Part 1

113 17 18
                                    

-Happy reading guys-

Hari ini adalah hari senin. Hari di mana semua kembali seperti awal. Hari ini guru sedang rapat dan kegiatan mengajar pun dikosongkan. Aku mengisi waktu kosong ini dengan menulis beberapa quotes di dalam diary ku.

Suasana kelas sangat ramai. Banyak anak-anak perempuan yang asik membahas sesuatu. Mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Aku melihat Marchel sedang bermain sepak bola di dalam kelas bersama teman-temannya. Terlihat Chika, si ketua kelas terlihat marah kepada Marchel dan teman-temannya karena bermain sepak bola di dalam kelas. Ia takut bola itu mengenai kaca dan ketua kelaslah yang harus bertanggung jawab lebih dahulu.

Marchel adalah sahabatku sejak kecil. Dia yang selalu menjagaku di saat ada orang yang membuliku. Ya, hampir setiap hari aku di bully. Kebanyakan mereka membuliku secara verbal. Tapi, kakak kelasku pernah membuliku secara fisik. Aku mengingat kejadian dulu ....

"Woy, dek sini lo!" Aku yang sedang melintas di depan kantin pun menengok ke arah sumber suara.

Hanya aku yang ada di sini, ya ku rasa memang aku yang mereka panggil. Aku habis dari kamar mandi karena buang air kecil. Aku sengaja lewat kantin karena lebih cepat menuju kelasku.

"Saya, kak?"

"Iya siapa lagi kalau bukan elo!?" gertak salah satu teman mereka. Aku melangkah santai menghampiri empat perempuan yang sedang duduk di bangku kantin.

Aku mengenal mereka, mereka adalah salah satu geng primadona di sekolah. Nama gengnya adalah "Queen Cans" yang terdiri dari 4 perempuan cantik. Aku akui mereka sangatlah cantik tapi sayang, perilakunya tidak seperti fisiknya. Dia sering menindas murid golongan bawah dan murid bertipe sepertiku. Tak hanya cantik, mereka berkasta kolongmerat.

"Ada apa ya kak?" tanyaku kepada perempuan berambut hitam, aku tahu dia adalah ketua geng QC. Namanya Chalondra.

"Nih, beliin kita air mineral. Kita haus dan malas beli. Nanti kembaliannya ambil aja." Chalondra memberikan selembar uang berwarna biru.

Apa? Malas? Padahal penjualnya tidak jauh dari tempat mereka duduk.

"Tapi kak, aku harus kembali ke kelas."

"Elo itu cuma disuruh beli minum aja pakek alasan! Udah dibayar juga! Tinggal melangkah  gak ada 5 menit doang." Kini temannya yang menyahut, namanya Amora.

"Iya kak, memang deket sama penjualnya. Seharusnya kakak bisa kan beli sendiri." Tidak salah kan ucapanku? Mereka punya dua tangan dua kaki yang masih lengkap.

"Jaga sopan santun lo ya! Kurang ajar!" kata Chalondra dengan keras.

PLAKKK!

Tamparan keras tepat mengenai pipi kiriku membuat kepalaku menoleh ke samping kanan. Rambutku menutupi sebagian wajahku tapi aku masih bisa melihat siapa yang menamparku. Dia adalah Chalondra.

"Chal? Lo apain dia? Buang-buang tenaga lo aja," ujar Amora. Aku merasa terbela tapi tidak sepertinya, itu bukan ucapan pembelaan.

"Biarkan saja. Ini balasannya jika melawanku." Chalondra yang masih tersulut emosi itu langsung ditarik mundur oleh Zora, temannya.

"Hai adik manis, dirimu membuatku geram."

Salah satu temannya yang lain mengangkat daguku dengan jarinya. Aku menatapnya, dia adalah Frissy. Perempuan cantik bermata sipit ini menatapku lekat-lekat seperti menimang-nimang barang.

"Guys, bawa dia ke ruangan kita. Anak ini pantas diberikan pelajaran," ucap Frissy.

"Kak jangan kak, aku mohon. Aku mau kembali ke kelas. Aku minta maaf." Tapi tidak, Amora dan Zora yang sejak tadi diam mulai menyeret tanganku kasar. Aku tahu, aku akan dibawa kemana.

Save Me! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang