Part 24

18 7 0
                                    

Bel pulang sekolah terdengar seantero sekolah. Kayla memasukan buku didalam tasnya. Ia berjalan keluar pintu untuk memakai sepatunya yang ada di rak sepatu yang disediakan untuk UKS. Setelah itu ia langsung bergegas menuju parkiran untuk mengambil sepedanya.

Kayla mulai menggoes sepedanya pelan-pelan. Sampainya di depan taman, ia merasa di ikuti oleh seseorang. Beberapa kali Kayla menoleh kebelakang tetapi tidak ada siapa-siapa. Kayla menoleh lagi, ia tau siapa yang mengikutinya tadi.

"Ristha?"

"Hehe, hai, Kay!" sapa Ristha.

"Lo ngikutin gue, ya?" tanya Kayla.

"Ng-nggak kok," jawab Ristha terbata-bata.

"Lo ngapain sih, Ris? Lo ngapain ngikutin gue?" tanya Kayla kesal.

"Gue khawatir sama lo, Kay," jawab Ristha.

"Lo lihat sendiri kan? Gue gak papa! Jangan deket-deket sama gue, Ris! Kita harus jaga jarak. Gue nggak mau lo ketularan penyakit gue." Kayla kesal. Tidak, ia tidak marah. Kayla hanya kesal, dan takut jika Ristha ketularan penyakitnya.

"Tapi, Kay, lo tau penularan HIV AIDS! Tolong jangan gini, Kay. Gue tau, lo takut kita semua ketularan penyakit lo, tapi nggak gini caranya, Kayla!" tegas Ristha.

"Tolong. Jauh-jauh dari gue, Ris!" Setelah mengatakan itu Kayla kembali menaiki sepedanya dan menjauh dari Ristha. Sedangkan Ristha, ia menatap kepergian sahabatnya itu dengan raut wajah sedih.

"Gue bakalan ngejauh dari elo, Kay."

Ristha meratapi kepergian Kayla mengingatkannya pada cerita di dalam novelnya. Sejenak Ristha mengingat bahwa novelnya ketinggalan di perpustakaan.

"Astaga! Kok bisa lupa. Gue balik ke sekolah lagi kan jadinya, huh!" Ristha capek, karena sedikit lagi sampai di rumahnya. Oiya Ristha jalan kaki karena rumahnya ada di belakang sekolah alias deket.

Ristha masuk ke dalam sekolah yang sudah sepi. Dia mulai menaiki anak tangga satu persatu karena ruang perpustakaan ada di lantai dua. Ristha merasa aneh karena tak seperti biasanya, sekolah sesepi ini. Di lorong lantai dua dia mendengar suara sepatu di belakangnya. Namun saat dia menoleh ke belakang dia tidak mendapati seseorang di sana. Ristha mengabaikannya dan terus berjalan menuju perpustakaan.

Ristha membuka pintu perpustakaan yang selalu tertutup karena ruangannya ber-AC. Ristha langsung masuk karena tidak ada petugas perpustakaannya. Mungkin sudah pulang, pikir Ristha. Ristha berjalan menyusuri rak buku sebelum sampai di meja tempat dia membaca buku saat istirahat ke dua tadi. Di sanalah dia meninggalkan novelnya.

Ristha tak sengaja menjatuhkan buku di rak. Akhirnya buku itu jatuh dan suaranya menggema. Ristha tersenyum lalu mengeluarkan handphonenya dan mencari perekam suara. Ristha berjalan di tengah-tengah perpustakaan.

"Ekhem ... Ekhem ... Waktu yang tepat buat menghalu." Senyuman Ristha tak kendur sekalipun. Dia memegang handphonenya seperti memegang mikrofon.

Perlahan nada yang indah keluar dari mulutnya. Lagu see you again dia nyanyikan di sana. Ristha berjalan layaknya penyanyi di red karpet. Karena sesungguhnya, Ristha bercita-cita menjadi penyanyi. Namun Ristha masih malu-malu untuk menunjukkan bakatnya.

"Tuhan, kabulkan doaku untuk bisa menjadi penyanyi." Ristha mengatupkan tangannya setelah bernyanyi. Namun tiba-tiba dia dikagetkan dengan suara orang di belakangnya.

"Mungkin cita-cita lo gak bisa di gapai, Ristha walau gue akuin suara lo bagus." Chalondra yang berpakaian serba hitam tiba-tiba berada di belakang Ristha sejak tadi.

"Chalondra!? Sejak kapan lo ada di situ? Lo ngapain di sini?" Ristha kaget dan diselimuti rasa ketakutan karena dia melirik saku Chalondra yang terdapat sebuah pistol.

"Jangan berpura-pura tidak tahu. Lo bisa berfikir kan apa tujuan gue ngikutin lo sampai di sini?"

"Buat bunuh lo lah," lanjut Chalondra.

"Kenapa lo mau bunuh gue?" tanya Ristha sedatar mungkin untuk menetralkan suaranya yang sedang ketakutan.

"Karena gue tahu lo bakalan nyebar kalau gue itu seorang jalang. Dan gue gak mau harga diri gue lo injak-injak."

"Oh sekarang gue tahu julukan baru untuk lo. Seorang jalang penjilat lidah yang pengecut. Lo pengecut karena takut sama masalah lo. Haha, pecundang. Kurang jelas lagi?" Ristha tersenyum smirk.

"SEORANG WANITA JALANG PENJILAT LIDAH YANG MENJUAL DIRINYA DI LAKI-LAKI HIDUNG BELANG SERTA PENGECUT KARENA DIA TAKUT HARGA DIRINYA JATUH!" teriak Ristha.

DDARRR! Chalondra menembakkan peluru ke arah lampu. Suaranya sangat keras membuat Ristha menutup telinganya dan tak sengaja menjatuhkan handphonenya ke sembarang arah. Semuanya gelap yang dapat Ristha lihat. Ristha hanya bisa terduduk lemas akibat dentuman keras tadi.

"Lo bikin gue emosi, dan lo tahu kan gimana keadaan lampu di atas? Ya, itu ibarat kepala lo nanti."

"Gue tahu lo bakalan bunuh gue, Chalondra. Tapi ingat, gue sama sekali gak takut sama lo. Jika memang gue mati di tangan lo tak masalah, karena gue masih ada Tuhan." Chalondra mendekat ke arah Ristha yang selalu tersenyum smirk ke arahnya. Chalondra berjongkok di hadapannya.

"Syukur lo tahu. Gue kasih permintaan terakhir sebelum peluru ini nembus kepala lo. Katakan, karena ini adalah hari terakhir lo. Waktu lo 1 menit."

"Ristha sayang kakak, Ristha sayang Mama, Ristha sayang keluarga Cemara. Ristha minta kepergian Ristha mengingatkan kalian bahwa seseorang yang hidup pasti akan mati. I love you dunia, Ristha akan menyusul papa." Ristha memejamkan matanya.

"Masih ada 20 detik."

Ristha menarik nafasnya, "CHALONDRA PENGECUT! CHALONDRA PELACUR! CHALONDRA BITCH! DAN PENJILAT LIDAH!" Sontak Chalondra menjambak rambut hitam Ristha.

"Katakan sekali lagi!"

"CHALONDRA PELACUR!"

"Katakan lagi!"

"PEMFITNAH!"

"LAGI!"

"PELACUR, PEMFITNAH, PENJILAT LIDAH, DAN PENGECUT!"

DDAARRRRR!!!!!

Satu peluru menembus kepala Ristha. Darah segar mengalir keluar dari pelipisnya. Ristha masih bisa membuka matanya dan berdoa, "Tuhan, terima kasih atas 17 tahunku di Dunia." Perlahan matanya menutup untuk selama-lamanya.

Chalondra tersenyum senang. Dia mengubah posisi Ristha seakan-akan dia melakukan bunuh diri dengan cara menembakkan peluru di kepalanya. Setelah itu Chalondra mengamati mayat Ristha yang digenangi darah di sekitarnya.

"Neraka akan menunggumu, pahlawan kesiangan!" Chalondra melipat kedua tangannya di dada. "Akhirnya aku bisa hidup dengan tenang, karena tidak ada lagi orang yang mengusikku dan menyebarkan siapa aku sebenarnya."

Chalondra berjalan meninggalkan perpustakaan yang di dalamnya ada mayat Ristha.

___

Kayla telah sampai di rumahnya. Dia langsung menuju kamar. Dia merasa haus dan langsung meminum air yang sudah ada di gelas kacanya. Kayla melamun, memikirkan teman-temannya yang sudah dia bentak-bentak. Apalagi Ristha, yang sudah dia lontarkan kalimat tegas. Tiba-tiba ....

"PYARRR!" Gelas tersebut jatuh sendirinya sebelum Kayla meminumnya.

Pikirannya tertuju pada satu orang, "Ri-Ristha?"

Save Me! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang