum kek jangan mewek kayak tadi!" kata Frissly sambil merangkul pundak Chalondra yang sudah dia anggap seperti adik kandungnya sendiri.

"Iya, kak maafin Chalondra, ya."

"Lain kali jangan kayak gitu. Lo tau kan gue mageran? Gue megangin elo aja ngumpulin nyawa dulu," kata Zora dingin. Chalondra tertawa dan selalu meminta maaf kepada kakak-kakaknya ini.

Awas aja lo Kayla, batin Chalondra.

*****

Malam ini aku memutuskan untuk memasak mie goreng karena kakakku sedang tidak ada di rumah. Dia juga tidak masak makanan apapun, cuma ada nasi dimeja makan ku.

Aku berjalan menuju dapur setelah itu aku mengambil dua bungkus mie goreng. Aku merebus air terlebih dahulu. Lalu, aku membuka bungkus mie itu dan menaburkan bumbu-bumbu mie di piringku. Setelah air sudah mendidih aku mulai memasukan mie ke dalam air itu.

Tak butuh waktu lama, mie sudah matang dan siap untuk disajikan. Aku mengambil kursi dan duduk dimeja makanku. Tiba-tiba Marchel datang dan masuk ke dapurku melalui jendela.

Aku yang terkejut sontak memanggilnya, "Marchel?"

"Hai, Kayla," sapanya sambil berjalan mendekatiku. Lalu, ia duduk di depan ku.

"Kok makan mie sih?" tanyanya dengan nada sedikit kesal.

"Nggak ada makanan. Kak Meisie juga nggak masak," jawabku.

"Tapi, seharusnya nggak makan mie goreng. Kan bisa masak nasi goreng. Lo tau kan mie goreng nggak nggak sehat?" omelnya. Aku terkekeh. Marchel kalo marah-marah gini bukannya tambah serem malah tambah lucu.

"Kok ketawa?"

"Udah ngomelnya?" tanyaku disela-sela ketawaku.

"Udah."

"Kelamaan kalo masak nasi goreng. Yang pertama, harus bikin bumbu dulu, terus goreng nasinya. Kelamaan. Keburu lapar, Marchel," jawabku.

"Ya, kalo gitu kenapa nggak telfon gue?"

"Takut ganggu lo dan mama lo."

"Kita sahabatan sejak kapan sih, Kay? Lo masih aja nggak enakan sama gue? Dan oke, masalah mama aku bisa angkat telepon di kamar mandi biar nggak kedengaran."

"Maaf." Hanya itu yang bisa aku katakan. Aku takut jika aku salah menjawab malah membuat Marchel semakin marah.

Marchel menghela napas dan ia berkata, "yaudah, lanjutin makannya. Lain kali jangan keseringan makan mie goreng lagi."

"Siap komandan," kataku sambil menegakkan badanku dan bergaya seperti menghormat. Lalu, Marchel ngacak-acak rambutku.

"Lo kayaknya hobi banget ngacak-ngacak rambut gue, Chel," kataku.

"Gemes gue sama lo," jawabnya. Tiba-tiba kepala ku pusing kembali. Dan badanku sangat lemas. Tak lama kemudian pandanganku mulai kabur dan menghitam. Setelah itu aku pingsan.

"Kayla! Kay!" panggil Marchel yang menggoyang-goyangkan badan Kayla. Lalu, Marchel membopong Kayla masuk kekamarnya.

Sampainya dikamar, Marchel menidurkan Kayla diranjang tidurnya. Setelah itu, ia mengambil minyak kayu putih yang berada di meja belajar Kayla. Ia, mengoleskan minyak itu di hidung Kayla supaya Kayla cepat sadar.

Hampir satu jam, akhirnya Kayla tersadar. Ia mengedipkan matanya. Dan melihat Marchel tertidur disebelahnya dengan keadaan duduk. Lalu, ia melihat jam dinding yang menunjukan pukul 21.00 malam hari.

"Marchel," panggil Kayla pelan.

"Kayla, akhirnya lo sadar juga," kata Marchel yang terbangun dari tidurnya. Kayla pun membalasnya dengan tersenyum.

"Syukur deh kalau lo udah bangun. Gue pulang dulu nggak papa kan? Udah malem takut entar mama nyariin."

"Nggak papa kok."

"Beneran?"

"Ia Marchel, gue nggak papa," jawab Kayla.

"Yaudah, jaga kesehatan, Kay. Jangan keseringan pingsan, gue khawatir," katanya sambil membelai rambutku.

"Iya, Chel. Yaudah, sana. Hati-hati kalo pulang," kata Kayla.

"Good night, Kay."

"Night to, Marchel." Setelah itu Marchel berjalan menuju jendela dapur untuk pulang.

Save Me! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang