Hasan sayang, Hasan malang

494 76 6
                                    

Jayden dan Lana kembali ke kampus tepat pukul 12.00 usai makan siang bersama di kosan Lana.
Karena keduanya sudah tidak ada jadwal matkul lagi hari ini, mereka pun memilih untuk langsung ke sekre. Mengingat sore ini akan ada rapat mengenai event peringatan sumpah pemuda.

Sampai di sekre, ternyata sudah ada beberapa orang yang mengisi tempat itu. Mereka terlihat sibuk dengan kegiatan masing masing. Ada Kunta yang sibuk mengerjakan tugasnya. Hasan, Naufal, Jeno, dan Mark yang lagi Mabar. Janna dan Reno yang mulai menyusun proposal pengajuan dana. Runa dan Karina yang menyusun proposal perizinan, serta Lisa yang tertidur di sofa.

Lana berjalan menghampiri Lisa, lalu memberikan kotak bekal berisi nasi goreng yang sudah dia siapkan untuk makan siang kedua sahabatnya, Lisa dan Hasan.

"Sa, Lisa, bangun anjir, nih gue bawain Nasgor. Makan dulu cepet!" Kata Lana, sembari mengguncang bahu Lisa pelan.

"Hasan, makan San!" Hasan tidak menggubris, kedua terlinganya tersumpal airpods yang tengah memutar musik dengan volume kencang, hingga tidak mendengar seruan Lana. Kesal karena panggilannya tidak menuai sahutan, gadis itupun lantas menghampiri Hasan dengan raut kesal yang sangat kentara.

"MAKAN DULU HASAAAN!!" seru Lana disamping telinga Hasan, setelah melepas airpods yang menyumpal telinga lelaki itu.

"Bentar lagi anjir, nanggung banget ini boss nya belum kebunuh!"

"JENO JENO BELAKANG LO JEN! JEN AHH!!"

"MATI LO MATI LO BANGSAT!"

Lana sontak menabok mulut Hasan ketika lelaki itu reflek mengucap kata kasar.

"Makan atau gue banting Hp Lo?"

"Bentar lagi laaan, sepuluh menit lagi suer!"

"Lo punya asam lambung Hasaan!"

"Nunda sepuluh menit doang mah ga bakal bikin asam lambung gue ku-

"San??"

"Mat. Anjir anjir, sakit!"

Hp Hasan terlepas dari genggamannya. Kedua tangan lelaki itu lantas mencengkeram kedua perutnya sembari merintih kesakitan.

"NAH KAN!!! ATUH HASAN MAKANYA JANGAN BATU KALO DI OMONGIN!"
Lana panik, ia kini bingung harus menolong Hasan atau memarahinya dulu.

Hasan terbatuk batuk, asam lambungnya mulai terasa naik ke dada.

"Se-sek. Uhukk"

"Anjir si Hasan bengek! Syahadat San syahadat. Yuk, asyhadu-

"Gue- uhukk- Kristen- bego!" Umpat Hasan di sela sela rintihannya.

"Jangan mati dulu dong anjir, Lo kan belom bagi bagi warisan!" Hardik Mark melanjutkan ledekan Naufal yang sempat terpotong.

Lana yang sudah paham betul bagaimana mengatasi Hasan saat sedang kambuh seperti ini, lantas mengangkat kepala Hasan untuk di tidurkan diatas paha nya, kemudian membaringkan lelaki itu pada posisi kiri. Tanpa peduli perdebatan yang di ciptakan mahluk mahluk di sekitarnya.

"Gue ambilin bantal ya Lan, kasian paha Lo mangku batu. Berat pasti." Kata Mark sembari menopang tubuhnya untuk bangkit.

"Gausah gausah, biarin aja kayak gini, emang posisi kepala sama dada Hasan harus lebih tinggi dari perut. Kalo pake bantal kurang tinggi Mark." Sambar Lana, sebelum Mark sampai ke kamar mini sekre.

"Jen, tolong beliin bubur dong. Bubur kacang ijo aja jangan pake ketan. Sama wedang jahe atau lidah buaya ya kalo ada."

Pinta Lana pada Jeno, karena ia merasa hanya lelaki itu yang bisa diandalkan pada saat saat seperti ini. Mengingat temannya yang lain, seperti Mark, Naufal, Reno, apalagi Lisa, hanya akan menambah masalah dengan kegilaan mereka.

KABINET PROGRESIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang