"Jangan membuat ulah, Gagarina!" tegur Adalbaro pada Emilia begitu jarak mereka sudah sangat dekat. Mereka berdua sudah berada di tengah ruangan yang memang dibuat kosong untuk dijadikan sebagai arena. Linette yang juga berada di arena pun mendekat dan berusaha membela Emilia.
"Anda tidak perlu khawatir, Profesor Coldman," sela Linette.
"Aku tidak bicara denganmu, Miss Willow," sergah Adalbaro, membuat Linette terdiam seketika. "Apakah kalian sudah lupa pada insiden tahun lalu?"
"Itu tidak akan terulang, Pak," ujar Emilia, "aku berjanji."
"Katakan dulu, apa yang kau rencanakan untuk tahun ini?" Adalbaro mendesak Emilia.
"Tes yang membosankan," Emilia mengacungkan tongkatnya, kemudian menyiapkan meja dan kursi yang tadinya berada di pojok ruangan.
"Sangat membosankan," imbuh Linette.
"Baiklah," kata Adalbaro sambil berjalan kembali ke kursinya.
Sementara Emilia dan Linette menyiapkan semacam ruang ujian dengan sihir mereka, anak-anak kelas dua terlihat sibuk sendiri, heboh sendiri.
"Lihat, Martina!" seru seorang pemuda berambut hitam berjubah sky pada gadis berjubah crimson yang duduk di sampingnya, "Sistem tesnya berubah pasti karena ulahmu tahun lalu!"
"Terus saja salahkan aku, Ignacio," sahut si jubah crimson. "Manusia akan selalu dikenang atas segala kesalahannya."
"Jangan merajuk begitu," seorang gadis berjubah violet yang duduk di sisi lain Martina menyahut. "Aku tidak yakin jika orang seperti Madam Emilia Gagarina akan menyiapkan tes yang membosankan. Kita masih bisa merasakan keseruan tes tahun lalu sampai sekarang."
"Tentu saja," Martina mengangguk, "dampaknya memang terasa sampai sekarang."
"Kasihan sekali gadis berambut merah ini," ejek seorang gadis berambut pirang platinum dengan sedikit surai cokelat yang duduk di belakang Martina, "masih ditatap dengan sinis oleh Profesor Adalbaro Coldman sampai sekarang setiap kali bertemu."
"Kau mengajakku ribut, Rudella?!" Martina bangkit dan hendak meraih bagian tubuh gadis yang mengejeknya, tetapi tangannya mendadak kaku.
"Martina Riario!" terdengar seruan dari deretan kursi para guru, "Jangan membuat ulah!" kemudian Martina bisa merasakan tubuhnya melemas.
Teguran tadi berasal dari Adalbaro Coldman, dan Martina masih bisa melihat pria itu mengacungkan tongkatnya setelah membuat tubuh Martina kaku, agar Martina tidak menghajar Rudella yang mengata-ngatainya.
Lorinda dan kawan-kawan seangkatannya hanya melihat semua itu dengan kebingungan. Gadis yang dipanggil dengan nama Martina itu pastilah sangat suka membuat onar, sampai-sampai guru dengan wajah garang seperti Adalbaro harus turun tangan.
"Anak-Anak," kata Emilia setelah persiapan selesai, "silakan mengambil tempat duduk. Usahakan kalian berjauhan dari teman-teman yang sudah kalian kenal."
"Larangan adalah perintah," celetuk Jimmy pelan kepada teman-temannya.
"Jangan berusaha membodohiku!" tegas Emilia dengan tatapan mengintimidasi.
"Ayo kita turuti saja perintahnya," ujar Siobhan sambil menjauh dari Lorinda dan yang lain.
Pada akhirnya, Siobhan, Lorinda, Jørgen, dan Jimmy benar-benar duduk berjauhan satu sama lain.
Setelah semua siswa mendapatkan kursi dan meja yang berjauhan dari teman yang mereka kenal, Emilia dan Linette membagikan sebuah kotak kepada setiap siswa. Satya tidak tahu menahu tentang tes macam apa yang direncanakan oleh Emilia dan Linette, sebab panitia tes memang hanya dua orang itu. Carlos Nilda, Camden Limerick, dan Patrick Henning sudah bersiap untuk segala kejutan yang akan terjadi, sedangkan Adalbaro Coldman mulai merasa bahwa ada yang tidak beres. Adalbaro mulai merasa bahwa keputusannya untuk mempercayai perkataan Emilia dan Linette itu salah. Bagaimanapun juga, Emilia dan Linette bukan perpaduan yang pas untuk menyambut murid baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIHIRA
FantasyApa yang akan terjadi ketika seorang gadis yang biasanya hidup normal tiba-tiba harus berkecimpung dengan dunia sihir, apalagi menjadi korban? Lorinda Castillian menjadi siswi Sihira di kerajaan sihir Taika, dan akan mengalami banyak hal di luar ken...