Part 21

22 8 0
                                    

Kayla memasuki ruangan bernuansa putih berbau obat-obatan. Dia menemui dokter perempuan yang sedang duduk sambil mendata Kayla di map merahnya. Kayla menjabat tangan dokter tersebut sebelum dia menjelaskan gejala-gejalanya. Setelah mendata biodata Kayla dokter itu memakai maskernya yang sebelumnya tergantung di dagu. Kayla menjelaskan semua gejala-gejalanya.

"Kayla, coba ceritakan apa gejalamu."

"Dokter, hampir dua minggu ini saya sering demam, tubuh saya cepat lelah, sering keringat dingin di malam hari, terus ada bintik-bintik keunguan di kulit saya yang kadang hilang kadang bisa muncul." Dokter menulis gejala Kayla sambil mendengarkan penuturannya.

"Lalu apalagi?"

"Perut bagian bawah saya sering banget sakit kayak kram gitu. Terus maaf, di bagian kemaluan saya sangat sakit ketika buang air kecil. Oiya bibir saya juga pecah-pecah sama lidah saya ada bercak putihnya. Kenapa ya, Dok?" Mendengar penuturan gejala Kayla dokter tersebut mengerutkan keningnya.

"Apa kamu sudah berkeluarga?" tanya dokter itu.

"Belum, saya masih sekolah kelas 2 SMA."

"Apa kamu pernah melakukan hubungan seksual?" tanya dokter berkacamata itu.

"Sama sekali belum pernah, Dokter. Saya 'kan masih sekolah." Kayla merasa aneh saat dokternya bertanya seperti itu.

"Baik, silahkan Kayla berbaring di ranjang. Ibu mau periksa kamu." Dokter tersebut berdiri sambil memakai sarung tangannya dan memakai maskernya lagi. Jadi sekarang dia memakai masker dobel. Kayla melepaskan tasnya lalu berjalan menuju ke bankar.

Dokter itu membawa senter di tangannya. Kemudian menyuruh Kayla untuk membuka mulut. Dokter mengecek mata kanan kiri Kayla tak lupa juga mengecek mulut Kayla dan terdapat bercak putih di lidahnya. Bibirnya pun pucat dan pecah-pecah padahal Kayla sudah mengoleskan lipbalm berwarna di bibirnya. Tiba-tiba suhu tubuh Kayla naik. Seketika Kayla lemas. Dokter itu segera memfokuskan pada area kulit Kayla. Benar, bintik keunguan muncul lagi.

Dokter mencatat semua gejala dan pemeriksaannya di kertas tadi. Setelah menimang-nimang gejala yang ada pada tubuh Kayla, dokter itu memutuskan untuk memeriksa kondisi Kayla lebih jauh lagi.

"Maaf boleh ibu cek bagian intim mu, Kay?" Jujur dua-duanya canggung tapi semua demi kebaikan.

"Boleh dokter." Kayla mengangguk, ini semua demi kesembuhan badannya.

Kebetulan Kayla memakai rok, sehingga dokter tersebut mudah untuk mengeceknya. Kayla merintih kesakitan saat dokter mengecek keadaannya. Tak beberapa lama kemudian dokter selesai memeriksa Kayla. Kayla yang masih lemas itu disuruh untuk berbaring saja di atas bankar. Dokter itu berkata jika dia harus menjalani tes medis di laboratorium untuk memastikan apa penyakitnya.

"Sebenarnya saya sakit apa, Dok?" tanya Kayla saat dirinya diberi tahu untuk tes di laboratorium.

"Ibu belum bisa memastikan. Setelah ini kamu bisa ikut ke ruang lab ditemani suster."

"Kenapa saya dibawa ke lab?"

"Untuk mengambil sampel darahmu untuk dicek." Kayla mengangguk paham. Setelah berbaring hampir 10 menit Kayla merasa mendingan. "Dok, saya sudah agak mendingan."

"Baik, ibu panggil suster dulu."

Dokter itu memencet tombol berwarna biru di sampingnya. Terdapat beberapa tombol berwarna berbeda di sana. Ada merah, biru, hijau dan kuning entah tombol apa. Yang jelas saat dokter tersebut memencet tombol biru, selang beberapa menit suster pun datang. Aku segera dibawa ke ruang laboratorium untuk menjalani pengecekan diantar suster.

____

Chalondra memarkirkan mobil mewahnya di parkiran khusus mobil di salah satu rumah sakit ternama di kotanya. Chalondra ingin memeriksakan keadaan tangannya ke dokter kulit. Kemudian dia masuk ke dalam rumah sakit dan menuju loket pendaftaran. Loket pendaftaran itu dekat dengan ruang laboratorium dimana Kayla sedang menjalani sampel darah.

Chalondra melihat Kayla masuk keruangan itu bersama dengan suster. Ia yang penasaran pun langsung mengikutinya. Chalondra berhenti di balik pintu dengan kaca transparan tersebut. Ia mendekatkan telinganya supaya mendengar lebih jelas apa yang sedang dibicarakan oleh Kayla dan dokter itu.

"Jadi, saya mengidap penyakit apa dok?" tanya Kayla.

"Sebelumnya, apa benar kamu belum melakukan hubungan seks dengan siapapun, Kayla?" tanya dokter itu.

"Belum dok, serius."

Dokter itu menghembuskan napasnya pelan. "Dari hasil tes sampel darah, kamu mengidap penyakit HIV AIDS. Yang sudah reaktif 2 minggu yang lalu." Kayla terkejut dengan apa yang dibilang dokter tadi.

"A-apa? Beneran, dok?" tanya Kayla memastikan lagi. "Bagaimana saya bisa sembuh dari penyakit itu, dok?"

"Kamu harus dirawat inap disini," jawab dokter tersebut. Kayla terbungkam.

"Saya rawat jalan saja, Dok." Kayla ingat dia tidak mempunyai banyak uang.

"Tapi, Kayla, kamu harus dirawat inap supaya kamu sembuh," kata dokternya.

"Nggak dok, terima kasih."

Dokter pun mengalah. Ia memberikan resep pada Kayla untuk ditebus di apotik rumah sakit. Kayla mengucapkan terima kasih pada dokter itu. Setelah itu ia keluar dari ruangan lab untuk menebus obatnya. Sampai di depan pintu, Kayla kaget dengan keberadaan Chalondra disana.

"Cha-chalondra?" tanya Kayla kaget. "Lo kenapa disini?"

"Bukan urusan lo!" jawab Chalondra ketus. Setelah itu ia menubruk bahu Kayla supaya menyingkir.

"Chal, bentar!" panggil Kayla. "Lo denger percakapan gue sama dokter tadi di dalam?"

"Denger, dan maaf semuanya gue rekam." Chalondra tersenyum miring penuh kemenangan serta menunjukkan video percakapan Kayla dengan dokter.

"Gue mohon sama lo, Chal. Jangan sebarin berita ini ke siapapun. Gue mohon, Chal ... Lo hapus videonya. Gue bakalan lakuin apa yang lo suruh."

"Nggak!"

"Gue akan bayar berapapun asalkan video itu lo hapus."

"Lo kira gue butuh uang lo gitu? Nggak bodoh!"

"Please, Chal, gue mohon. Gue nggak mau dibilang  butterfly night padahal gue nggak lakuin itu." Kayla memohon dengan memegang lengan Chalondra.

"Lepas bodoh! Nular penyakit lo!"

Chalondra melepaskan tangan Kayla kasar. Setelah itu ia langsung pergi. Kayla menatap nanar punggung Chalondra yang semakin jauh. Ia menghembuskan napasnya setelah itu ia berjalan menuju apotik rumah sakit untuk menebus obatnya. Setelah menebus obatnya, ia langsung pulang dengan menaiki sepedanya.

Di perjalanan Kayla menatap kosong ke arah jalanan. Bisa-bisanya dia reaktif HIV AIDS. Kayla tidak pernah berhubungan seks dengan siapapun, kenapa dia bisa seperti ini? Apalagi Chalondra tahu jika dia mempunyai penyakit ini. Kayla tidak peduli dengan beritanya akan menyebar luas esok, yang Kayla pikirkan adalah kakaknya, Meisie.

Apa yang harus Kayla jawab jika Meisie tanya dia sakit apa? Apa yang harus Kayla lakukan saat Meisie tau penyakitnya? Pasti Meisie tak percaya dan juga akan kecewa dengan Kayla. Kayla hanya bisa pasrah sekarang. Keinginannya untuk sembuh pupus. Jika memang penyakit ini datang, sudah saatnya dia menunggu harinya untuk pulang bertemu Tuhan.

Save Me! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang