Part 9

29 10 0
                                    

Musim dingin, Senin, Pukul 06:30.

Hari ini hari yang ditunggu-tunggu para siswa-siswi. Hari dimana kami mengadakan camping. Merasa sudah siap semua. Aku berjalan menuju dapur untuk berpamitan pada Kak Meisie.

"Kak, aku berangkat dulu," pamitku tak lupa mencium tangan Kak Meisie.

"Hati-hati. Jangan telat makan. Jangan aneh-aneh. Jaga kesehatan," pesan Kak Meisie.

"Iya, Kak." Setelah mengatakan itu, aku langsung mengambil sepedaku dan langsung berangkat. Seperti biasa, aku dan Marchel bertemu di gang untuk berangkat bareng.

"Sudah siap semua, Kay?" tanya Marchel.

"Sudah," jawabku.

"Nggak ada yang ketinggalan?" tanyanya lagi.

"Nggak. Dah yok berangkat sekarang," kataku. Aku dan Marchel menggoes sepedah kami masing-masing.

"Oh iya, Kay," panggilnya.

"Kenapa?"

"Nanti kalo lo ada apa-apa disana jangan lupa bilang ke gue ya," kata Marchel.

"Siap komandan."

Tak butuh waktu lama, akhirnya kami sampai di sekolahan. Aku dan Marchel menitipkan sepeda kami di parkiran sekolah. Setelah itu, kami berjalan menuju lapangan.

"Sini tas nya gue bawain, Kay," kata Marchel.

"Gausah, Chel. Gue kuat kok,"

"Beneran?"

"Iya."

"Yaudah, nanti kalo nggak kuat bilang ya,"

"Iya, Chel."

Aku dan Marchel duduk di barisan tengah, sesuai dengan kelas masing-masing. Pak Warno mulai mengabsen siswa-siswi satu persatu.

"Kayla Auristella?" Giliran namaku yang dipanggil.

"Ada, Pak," ucapku sambil mengangkat tanganku.

"Marchel Erlangga?"

"Ada, Pak."

"Baik semua sudah lengkap. Kita berangkat sekarang," kata Pak Warno.

"Kelas 12 masuk ke bis A, B, C, dan D. Kelas 11 masuk ke bis E, F, G, dan H. Terserah kalian mau milih bis yang mana," imbuh Pak Warno.

Setelah itu aku dan Marchel memilih bis yang sama yaitu bis F dan kami juga duduk bersama.

Aku dan Marchel berjalan masuk ke bis. Kami memutuskan duduk di kursi urutan ke lima dari depan. Aku duduk dipinggir dekat jendela dan Marchel duduk di sebelah kiriku. Aku yang minta ke Marchel untuk duduk di dekat jendela dan Marchel pun mengiyakan.

Bis mulai berjalan. Ada siswa yang bernyanyi, ada yang tidur, ada yang makan bekalnya dan ada juga yang mabuk.

Aku mulai membuka tas ku. Dan mengambil satu chiki di dalamnya. Aku tidak bisa membuka chiki dengan tangan. Sudah ku coba berkali-kali. Tapi, gigiku adalah jalan ninjaku. Aku menawari Marchel jajan yang ku bawa tapi, dia tidak mau.

"Kenapa?" tanyaku pada Marchel. Dia menggeleng sebagai jawabannya.

"Mabuk?" tebak ku. Dia menggeleng juga.

"Ngantuk?" tebak ku lagi. Dan dia menggangguk.

Aku terkekeh dengan tingkah Marchel. Lalu, aku menepuk-nepuk pundakku. Marchel yang mengerti pun ia tidur di pundakku. Beruntung aku dan Marchel tidak satu bis dengan reporter lambe turah dan Queen Cans. Kalo iya, bahaya nanti.

Save Me! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang