Part 10

27 9 0
                                    

Chalondra dan Zora berjalan-jalan di sekeliling tenda-tenda camping area putri. Mereka memakai sweater tebal, syal, dan topi rajut karena udara sangat dingin. Sejenak, suasana di pegunungan membuat hati antagonis Chalondra mulai menghangat. Tidak seperti lusa yang sangat terbakar. Mereka juga berfoto ria dengan pemandangan alam ciptaan Tuhan yang sangat indah.

"Aku suka banget tempat ini, Kak," kata Chalondra. Dia merentangkan kedua tangannya, memejamkan mata sambil menghirup udara segar khas pegunungan.

"Gue sih oke oke aja. Cuma gue takut masuk angin." Zora sedari tadi menyembunyikan tangannya di saku sweater.

"Nanti kalau kakak sakit aku bawa ke tenda PMR kok," kata Chalondra. Zora hanya mengangguk.

"Eh, tumben lo baik hari ini," sindir Zora.

"Maksudnya, Kak?"

"Gue lihat lo akur hari ini sama Kayla. Biasanya lo main kasar tanpa disuruh."

"Aku sok baik aja karena jaga image di depan Marchel. Kejadian kemarin membuat Marchel ilfeel sama aku, Kak. Semuanya gara-gara Kayla! Kalau saja membunuh gak dosa, aku udah bunuh dia sejak dulu."

"Gila, lo psikopat!"

"Aku baru saja menemukan ide untuk balas dendam."

"Apa?"

" ... "

****

"Kay, persediaan kayu bakar kita buat masak sudah habis. Belum lagi buat api unggun nanti malam," kata Ristha. Kayla yang sedang duduk di dalam tenda memunculkan kepalanya keluar melihat ke arah Ristha.

"Terus gimana?" tanya Kayla.

"Katanya kalau habis harus cari di hutan," jawab Ristha.

"Tapi ini udah mulai sore, Ris." Kayla melihat ke arah langit yang mulai menggelap dan tertutup kabut.

"Iya juga. Tapi kalau kelompok kita nggak setor kayu buat api unggun nanti dimarahin." Tiba-tiba Chalondra dan Zora datang.

"Ada apa ini?" tanya Chalondra.

"Ini Kak, kayu bakar kita hampir habis. Nanti malam kita harus setor kayu bakar buat api unggun. Tapi kalau kita setor, besok kita nggak bisa masak," kata Kayla.

"Yaudah cari sana apa susahnya sih?"

"Tapi ini sudah sore, Kak," kata Ristha.

"Ya makanya mumpung masih sore buruan cari kayu bakar, lo mau cari malem-malem di hutan? Gue sih ogah." Chalondra memutar bola matanya malas.

"Kita, Kak?" tanya Kayla.

"Iya, kalian berdua. Kita jaga tenda sama nunggu pengumuman di sini." Chalondra dan Zora masuk ke dalam tenda.

"Yaudah yuk, Ris. Kita izin ke guru dulu kalau mau ke hutan." Ristha mengangguk.

Mereka berdua menuju ke pos laporan yang dijaga oleh guru-guru untuk izin ke hutan. Kata mereka banyak yang sudah masuk ke dalam hutan untuk mencari kayu bakar karena persediaan kayu mereka sudah habis. Kayla pikir hanya kelompoknya saja yang kehabisan kayu. Ternyata kelompok lain juga. Mereka mulai berjalan beriringan menuju hutan melewati jalan setapak.

"Kay, gue takut." Ristha menggenggam tangan Kayla.

"Gak usah takut. Di dalam juga ada anak-anak yang cari kayu bakar. Lagi pula ada aku kok." Kayla mencoba menenangkan Ristha walaupun dirinya juga ragu untuk masuk ke hutan.

Mereka berdua mulai memasuki area hutan. Di sana banyak teman-teman mereka yang sedang mengumpulkan kayu. Di hutan juga ada pos guru untuk mengawasi siswa. Kayla mengedarkan pandangannya, dia tidak menemui Marchel di sini. Tapi dia bertemu dengan Faris, teman sekelasnya yang satu kelompok dengan Marchel. Katanya mereka bagi tugas, Marchel dan Raja-kakak kelasnya yang memasak sedangkan Faris dan Destha-kakak kelasnya mencari kayu dihutan.

Kayla dan Ristha memutuskan untuk mencari kayu di tengah hutan karena kayu yang ada di depan hutan sudah habis. Kayla mulai mengambil kayu bakar satu persatu. Dia memilih yang sudah kering.

"Loh Kayla, lo cari kayunya sampai di sini juga?" Tiba-tiba saja Faris sudah ada di belakang Kayla.

"Eh, iya. Soalnya di depan udah habis." Kayla masih memilah kayu satu persatu.

"Aku udah dapat banyak nih, aku balik duluan ya. Gak papa kan?"

"Gak papa, lagian ada Ristha kok."

"Okelah. Eh udah bawa senter? Sudah mulai gelap nih," kata Faris sambil melihat ke atas.

Kayla menggeleng, "Enggak. Gue lupa gak bawa."

"Yaudah nih pakek aja senter gue. Jangan lama-lama di hutan soalnya suasana mulai gelap takutnya ada apa-apa."

"Makasih, Faris." Kayla tersenyum sambil menerima senter dari Faris. Setelah itu Faris kembali ke arah camping sambil membawa sebongkah kayu di pundaknya. Kayla memilah-milah kayu lagi.

"Kayla, gue kebelet pipis!" Tiba-tiba Ristha berada di sebelah Kayla.

"Ya udah ke kamar mandi aja."

"Tapi kan nanti elo sendirian."

"Gak papa, masih terang kok. Gue hafal jalannya." Kayla tersenyum walaupun dalam hati dia was-was berada di hutan sendirian.

"Yaudah lo hati-hati, ya. Buruan balik, gue bawa sekalian kayu gue tadi."

"Iya, Ristha." Ristha mulai berjalan menjauh dari hutan.

Tinggal Kayla yang sendirian di sini. Kayla mencari kayu banyak-banyak agar besok tidak repot-repot lagi ke hutan. Saat ingin mengikat kayu untuk dia bawa pulang ke arah camping dia dikejutkan dengan suara desisan. Dari kejauhan dia melihat ular kayu sedang menuju ke arahnya. Dengan cepat dia mengikat kayu yang telah ia kumpulkan lalu berlari sekuat tenaga. Awan mulai menggelap dan Kayla masih berada di tengah hutan.

Marchel sedang membuat spaghetti di area tendanya. Dia membuat 5 spaghetti untuk dia dan kelompoknya serta yang satunya lagi untuk Kayla. Marchel membawa 1 mangkuk spaghetti untuk Kayla lalu keluar dari area camping putra. Dia berjalan menuju area camping putri yang sedang dijaga setiap perbatasannya. Marchel bilang ingin bertemu dengan Kayla untuk memberikan spaghettinya lalu Marchel diperbolehkan untuk masuk.

Saat sudah berada di depan tenda kelompok Kayla dia memanggilnya. Namun yang keluar malah nenek jeruk purut dan kulkas sombong. Chalondra dan Zora.

"Marchel! Lo ngapain di sini? Eh bawa mie lagi, pasti buat gue kan?"

"Ini spaghetti bukan mie dan ini buat Kayla," ucap Marchel datar. Sungguh Chalondra benar-benar malu.

"Oh begitu. Em, tapi Kayla nya nggak ada. Dia masih cari kayu bakar," kata Chalondra.

"Apa? Sama siapa?"

"Sama Ristha. Ngapain sih nanyain Kayla mulu? Mending kita makan jajan bareng-bareng yuk!" ajak Chalondra.

"Sorry, Chal gue mau nyusul Kayla. Ini mau menjelang malam dan Kayla masih di dalam hutan. Gue takut kenapa-kenapa, thanks infonya." Setelah itu Marchel melenggang pergi. Chalondra hanya bisa mendengus sebal.

"Tenang aja, kita kan sudah atur pelajaran buat Kayla," bisik kulkas sombong di telinga nenek jeruk purut.

Save Me! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang