Part 27

24 7 10
                                    

"Kayla mohon, percayalah sama aku, Kak. Kayla gak pernah ngapa-ngapain. Kayla selalu mandi pakai handuk Kayla sendiri, pakai baju Kayla sendiri, semua Kayla pakai barang punya Kayla sendiri Kak," jelas Kayla yang masih sesenggukan.

Seketika semuanya hening. Suara tangisan Kayla menggema di sudut kamarnya. Meisie memijat pelipisnya yang berdenyut-denyut. Kayla tidak pernah berbohong padanya dan mungkin yang dibilang adiknya itu benar. Tiba-tiba Meisie teringat sesuatu.

Beberapa bulan yang lalu Meisie baru saja mendapatkan banyak pelanggan dan partner. Tengah malam berlalu, Meisie masih duduk di bar sambil menenggak bir bersama beberapa partner kerjanya.

"Hei, handuk siapa yang lo pakai?" tanya Meisie yang melihat mantan kekasihnya baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk pink di bahunya.

"Gak tau. Gue pinjem ya, soalnya gue lupa gak bawa handuk. Gue nemu di tiang jemuran baju."

"Udah gue bilang berapa kali kalau semua partner di sini harus bawa barang pribadinya sendiri?"

"Maaf, sayang. Lain kali ingatkan aku oke? Mari kita bersenang-senang bersama lagi. Are you ready?"

"Yes, baby."

Seketika ingatan itu kembali. Handuk yang dipakai kekasihnya dulu adalah handuk Kayla. Meisie tahu bahwa mantan kekasihnya itu mengidap HIV Aids. Ya, Tuhan kenapa dirinya tidak langsung membuang saja handuknya waktu itu? Handuk tersebut dipakai Kayla keesokan harinya. Kayla mencuci handuknya 3 hari setelahnya yang pasti penularan HIV Aids sudah menyebar di tubuhnya. Meisie merangkul pundak adiknya. Merasa bersalah telah menuduh adiknya.

"Kay ... Maafin, Kakak. Semua salah kakak." Meisie mulai menangis di bahu Kayla.

"Kakak gak salah kok. Ini salah Kayla. Maafin Kayla yang udah bikin kak Meisie malu. Maafin Kayla nggak selalu terbuka sama kak Meisie padahal Kayla punya banyak masalah di luar sana tanpa sepengetahuan Kakak. Kayla janji akan terus terbuka sama kakak." Kayla membalas rangkulan kakaknya.

"Kay, lo harus sembuh apapun keadaannya. Liburan semester nanti kakak akan temani kamu berobat sampai sembuh. OK?"

"Kayla gak mau nyusahin dan ngerepotin kakak. Kayla udah jadi beban kakak selama ini. Biar Kayla begini saja sampai Tuhan minta Kayla pulang."

"Nggak. Kayla, kamu gak boleh ngomong gitu. Kamu adik kakak, tanggung jawab kakak. Berhenti buat mikir kalau kamu adalah beban bagi kakak."

"Kay, sayang Kak Mei!" Kayla memeluk kakaknya erat.

Mereka berpelukan setelah lama mereka tidak seperti ini semenjak hubungan kakak beradik itu mulai merenggang karena perbedaan pendapat. Mereka tidak ada yang mau melepas pelukan hangat yang sudah lama tidak mereka dapatkan. Meisie mengusap rambut adiknya pelan, perlahan dia melepaskan pelukannya dirasa semuanya sudah lega.

"Kay, sekarang coba cerita apa masalahmu ke kakak. Udah lama banget kakak gak pernah dengerin kamu cerita." Meisie tahu beban yang Kayla rasakan saat ini, diberi cobaan penyakit oleh Tuhan dan ditinggalkan sahabat untuk selama-lamanya.

Kayla menarik nafasnya dalam-dalam, Lo harus terbuka sama kakak lo, Kay. Kayla mengingat pesan terakhir Ristha. Karena Kakak lo pasti punya solusi.

"Kayla gak tahu harus mulai dari mana. Intinya Kayla pernah di-bully kakak kelas. Kakak kelas itu adalah geng yang sangat disegani di sekolah karena sifatnya yang kejam, selalu menindas siswa-siswi yang lemah seperti Kay." Chalondra menceritakan semua kejahatan Chalondra dan Queen Cans ke Meisie.

"Kenapa gak ada yang lapor? Apa gunanya OSIS di sekolahmu?" Meisie geram.

"Mereka juga takut, Kak."

"Oke siapa nama ketua geng itu?"

"Chalondra." Meisie terkejut bukan main, namun langsung menyembunyikan rasa terkejutnya.

____

Malam keesokannya, Chalondra baru saja selesai melakukan pekerjaannya. Tengah malam Meisie meneleponnya mengajak dia bertemu di bar. Chalondra mengiyakan ajakan atasannya itu. Sampai sana dia melihat Meisie yang tengah menatapnya serius.

"Hai, Kak." Chalondra bersikap biasa saja tidak seperti yang di sekolahan kemarin yang sangat gugup.

"Kamu kenal Kayla?" tanya Meisie to the point.

"Kenal lah kak, itukan sahabat Chalondra juga. Di sekolah kita selalu bareng-bareng kok walaupun beda tingkat."

"Jangan mengada-ada. Gue muak sama kebohongan lo selama ini." Meisie meremas roknya untuk menahan emosinya.

"Maksud kakak?"

"Gue pikir gue bodoh? Semua partner yang ada di sini selalu dipantau oleh para suruhan gue. Gue gak tahu apa kedok busuk lo selama ini? Lo tega yah udah fitnah gue di depan temen-temen Kayla sampai Kayla yang kena imbasnya. Lo bilang kalau Kayla kena HIV Aids karena dia jadi kupu-kupu malam 'kan? Lo itu pemutar balik fakta yah, Chal. Lo boleh ngejelekin gue tapi jangan adik gue." Meisie mulai meninggikan suaranya. "Lo mau apa sih?"

"Karena aku gak terima kak! Aku selalu kerja di sini setiap hari. Aku izin telat karena kakak tahu sendiri kalau aku masih sekolah. Tapi kenapa kakak selalu memotong gajiku? Itu nggak berlaku satu dua kali tapi setiap bulannya!"

"Ya karena lo telat dan gak sesuai peraturan. Bukan salah gue dong," jawab Meisie santai.

"Gue kesel sama lo kak!"

"Masa bodoh. Inget Chalondra gue bisa menyebarkan siapa sebenarnya lo dengan semudah membalikkan telapak tangan. Denger itu!" ancam Meisie.

"Kenapa begitu?"

"Karena lo harus tanggung jawab apa yang udah lo perbuatan, bodoh!"

Setelah itu Meisie pergi meninggalkan Chalondra yang sedang mendengus pasrah.

Awas lo, Meisie, batin Chalondra.

-------

Keesokan harinya, Meisie berada diruangan belakang sekolah Kayla dan Chalondra dengan keadaan tangan di ikat di kursi dan mulut dibungkam dengan sehelai kain.

"Mmmph." Meisie memberontak supaya ikatan talinya terlepas.

"Percumah, Kak. Lo berontak talinya nggak akan terlepas kecuali tangan gue yang lepasin."

"Bangsat, lepasin gue!"

"Tidak semudah itu, Meisie."

"Heh kurang ajar ya, lo manggil gue kayak gitu!"

"Lepas, bangsat!" Chalondra berjalan lebih dekat ke arah Meisie hingga jarak wajah mereka hanya sesenti.

Chalondra mengcengram kedua pipi Meisie dengan tangan kanannya. Sedangkan, tangan kirinya memegang sebuah pistol.

"Kalo lo berani buka aib gue ke semua orang, gue nggak akan segan-segan bunuh lo, Meisie!" ancam Chalondra melepaskan cengkramannya kasar hingga kepala Meisie terhempas ke kanan.

"Gue nggak takut sama ancaman lo, Chalondra!"

"Dasar bitch!"

"Penipu!"

"Diam brengsek!" Chalondra mengarahkan pistolnya kearah Meisie.

"Bunuh aja kalo lo berani!" Saat Chalondra hendak menembak Meisie tiba-tiba pintu didobrak seseorang.

"KAK MEISIE!" teriak Kayla berlari dan melepaskan ikatan Meisie. Kayla tidak sendiri, ia di temani Marchel dan Faris.

"Nggak nyangka gue, lo sejahat itu, Chal," kata Marchel yang berjalan membantu Kayla melepaskan ikatan tali Meisie. Namun setelahnya, Chalondra melarikan diri.

Save Me! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang