Part 23

22 7 2
                                    

Setelah mengatakan itu Chalondra dan teman-temannya pergi meninggalkan kelas itu. Setelah kepergian Chalondra datang seorang guru masuk ke dalam kelas Kayla. Guru itu duduk di meja khusus guru.

"Kayla," panggil Rossi. Kayla yang terpanggil ia mendongak ke arah guru itu dan mengacungkan tangannya.

"Iya, bu?"

"Ibu udah tahu tentang berita kamu yang sudah tersebar. Kamu belajar di UKS saja. Takutnya nanti siswa lain ketularan sama penyakit kamu," ujar Rossi.

"Baik, Bu." Kayla langsung memasukan bukunya ke dalam tas dan bersiap untuk pergi ke UKS.

"Loh Bu, nggak bisa gitu dong. Kayla juga duduknya udah di pojok. Dia juga jaga jarak sama yang lainnya," protes Marchel.

"Iya, Bu. Kenapa harus pindah?" tanya Ristha yang juga tidak terima.

"Kenapa kalian yang protes?" tanya Rossi.

"Kita protes karena Kayla teman kita, Bu!" jawab Ristha.

"Udah-udah," ujar Kayla menengahinya. "Saya permisi dulu, Bu." Kayla langsung beranjak menuju UKS.

"Iya," jawab Bu Rossi.

"Yaudah, kita mulai pelajaran kita hari ini," ujar Bu Rossi mengeluarkan buku dari tasnya.

Kayla berjalan menuju UKS dengan air mata yang bercucuran. Tak apa jika dia harus belajar sendirian di UKS tapi yang membuat hatinya sakit adalah perkataan gurunya. Apakah tidak ada lagi kata-kata yang lebih kasar? Kayla membuka pintu UKS dengan kasar. Lalu melemparkan tasnya ke sembarang arah. Kayla merasa kepalanya pusing langsung duduk di ranjang UKS.

-----

Bunyi bel istirahat terdengar seantero sekolah. Seluruh siswa siswi berhamburan menuju kantin. Kayla kini masih ada di UKS. Jujur, ia sangat lapar, tetapi ia tahan karena takut yang lainnya tertular penyakitnya.

"Kayla!" panggil seseorang itu langsung masuk ke dalam UKS.

"Ristha, Marchel, Faris?" Kayla kaget karena tiga sejoli itu datang tiba-tiba dan membawakan banyak makanan.

"Kenapa kalian ke sini?" tanya Kayla.

"Lo laper 'kan? Nih kita bawain makanan," kata Marchel.

"T-tapi ...." ucapan Kayla terpotong karena Ristha menyodorkan makanan itu.

"Gausah tapi-tapian. Nih makan," ujar Ristha.

"Kalian?"

"Kita udah makan kok tenang," jawab Marchel.

"Bohong 'kan?"

"Serius, Kay," jawab Faris. Kayla mengangguk dan langsung memakan roti yang mereka belikan. Ristha, Faris, dan Marchel tersenyum senang.

"Gimana kondisi lo, Kay?" tanya Faris.

"Udah mendingan kok," jawab Kayla.

"Pokoknya lo harus sembuh, Kay. Kita semua ada untuk lo," ujar Ristha yang dibalas senyuman.

Kayla yang baru tersadar langsung melotot ke arah mereka bertiga. "Kalian, jauh-jauh dari sini."

"Kenapa?" tanya Marchel.

"Karena penyakit gue menular."

"Kay, kita anak IPA yang pastinya sejak kelas 10 sudah diajarin tentang HIV AIDS. Lo pastinya juga udah tau kan gimana penularannya?"

"Iya gue tau, Tapi gue mohon kalian jauhin gue."

"Kay, Aids gak bisa menular kalau kita gak berhubungan seks satu sama lain. Gue yakin lo masih ingat pelajaran kelas 10 dulu," kata Marchel.

"Ayolah, Kay. Izinkan kita menemanimu di sini. Kita gak tenang kalau gak ngejagain elo."

Kayla menggeleng pelan sembari menatap manik mata mereka satu persatu, "Tolong jangan paksa gue. Gue mohon kalian pergi."

"Kay–" Ristha ingin berbicara namun terpotong.

"Satu."

"Kayla kita–"

"Dua."

"Cepat sembuh, Kay," kata Marchel.

"Tiga. Silahkan keluar dan terima kasih makanannya," kata Kayla sambil menunjuk ke arah pintu UKS.

Ristha, Marchel, dan Faris mengangguk lalu keluar dari ruangan UKS dengan canggung. Kepergian mereka membuat Kayla merasa bersalah telah membentak mereka.

Maafin aku teman-teman, batin Kayla.

___

Istirahat masih 15 menit lagi. Ristha memutuskan untuk pergi ke kantin dan terpisah dengan Marchel dan Faris karena mereka ingin bermain basket. Ristha berjalan sendirian di tengah keramaian kantin. Tanpa sengaja telinganya mendengar suara Chalondra yang sedang membicarakan gosip terbaru. Ristha melirik ke samping, terdapat Geng Queen Cans bersama segerombol adik kelas 10. Dengan bangganya Chalondra menyebarkan fitnah dari mulut ke mulut.

"Kalian tau gak? Kayla itu simpanan om-om loh. Terus dia itu wanita PSK kayak kakaknya. Bener kan ucapan gue tempo lalu di kantin. Kalau Kayla itu sama aja kayak kakaknya, kupu-kupu malam!"

"Buat kalian tolong jaga tubuh kalian. Jangan kayak kakak kelas munafik itu. Depan sok polos belakangnya ternyata banyak muka," tambah Frissy.

"Ih nggak benget dong kak! Kita nggak semurahan itu, ibarat kata kak Kayla itu kek uang receh. Murah dan dua muka," kata adik kelas itu.

"Canda dua muka!" timpal temannya.

"Pinter! Anak didikan Queen Cans harus pinter-pinter dong," kata Amora. Akhirnya Queen Cans dan segerombol adik kelas itu tertawa terbahak-bahak.

"Tapi awas aja kalau ada yang bermuka dua, mungkin kalian akan berhadapan dengan 4 senjata." Jleb, Zora sekali ngomong langsung savage.

Ristha yang sudah panas mendengar fitnahan dari nenek jeruk purut itu langsung menghampiri mereka. Rasa laparnya hilang digantikan dengan emosi yang meradang.

"Permisi, mau cari Chalondra. Chal, gue mau omong sebentar sama lo," ucap Ristha datar. Chalondra yang melihat adanya kedatangan Ristha langsung terdiam, seakan ada rasa ketakutan dari sorot mata tajamnya. Memang, karena rahasianya ada di mulut Ristha.

"Oke, guys duluan." Chalondra pergi sambil menabrak bahu Ristha sebagai kode untuk mengikutinya. Ristha hanya bisa menghela nafas menahan emosi.

Kini mereka berdua berada di belakang sekolah. Chalondra bersikap santai seolah-olah dirinya tidak takut sekalipun. Sedangkan Ristha terus tersenyum miring dan tak melepas kontak mata Chalondra. Chalondra merasa gugup namun dirinya mencoba untuk setenang mungkin.

"Ngapain lo ngajak gue kesini?"

"Rahasia lo ada di gue," ujar Ristha tanpa basa-basi.

"Rahasia?" tanya Chalondra pura-pura tak mengerti.

"Rumah Kayla, atasan bernama Meisie, perempuan yang menyamar, perempuan yang menjajakan dirinya, sekitar jam 9 malam, dan siapa itu kalau bukan Chalondra Malivalaya? Gadis cantik dengan segala kemewahannya tapi dia sang penjilat ludah yang bermuka dua?"

"Apa maksudmu?!" Chalondra sudah sangat ketakutan.

Ristha melangkah maju mendekati Chalondra. Chalondra berjalan mundur, sudahlah harga diri seorang ketua geng yang terhormat di sekolah kalah dengan seorang Ristha. Dengan cepat Ristha menarik kerah baju Chalondra membuat wajah Chalondra tertarik mendekat.

"Ingat Chalondra, semua rahasia lo ada di gue. Lo tahu kesalahan lo apa?" tanya Ristha yang masih menatap tajam mata Chalondra.

"Lo udah fitnah yang enggak-enggak tentang sahabat gue! Dan segala fitnahan itu ternyata elo sendiri yang melakukannya. Dasar sang penjilat ludah!" Ristha melepas tarikannya kasar dan mendorong Chalondra. Ristha sudah naik pitam.

"Tunggu tanggal gue main, Chalondra." Tunjuk Ristha lalu meninggalkan Chalondra yang masih ketakutan.

Save Me! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang