Bab 64

47 5 4
                                    

Pada jam 06.00 pagi, seluruh anggota keluarga Darkage dan kroni-kroninya telah dikumpulkan di tanah lapang di luar pagar tembok Sihira, termasuk Yewberry, Shebiba, dan Michelle yang didorong hingga tersungkur oleh Martina, Emilia, dan Berna.

Semua penghuni Sihira sudah bangun dan berbondong-bondong menyaksikan penangkapan tersebut. Mereka tahu, apa yang ditunggu saat ini hanyalah kedatangan keluarga kerajaan.

Yewberry dan Shebiba membelalak ketika menyadari bahwa apa yang ada di dekapan Indamira adalah putra mereka. Putra kecil mereka yang baru merayakan ulang tahun empat bulan lalu.

"Jauhkan tangan kotormu dari putraku!" jerit Shebiba seraya hendak berlari meraih Jordan, tetapi Patrick melayangkan mantra stel lagi kepadanya.

"Untuk apa iblis sepertimu membawa putraku?!" bentak Yewberry.

"Iblis?" Indamira menatap garang pada Yewberry, "Siapa yang lebih iblis diantara kita? Aku yang hanya mengabulkan permintaan kecil adik perempuanku, atau kau yang menyiksa seorang gadis tak bersalah hingga kurus kering?"

Lorinda, Jørgen, dan Jimmy berlari mendekat. Namun, Martina segera menahan Lorinda yang hendak berlari ke arah Yewberry.

"Aku tahu kau akan bertindak bodoh," ujarnya sambil menahan Lorinda.

"Tidak, Martina," Lorinda menyangkal, "pria itu telah membodohiku! Menyerap habis energiku dengan makhluk bodohnya yang sudah diamankan oleh Emma. Aku ingin menghajarnya!"

"Oh," Martina melepaskan Lorinda, "sangat dipersilakan."

"Stel!" Lorinda mengacungkan tongkatnya pada Yewberry, membuat pria itu tergeletak tak berdaya dalam keadaan sepenuhnya sadar.

Lorinda menampar Yewberry berkali-kali, juga menendang pria itu sampai babak belur. Air matanya mengucur deras sembari menghajar orang itu.

"Apa salahku padamu atau keluargamu?!" jerit Lorinda, "Kenapa harus aku?! Kenapa kau menjadikanku sebagai mangsamu?!"

"Lorinda!" Carlotta datang dan memeluk Lorinda, "Sudah, Sweetheart, sudah, sebentar lagi dia akan dijatuhi hukuman."

"Yang Mulia," Emma mendekati Imperius yang membaca segala rekapitulasi tentang kasus Yewberry Darkage, "saya berharap Anda memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada pelaku."

"Tentu saja," Imperius mengangguk, "selain kasus ini, dia memiliki banyak kasus lain yang baru terungkap setelah Violoncello Loka mencari data ke berbagai sumber. Hukuman yang paling pantas adalah penjara selamanya."

"Bagaimana dengan yang lain?" Emma berusaha memastikan.

"Itu tergantung kebijakan Raja Yervant nantinya," jawab Imperius. "Jika beliau setuju semua kroni Yewberry Darkage dipenjara seumur hidup, maka itulah yang akan kuputuskan di pengadilan. Jika tidak, mungkin masing-masing dijatuhi dua puluh lima tahun penjara juga sudah cukup."

Anggota keluarga kerajaan yang datang adalah Raja dan kedua putranya. Mereka membawa serta pasukan kerajaan.

"Itu Raja Yervant," bisik Carlotta pada Lorinda, "dengan kedua putranya; Pangeran Jevhiin dan Pangeran Paris."

"Darkage, Jongmann, dan keluarga yang lain," ujar Raja Yervant sambil turun dari kuda hitamnya.

"Sangat memalukan!" cibir seorang pangeran yang duduk di atas seekor kuda putih.

"Imperius," sang Raja memanggil kepala keluarga Fillion.

"Ya, Yang Mulia?" Imperius segera mendekat pada sang Raja.

"Kupasrahkan hukuman atas mereka kepadamu," ucap sang Raja, "dan ratakan saja. Berhati-hatilah, jangan sampai ada yang membalas dendam kepada kalian semua."

"Baik, Yang Mulia," Imperius mengangguk.

Raja Yervant segera memerintahkan prajuritnya mengikat seluruh terdakwa menggunakan gembok dan rantai yang tersambung satu sama lain.

"Pelanggaran berat," ujar Raja Yervant lagi, "apalagi Lorinda Castillian adalah tamu yang seharusnya kita perlakukan dengan baik! Seabad lamanya kita tidak bertemu keturunan Sabado Castillian, dan sekalinya orang itu datang, berani-beraninya kau menyakitinya, Yewberry Darkage!"

"Yang Mulia," Emma memberanikan diri untuk menyela sang Raja, "ada hal yang harus saya sampaikan."

"Ah, Emma Fillion!" Raja Yervant menyambut Emma dengan hangat melalui pelukan, "Melalui surat, Ismael Malek telah menceritakan keberanianmu. Kau telah merampas makhluk-makhluk milik Yewberry Darkage dan Michelle Forgotten. Hebat!"

"Tetapi, masih ada satu yang melekat pada Yewberry Darkage, Yang Mulia," ungkap Emma.

"Kalau begitu, ambil saja," sang Raja tersenyum.

"Untuk yang satu ini sedikit sulit, Yang Mulia," Emma menelan ludahnya, "karena mantra kuno keluarga Fillion tidak akan berpengaruh pada makhluk ini. Untuk memindahkan kepemilikan, saya harus menyerahkan tumbal."

Semua orang terbelalak, termasuk Imperius Fillion yang tidak menyangka bahwa putrinya tertarik dengan hal semacam ini. Tetapi, sebagai satu-satunya orang yang mengetahui hal ini sejak awal, Indamira hanya menatap datar pada adik perempuannya.

"Tumbal apa? Kau bisa mengambil kudaku," sang Raja menunjuk kuda hitamnya yang jelas merupakan kuda mahal.

"Nyawa manusia," jawab Emma, "sebab itulah yang diberikan oleh Yewberry Darkage pada makhluk ini tiga tahun yang lalu."

"Jangan mengada-ada!" bentak Yewberry dari barisan tahanan.

"Shebiba Jongmann pernah mengalami keguguran, dan itu adalah anak Yewberry Darkage meskipun Shebiba masih berstatus sebagai istri dari Robert Forgotten. Anak sebelum Jordan Darkage itu gugur karena ditumbalkan. Itu adalah data yang berhasil saya dapatkan dari Armando Coprada -kepala rumah sakit Taika, yang mana data ini beliau simpan sebagai dokumen rahasia," Emma menjelaskan. "Jadi, Yang Mulia, untuk memindahkan kepemilikan atas makhluk itu, saya harus menebusnya dengan nyawa manusia juga."

"Jangan sembarangan, Emma!" bentak Imperius.

"Diam!" perintah Raja Yervant pada Imperius Fillion. Kemudian Raja Yervant fokus pada Emma lagi, "Jadi, siapa yang kau pilih diantara mereka semua?" Raja Yervant menunjuk barisan tahanan.

"Jordan Darkage," jawab Emma dengan wajah paling datar yang ia miliki.

"Tidak!" jerit Shebiba, "Tidak putraku, Jalang!"

"Kau bisa ambil aku atau anak-anakku yang lain, tetapi jangan Jordan!" teriak Yewberry.

"Ayah," ketiga anak Yewberry dari istri sebelum Shebiba pun merasa terpukul. Ambil anakku yang lain tetapi jangan Jordan, itu terdengar sangat menyakitkan.

"Aku hanya menginginkan Jordan," Emma menatap dingin pada Yewberry, dengan bibir yang melengkung sangat tipis membentuk senyuman sinis, seakan mengejek Yewberry.

Indamira maju ke hadapan Raja Yervant dengan seorang bocah laki-laki di gendongannya.

"Inikah?" tanya Sang Raja.

"Ya, Yang Mulia," Emma dan Indamira mengangguk.

"Sesukamu saja, Emma Fillion," sang Raja menaiki kuda hitamnya, "anggap saja aku memberikan hak istimewa kepadamu."

"Terima kasih banyak, Yang Mulia," Emma membungkuk sebagai tanda penghormatan.

"Dan, sebelum mereka dibawa ke gedung pengadilan, siapa pun boleh membalaskan dendam andaikan pernah disakiti oleh mereka," begitulah sang Raja memberikan izin kepada mereka sebelum memacu kuda hitamnya secepat angin.

Pangeran di atas kuda putih membiarkan pangeran yang lebih muda menyusul ayah mereka terlebih dahulu. Ia masih ingin memandang semua orang yang berada di sana. Berusaha merekam setiap raut wajah yang ada di sana.

Begitu Emma menegakkan diri kembali, sang Pangeran bisa melihat mata hijau gelap dan amber milik Emma bersinar tegas dan nampak jahat.

Lantas, sang Pangeran melemparkan pandangannya pada Lorinda yang berada dalam dekapan Carlotta, Jørgen, Jimmy, dan Siobhan. Di sudut lain, ada Martina seorang diri yang berdiri kokoh jauh dari yang lain.

Setelah merasa tak ada lagi yang perlu dilihat, Pangeran berkuda putih itu pun pergi dari sana.

-Ema Puspita Loka-

SIHIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang